Sebuah Refleksi Pribadi
Selasa - 29 April 2014
Bacaan : Yohanes 21 : 15 - 19
Apakah Engkau Mengasihi AKU?
Kehilangan kepercayaan dari seseorang yang selama ini dekat dengan kita adalah suatu hal yang sangat menyakitkan batin. Ada perasaan malu, terlebih ketika orang tersebut meminta pertanggung-jawaban dari apa yang telah kita perbuat kepadanya.
Saya ingat waktu masih kuliah, setiap kali pulang kampung selalu saja ada kerabat yang datang ke rumah menanyakan kapan balik ke Makassar. Dan ketika rencana kembali disampaikan, maka mereka meminta kesediaan saya untuk menyampaikan atau mengantarkan sebuah paket (titipan) buat anak atau keluarganya yang ada di Makassar. Ini menyangkut nilai KEPERCAYAAN. Mereka percaya bahwa saya bertanggungjawab untuk mengantarkan titipan itu sampai ke tujuannya. Coba bayangkan, betapa kecewanya mereka jika titipan itu tidak sampai. Beragam penilaian akan muncul terhadap diri saya dan lebih daripada itu, mereka tidak percaya lagi terhadap saya.
Kita dapat memahami mengapa pasca kebangkitan itu, Tuhan Yesus secara pribadi meluangkan waktu untuk berbicara dengan Petrus. Tidakkah selama ini Petrus adalah sosok yang diandalkan bukan hanya di kalangan rekan-rekannya, tetapi juga diandalkan oleh Sang Guru? Untuk beberapa moment khusus, Petrus memang selalu dilibatkan. Ketika Yesus dimuliakan di atas gunung, Petrus menyaksikan hal tersebut dan meminta untuk mendirikan tiga kemah, yakni satu untuk Tuhan Yesus, satu untuk nabi Musa dan satu untuk nabi Elia (Mat. 17:1-13). Ketika Yesus membangkitkan anak Yairus, Petrus, Yohanes dan Yakobus diizinkan untuk menyaksikan peristiwa tersebut (Mark. 5:37). Dan ketika pergumulan di Taman Getsemani, Tuhan Yesus memilih Petrus dan kedua anak Zebedeus untuk menyertaiNya berdoa di taman itu (Mat. 26:36-46). Jadi ada hal yang sangat privacy yang menandakan bahwa antara Tuhan Yesus dan Petrus terjalin hubungan yang amat dekat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus mau membicarakan kelanjutan hubungan itu pasca kebangkitanNya.
Satu hal yang menarik, ternyata Tuhan Yesus tidak membicarakan tindakan penyangkalan Petrus. Tuhan Yesus tidak meminta agar Petrus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Tuhan hanya mau, agar Petrus berubah. Tuhan Yesus mau agar Petrus menyatakan komitment kasihnya terhadap Yesus melebihi kasihnya kepada yang lain. Hanya dengan komitment itu maka Yesus memberikan tanggungjawab yang besar kepada Petrus: Gembalakanlah domba-dombaKU.
Saudaraku
Tidakkah kita juga sering memiliki sikap seperti Petrus? Terlalu mudah bagi kita untuk berkata: Puji Tuhan ketika keadaan tidak mengancam kehidupan kita; tetapi saat keadaan jadi sulit, kita tidak mampu berkata demikian, bahkan cenderung kita menggugat Tuhan dan tidak sedikit kita meninggalkan Tuhan. Syukur bahwa Tuhan masih mengasihi kita dan tetap melibatkan kita menjadi saksiNya. Karena itu,
pertanyaan Tuhan Yesus kepada Petrus, juga tertuju kepada kita: Apakah engkau mengasihi AKU lebih dari pada mereka ini? Kita harus memperbaharui komitment kasih kita kepadaNya bahwa kita mengasihi Dia melebihi segala-galanya.
Camkan hal ini: Tuhan Yesus memilih, menetapkan dan mengutus anda untuk menjadi saksiNya. Itu satu pertanda bahwa Tuhan sangat yakin, anda bisa melakukan hal tersebut.
(Pdt. Joni Delima)
Selasa - 29 April 2014
Bacaan : Yohanes 21 : 15 - 19
Kehilangan kepercayaan dari seseorang yang selama ini dekat dengan kita adalah suatu hal yang sangat menyakitkan batin. Ada perasaan malu, terlebih ketika orang tersebut meminta pertanggung-jawaban dari apa yang telah kita perbuat kepadanya.
Saya ingat waktu masih kuliah, setiap kali pulang kampung selalu saja ada kerabat yang datang ke rumah menanyakan kapan balik ke Makassar. Dan ketika rencana kembali disampaikan, maka mereka meminta kesediaan saya untuk menyampaikan atau mengantarkan sebuah paket (titipan) buat anak atau keluarganya yang ada di Makassar. Ini menyangkut nilai KEPERCAYAAN. Mereka percaya bahwa saya bertanggungjawab untuk mengantarkan titipan itu sampai ke tujuannya. Coba bayangkan, betapa kecewanya mereka jika titipan itu tidak sampai. Beragam penilaian akan muncul terhadap diri saya dan lebih daripada itu, mereka tidak percaya lagi terhadap saya.
Kita dapat memahami mengapa pasca kebangkitan itu, Tuhan Yesus secara pribadi meluangkan waktu untuk berbicara dengan Petrus. Tidakkah selama ini Petrus adalah sosok yang diandalkan bukan hanya di kalangan rekan-rekannya, tetapi juga diandalkan oleh Sang Guru? Untuk beberapa moment khusus, Petrus memang selalu dilibatkan. Ketika Yesus dimuliakan di atas gunung, Petrus menyaksikan hal tersebut dan meminta untuk mendirikan tiga kemah, yakni satu untuk Tuhan Yesus, satu untuk nabi Musa dan satu untuk nabi Elia (Mat. 17:1-13). Ketika Yesus membangkitkan anak Yairus, Petrus, Yohanes dan Yakobus diizinkan untuk menyaksikan peristiwa tersebut (Mark. 5:37). Dan ketika pergumulan di Taman Getsemani, Tuhan Yesus memilih Petrus dan kedua anak Zebedeus untuk menyertaiNya berdoa di taman itu (Mat. 26:36-46). Jadi ada hal yang sangat privacy yang menandakan bahwa antara Tuhan Yesus dan Petrus terjalin hubungan yang amat dekat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus mau membicarakan kelanjutan hubungan itu pasca kebangkitanNya.
Satu hal yang menarik, ternyata Tuhan Yesus tidak membicarakan tindakan penyangkalan Petrus. Tuhan Yesus tidak meminta agar Petrus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Tuhan hanya mau, agar Petrus berubah. Tuhan Yesus mau agar Petrus menyatakan komitment kasihnya terhadap Yesus melebihi kasihnya kepada yang lain. Hanya dengan komitment itu maka Yesus memberikan tanggungjawab yang besar kepada Petrus: Gembalakanlah domba-dombaKU.
Saudaraku
Tidakkah kita juga sering memiliki sikap seperti Petrus? Terlalu mudah bagi kita untuk berkata: Puji Tuhan ketika keadaan tidak mengancam kehidupan kita; tetapi saat keadaan jadi sulit, kita tidak mampu berkata demikian, bahkan cenderung kita menggugat Tuhan dan tidak sedikit kita meninggalkan Tuhan. Syukur bahwa Tuhan masih mengasihi kita dan tetap melibatkan kita menjadi saksiNya. Karena itu,
pertanyaan Tuhan Yesus kepada Petrus, juga tertuju kepada kita: Apakah engkau mengasihi AKU lebih dari pada mereka ini? Kita harus memperbaharui komitment kasih kita kepadaNya bahwa kita mengasihi Dia melebihi segala-galanya.
Camkan hal ini: Tuhan Yesus memilih, menetapkan dan mengutus anda untuk menjadi saksiNya. Itu satu pertanda bahwa Tuhan sangat yakin, anda bisa melakukan hal tersebut.
(Pdt. Joni Delima)
No comments:
Post a Comment