Laman

Sunday, July 7, 2013

Kasih Ilahi, Melampaui Segala Kasih

Sebuah Refleksi Jiwa
Karya: Charles Wesley (1707 - 1788)



Kasih Ilahi melampaui segala kasih,
sukacita sorga,
turun ke bumi;
kasihMu membenahi diri kami;
dimahkotai kesetiaan dan belas kasihMu.



Yesus.......
Engkau penuh belas kasih,
Engkau adalah kasih yang murni dan tak terbatas;
lawatlah kami dengan keselamatan dariMu,
masuklah ke dalam setiap hati yang bergetar.

Hembuskanlah.....
oh......hembuskanlah Roh KudusMu,
ke dalam setiap dada yang sesak;
perkenankanlah kami memiliki kasih karuniaMu;
perkenankanlah kami menemukan janji-janjiMu;
buanglah cinta akan dosa dalam diri kami,
buanglah beban rasa bersalah dalam jiwa kami,
akhirilah pekerjaan dengan awal baruMu,
bawalah kami kepada hari kekekalanMu.

Oh Yesus......
Bawalah ciptaan baruMu,
biarlah kami menjadi suci dan murni,
biarlah kami melihat keselamatan kami secara utuh,
yang dijamin sempurna olehMu,
ubahkan dari kemuliaan kepada kemuliaan,
hingga di sorga kami mendapatkan tempat kami,
sampai kami menyerahkan mahkota kami di hadapanMu,
tenggelam dalam kekaguman, kasih dan pujian.

(Catatan khusus dari Pdt. Joni Delima)

Charles Wesley (saudara kandung John Wesley) adalah seorang yang memiliki kepedulian mendalam terhadap keseriusan akan hal-hal rohani, khususnya bagaimana setiap pribadi Kristen mengalami secara sungguh hadirat Allah.

Melalui karya-karyanya, ia menekankan bahwa mencari dan mengikut Tuhan tidak boleh setengah-setengah hati. Kita harus bersungguh-sungguh memberi perhatian pada suara hati nurani yang mencari Tuhan. Kita harus memberi perhatian dengan baik pada bisikan kalbu yang merindukan kebenaran dan kesucian. Kita harus memiliki kepekaan yang kuat pada Firman Allah sehingga tanpa kompromi kita harus melakukannya sebagai upaya untuk mengalami hadiratNya. Kita perlu memeriksa batin kita, apakah sungguh terbuka pada keinginan Tuhan sehingga ada kesiapan untuk dikoreksi dan diperbaharui. Kita harus dengan sungguh membuang kecerobohan, kesembronoan dan segala bentuk kesenangan duniawi yang bertentangan dengan kehendakNya.

Mengalami hadirat Tuhan memang bukan perkara yang mudah. Anda harus melatih diri untuk melawan diri anda sendiri. Menjadi serupa dengan Tuhan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Anda akan melalui sebuah proses yang ditandai dengan derita dan airmata. Kita harus belajar untuk dibentuk oleh Tuhan, bukan oleh pikiran dan keinginan kita sendiri. Rasul Petrus tidak akan menjadi pribadi yang tangguh dengan pikiran-pikiran yang brillian jika ia masih takluk di bawah kendali pikiran dan kehendaknya. Dengan hati yang sedih (boleh jadi dengan tangisan dan airmata sambil memukul-mukul diri sendiri tanda penyesalan sebagai mana layaknya tradisi orang Yahudi), Ia berkata: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau". Ini bukanlah kamuflase; di hadapan Tuhan tidak ada yang dapat disembunyikan. Petrus sadar akan hal itu, sehingga ia terbuka untuk dibentuk oleh Tuhan.

Berusahalah untuk menjadi pribadi yang siap dibentuk oleh Tuhan demi satu hal: "Mengalami HadiratNya". Ini adalah keinginan Tuhan: "Supaya di mana AKU berada, di situ pun mereka ada".

(Kudedikasikan buat anggota Tim PI & Pelayanan Sosial 100th IMT Wilayah Kaltimteng yang akan berangkat ke daerah Bua Kayu pada tgl. 10 Juli dan melaksanakan kegiatan dari tgl. 12 s/d 15 Juli 2013).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love