Laman

Saturday, June 22, 2013

Bersyukur Karena Hukum Tuhan

Pengembangan Bahan Khotbah Hari Minggu
Tanggal 23 Juni 2013
Dari Buku Membangun Jemaat
.
Bacaan Alkitab: Mazmur 119 : 1 - 8

I. Mengenal Kitab Mazmur 
(Hanya untuk bahan referensi pengkhotbah)



Sama seperti bangsa-bangsa lain yang bertetangga dengan Israel, misalnya bangsa-bangsa Kanaan (atau orang Kanani), bangsa Mesir dan Bangsa Mesopotamia (Babel), demikian juga dengan Israel sejak awal mula hingga terbentuknya sebagai satu bangsa, telah menciptakan sajak-sajak sederhana yang menjadi cikal-bakal terbentuknya apa yang dikenal dengan nama "Mazmur".

Beberapa sajak berhasil dihimpun dalam kelima kitab pertama (Taurat Musa) dan kitab-kitab sejarah dalam Alkitab. Misalnya: Nyanyian Lamekh (Kej. 4:23-24), Nyanyian Nuh (Kej. 9:25-27), Nyanyian Ishak (kej. 27:27-29 dan Kej. 27:39-40), Nyanyian berkat Yakub atas Yusuf (Kej. 48:15-16), Nyanyian Yakub untuk semua anak-anaknya (Kej. 49), Nyanyian Musa (Kel. 15:1-18), Nyanyian Sumur (Bil. 21:17-18), Nyanyian Kemenangan Deborah (Hak. 5), Nyanyian Ratapan Daud atas Saul dan Yonathan (2 Sam. 1), dan masih banyak yang lainnya.

Kitab Mazmur sendiri, atau nama lain dalam bahasa Arab yang cukup dikenal yakni "Zabur" adalah salah satu bagian dari kitab berbahasa Ibrani (PL) yang berisi kumpulan nyanyian-nyanyian (puji-pujian) dan doa yang dilantunkan oleh umat dalam peribadahan. Jadi Kitab Mazmur tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan Ritual atau peribadahan umat baik yang dilakukan secara pribadi, maupun yang dilakukan secara berkelompok atau sebagai satu bangsa. Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut "Sefer Tehillim" yang artinya "Kitab Puji-pujian". Akar kata dari "Tehillim" adalah "Hallel atau Hillel atau Hellel" yang berarti "Pujilah Tuhan" dan dari akar kata inilah muncul ungkapan "Halleluya". Dalam Kitab suci Bahasa Ibrani nama Mazmur (bhs. Ibr: "Mizmor") tidak dipakai sebagai judul kitab, tetapi hanya dipakai dalam judul atau pengantar sejumlah mazmur. Dan dalam bahasa Inggris, kitab Mazmur disebut "The Books of Psalms" yang sebenarnya berasal dari akar kata yang dipergunakan dalam Septuaginta (terjemahan PL dalam bahasa Yunani) disebut "Psalmos" yang kata bendanya "Psalterion" yang artinya "Alat musik bertali atau berdawai yang mengiringi nyanyian". Dan dalam bahasa Latin, kitab Mazmur disebut "Liber Psalmorum".

Kitab Mazmur termasuk kelompok kitab-kitab Kebijaksanaan yang ditempatkan setelah kitab Ayub dan sebelum kitab Amsal. Kitab Mazmur terdiri atas 150 buah syair keagamaan (ritual) yang seperti Kitab Taurat  atau 5 kitab pertama (Pentateuch: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), maka kitab ini juga dibagi dalam 5 jilid. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
Pasal 1-2 merupakan pendahuluan dari seluruh kitab Mazmur.

(1). Jilid I (Mzm. 3 - 41)
Jilid I hampir seluruhnya dikaitkan dengan Daud dan mayoritas dari Mazmur-mazmur pada jilid I ini merupakan Mazmur yang sifatnya "Individual".

(2). Jilid II (Mzm. 42 - 72)
Jilid II berisi Mazmur-mazmur  yang dihubungkan dengan Bani Korah, yaitu kelompok pemusik dan penyanyi yang terlibat dalam liturgi  atau kelompok pemusik dan penyanyi yang terlibat langsung dalam pelaksanaan peribadahan (bdk.: 2 Taw. 20:19). Mazmur Bani Korah ini juga terdapat dalam Mzm. 84 - 85 dan 87 - 88.

(3). Jilid III (Mzm. 73 - 89)
Bagian ini hanya berisi 17 Mazmur, sebagian besar berupa Mazmur Keluhan atau Ratapan. Sejumlah Mazmur dikaitkan dengan seorang tokoh yang bernama Asaf (73 - 83). Satu-satunya Mazmur Asaf yang tidak termasuk dalam kelompok ini adalah Mzm. 50. Asaf adalah seorang pemain musik dari suku Lewi yang diberi tugas oleh Raja Daud untuk memimpin nyanyian saat Tabut Perrjanjian diangkut ke Yerusalem (1 Taw. 6:39, 1 Taw. 15:17-19 dan 16:4-6) dan juga hadir pada saat peresmian Kenisah buatan Salomo (2 Taw. 5:12). Keluarga dan keturunan Asaf masih aktif sebagai pemusik pada zaman kemudian.

(4). Jilid IV (Mzm. 90 - 106)
Bagian ini juga terdiri atas 17 Mazmur. 6 dari 7 Mazmur yang bertemakan Tuhan/Yahweh itulah Raja (93 dan 95-99). Mzm 103 dan 104 dihubungkan satu sama lain dengan rumusan pujian kepada Tuhan (Yahweh) yang ditempatkan pada bagian awal dan akhir. Mzm. 105-106 sama-sama bertemakan puji-pujian akan kuat kuasa Allah yang telah menuntun sejarah bangsa Israel. Keduanya dimulai dengan ungkapan: "Bersyukurlah kepada Tuhan" dan diakhiri dengan ungkapan "Haleluya".

(5). Jilid V (Mzm. 107 - 150)
Bagian ini merupakan kumpulan yang terbanyak dari jilid yang lainnya (44 buah Mazmur). Mazmur-mazmur Daud berada pada bagian awal (108-110) dan menjelang akhir (138-145). Mzm 119 adalah khusus karena disusun menurut abjad Ibrani dan disebut "Mazmur Akrostik". Mzm. 120-134 adalah kumpulan Mazmur-mazmur Ziarah. Mzm. 140-143 adalah rangkaian terakhir dari keluhan individual. Dan 5 Mazmur terakhir (Mzm. 146-150) menutup rangkaian Mazmur dengan ungkapan "Haleluya" baik di awal maupun di akhir.

II. Pendalaman Konteks Bacaan / Perikop
(Dapat dijadikan pengantar Khotbah)



Mazmur ini adalah Mazmur yang terpanjang dari keseluruhan Mazmur yang ada, bahkan dari semua pasal yang ada dalam Alkitab. Mazmur ini terkenal dengan pengajarannya tentang Taurat Tuhan. Namun keindahan Mazmur ini terletak terutama bukan dalam pernyataan devosi kepada Taurat Tuhan, tetapi dalam devosi mutlak sang pemazmur kepada Tuhan.

Apa itu devosi?.

Devosi adalah sikap bakti yang berupa penyerahan seluruh kepribadian kepada Allah dan kehendakNya sebagai perwujudan cinta kasih. Jadi sang pemazmur merasa bangga memiliki Tuhan yang dahsyat dan perasaan bangga itu dinyatakannya dalam kesetiaan untuk taat pada perintahNya. Dan hal inilah yang tergambar dalam Mazmur 119.

Mazmur ini menurut perkiraan para ahli Perjanjian Lama ditulis pada masa sesudah pembuangan,  di mana sang pemazmur tahu akibat langsung dari sebuah kejahatan. Sang pemazmur hidupnya telah dikelilingi oleh kejahatan, dikejar oleh orang-orang yang sombong, dicampakkan dalam kehinaan; namun dalam semua itu, kuasa perlindungan didapatkannya dari Allah. Ia berulang kali berseru kepada Allah, berusaha berlindung di bawah kepak sayapNya, menemukan penghiburan di dalam kekuatan kuasaNya. Ini adalah suatu Mazmur yang kaya akan makna pengajaran hikmat, bukan hanya mengenai hukum Tuhan, tetapi juga mengenai kasih Tuhan; bukan hanya devosi/pengabdian dan kesetiaan pada titah Tuhan, tetapi kesetiaan kepada Tuhan sang pemberi hukum itu sendiri. Keindahan Mazmur ini bergema dari hubungan sang pemazmur dengan Allahnya.

Mazmur 119 ini disusun secara alfabet, yang terdiri dari masing-masing 8 ayat dalam tiap stanza dan ada 22 stanza sesuai jumlah huruf Ibrani. Mazmur 119 ini merupakan suatu karya yang luar biasa, suatu puisi yang  disusun dengan sangat menakjubkan. Dan secara keseluruhan, ada 8 kata kunci yang  dipergunakan namun mempunyai maksud yang sama.

Kata-kata itu adalah:

1). Taurat (bhs. Ibr: Torah)
Kata ini muncul 25 kali. Dalam arti sempit, kata ini menunjuk pada Hukum Musa atau keseluruhan peraturan yang tercatat dalam kelima kitab pertama (Pentateuch). Namun dalam arti yang luas berarti,  semua pengajaran yang berasal dari wahyu Allah yang menjadi landasan bagi perjalanan hidup dan tindakan. Taurat berasal dari Allah yang disampaikan melalui hamba-hambaNya. Dalam konsep ini maka Taurat sama artinya dengan firman Tuhan, yaitu seluruh wahyu Allah yang menjadi pedoman hidup bagi umat.

2. Firman (bhs. Ibr: Dabar)
Kata ini muncul 24 kali. Setiap kata yang keluar dari mulut Allah disebut DABAR, apakah yang dituangkan di dalam Sepuluh Perintah, Hukum Musa atau pun firman yang disampaikan melalui para nabi.  Dabar adalah sebutan secara umum bagi setiap Wahyu Allah.

3. Hukum-hukum (bhs. Ibr: Mispatim)
Kata ini muncul 23 kali. Hukum Allah menunjuk hukum-hukum mengenai berbagai kasus yang membentuk sistem hukum dalam kehidupan Israel. Hukum-hukum ini menunjuk pada wahyu yang diberikan Allah, Hakim Tertinggi atas seluruh ciptaanNya.

4. Peringatan (bhs. Ibr: Edut atau Edot).
kata ini muncul 23 kali dan mempunyai arti dan makna yang sama dengan Perintah.

5. Perintah (bhs. Ibr: Miswah atau Miswot)
Perkataan ini muncul 22 kali. Kata ini sering dipakai untuk menunjuk kepada apa yang telah diperintahkan Tuhan. Dan hal ini sinonim dengan "Taurat, Ketetapan dan Hukum".

6. Ketetapan-ketetapan (bhs. Ibr: Huqqim)
Muncul 21 kali. Allah yang berdaulat sebagai Raja yang berdaulat atas seluruh ciptaanNya, memberikan ketetapanNya dalam alam dan dalam komunitas kovenantNya (umat perjanjianNya). Dan ketetapan-ketetapan itu tidak terbantahkan atau pun terbatalkan.

7. Titah (bhs. Ibr: Piqqudim)
Kata ini muncul 21 kali. Kata ini muncul hanya dalam kitab Mazmur 119 dan kelihatannya sinonim dengan kata "kovenan" (Mzm. 103:18) dan wahyu Allah (Mzm. 111:7). Seperti "Perintah Allah", kata ini menunjuk pada otoritas Allah dalam hubungan diriNya dan umatNya. Allah memberikan Titah-titahNya dan respons dari pemazmur ialah "berpegang padanya, mencintainya, memilihnya, merindukannya, mencarinya, merenungkannya, mendapatkan pengertian dari padanya, tidak melupakannya, tidak meninggalkannya, tidak membiarkan dirinya tersesat dari titah-titah Tuhan".

8. Perkataan atau Janji (bhs. Ibr: Imrah).Kata ini muncul 19 kali. Kata ini dapat menunjuk kepada segala sesuatu yang Tuhan katakan, perintahkan dan janjikan.


III. Aplikasi Untuk Konteks Kekinian

Satu hal yang amat dibenci dan tidak diharapkan oleh setiap orang adalah "kekacauan". Kondisi yang kacau menimbulkan ketidak nyamanan bahkan menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup bersama. Itulah sebabnya, Allah tidak menghendaki kekacauan sejak awal mula dunia ini diciptakan. Demikianlah awal kitab Kejadian mengatakan bahwa "Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya (Kej. 1:2)". Dalam bahasa aslinya dikatakan demikian: "Weha'arets hayetah tohu wabohu wehosekh". Secara lurus saya mengartikan perkataan tersebut demikian: "Dan bumi itu kacau balau dan kosong".

Apa yang akan terjadi jika keadaannya kacau balau?.

Apa yang dapat dibuat jika keadaan hampa/kosong?.

Allah menyaksikan keadaan tersebut tidak akan memungkinkan tumbuh-kembangnya kehidupan. Karena itu Roh Tuhan melayang-layang di atasnya, sehingga keadaan yang kacau balau itu menjadi tenang dan proses penciptaan pun berlangsung.  Karena itu, sekali lagi saya tekankan bahwa, Allah tidak menghendaki kekacau-balauan, yang dikehendakiNya adalah ketertiban dan ketenteraman atau damai sejahtera (1 Kor. 14:33).

Ketertiban atau keteraturan barulah terjadi jika diatur dan ditata dengan baik. Dan untuk hal inilah maka "Peraturan atau Hukum" memainkan perannya. Begitu pentingnya peraturan dan hukum itu sehingga pemazmur mengatakan: "Aku akan bersyukur kepadaMu dengan hati jujur, apabila aku belajar akan hukum-hukumMu yang adil". Jadi belajar untuk mengenal, merenungkan dan mematuhi hukum itu amat penting, karena hal tersebut akan menciptakan  kondisi ketertiban dan keteraturan. Dan jika hal ini terjadi maka kehidupan bersama akan terasa tenang, teduh dan damai.

Hukum-hukum yang diberikan melalui Musa di gunung Sinai membuktikan lebih jauh kepedulian Allah atas Israel agar mereka dapat menikmati hidup yang tenteram dan damai di negeri yang dijanjikan Tuhan itu. Jika umat setia kepada Allah, melaksanakan hukum, peringatan dan ketetapanNya, maka hidup mereka akan baik, tetapi jika mereka menolak dengan tidak berlaku setia, maka penderitaan bahkan kebinasaanlah yang akan terjadi (Ulangan 28). Dalam Mazmur 19 : 8 - 12 diuraikan tentang manfaat dari Hukum Tuhan, sebagai berikut: "Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Lagi pula hambaMu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar".

Sama halnya Mazmur 1, setiap orang yang menuruti Taurat Tuhan atau hidup menuruti segala perintahNya, maka mereka disebut "Orang Yang Berbahagia". Jadi maksud dari pada pemberian hukum bukanlah untuk menghukum orang atau menakut-nakuti orang, melainkan menjadi pedoman atau penuntun hidup agar manusia dapat menikmati hidup yang sesungguhnya. Dan satu hal yang patut saya tegaskan di sini adalah bahwa hukum itu dibuat dan diberikan agar manusia sadar akan dirinya sebagai makhluk yang bermartabat dan terhormat, tidak seperti ciptaan yang lain, yang tidak mengenal hukum bahkan tidak tahu untuk taat pada hukum. Karena manusia sadar akan hukum, maka manusia berbeda dari pada binatang; tetapi jika manusia tidak sadar akan hukum, maka mereka tidak lebih dari pada binatang.

Jadi dapat dibayangkan jika hidup ini tanpa tatanan hukum. Manusia tidak lebih dari pada binatang. Yang berlaku adalah hukum rimba: "siapa yang kuat maka dia yang menang, dan siapa yang menang maka dialah yang berkuasa". Karena itu bersyukurlah karena kita hidup di bawah hukum. Bersyukurlah karena Allah menunjukkan hukum yang sempurna untuk menggapai sebuah kemenangan. Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat (Hukum) Tuhan. Berbahagialah orang yang memegang peringatan-peringatanNya, yang mencari Dia dengan segenap hati. Karena itu, mari kita berkata di hadapan Tuhan:

"Aku akan bersyukur kepadaMu dengan hati yang jujur, apabila aku belajar hukum-hukumMu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapanMu, janganlah tinggalkan aku sama sekali"
.

Selamat menaati hukum Tuhan, berkat Tuhan tersedia bagi saudara dan saya.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love