Bahan Penelaahan Alkitab (PA)
Untuk Kebaktian/Ibadah Rumah Tangga - Jemaat Samarinda
Rabu, 3 September 2014
Bacaan Alkitab: Kejadian 12 : 1 - 9
Pokok Bahasan:
"Agar warga jemaat memahami dan menghayati panggilannya untuk menjadi berkat bagi sesamanya"
I. Pembimbing
Berbagi berkat dan praktek hidup tolong-menolong dalam bingkai kegotong-royongan menjadi sesuatu yang sangat langka kita temukan di zaman sekarang ini. Dunia di mana kita berada sekarang ini menampakkan sebuah wajah yang baru, yakni mementingkan diri sendiri sehingga tak menaruh peduli dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya.. Tidak ada lagi "tepa-selira" atau kepekaan hati untuk peduli pada mereka yang hidup dalam kekurang-beruntungan. Kata-kata yang sering terdengar ialah: "It's not my business! Itu bukan urusan saya". Pupusnya kepekaan hati semakin memudar ketika seseorang telah hidup dalam kelimpahan atau menduduki jabatan penting dalam pemerintahan atau dalam masyarakat bahkan gereja, seolah-olah tidak ada waktu lagi untuk berurusan dengan orang lain khususnya dari kaum duafa (kaum miskin dan terpinggirkan)
Abram (atau kemudian diberi nama baru oleh Allah: "Abraham") adalah salah satu dari sekian banyak tokoh Alkitab yang tidak asing lagi di pendengaran kita. Ia tercatat sebagai keluarga yang kaya raya, disegani, bermartabat dan terhormat. Semula ia tinggal di kota yang subur dan menjanjikan masa depan; suatu daerah di lembah Sinear yakni "BABILONIA" atau Ur-Kasdim. Sebuah delta yang subur yang dialiri sungai Tigris dan Efrat. Dan kemudian panggilan tersebut berlanjut di tanah Haran. Dan satu hal yang sangat prinsipil dalam hidup Abraham yang ia tetap pegang teguh di tengah kaum yang tidak mengenal Allah dan hal tersebut dinilai oleh Tuhan sebagai satu kebenaran, adalah "Taat pada firman dan oleh ketaatan tersebut maka Abraham taat pada panggilan Tuhan walau banyak hal yang bertolak belakang dengan keinginannya"
Cobalah perhatikan secara saksama perikop bacaan hari ini. Ketika Firman Allah kepada Abraham diperdengarkan maka Abraham spontan meresponnya dengan mengikuti perintah itu. Ia keluar meninggalkan zona amannya, meninggalkan kemapanannya dan pergi ke sebuah tempat yang belum diketahuinya. Abraham tidak bertanya apakah tempat itu lebih baik dari tempatnya sekarang ini ataukah; apakah di tempat yang baru itu, ia akan mendapat lebih banyak harta dibandingkan tempatnya yang sekarang ini?
Abraham memang merasakan betapa besarnya berkat Tuhan dalam kehidupannya dan dalam kehidupan berumah tangganya serta lingkungannya. Abraham menikmati pengasihan Tuhan namun Tuha mau agar Abraham lebig daripada itu, yakni menjadi berkat bagi banyak bangsa. Dan inilah perintahNya: "pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini....engkau akan menjadi berkat dan ketahuilah bahwa Allah tidak meninggalkan kita".
Jadi, Abraham diberkati supaya ia dapat menjadi berkat bagi orang lain. Abraham tidak berkata sama seperti kebanyakan orang "It's not my business! Itu bukan urusan saya atau emangnya gue pikirin".
Keterpanggilan Abraham menjadi dasar bagi keterpanggilan semua umat Tuhan.
Ingatlah: bahwa kita semua telah ditebus dari hukuman dosa dan nilai penebusan itu sangat mahal; yakni pengorbanan Putera Allah Yang Tunggal di atas kayu salib. Dengan demikian saya mau simpulkan bahwa keselamatan adalah berkat yang tidak dapat kita nilai dengan apa pun juga dan hal itu diberikan secara cuma-cuma alias gratis. Jika kita telah sedemikian rupa diberkati oleh Allah, maka kita pun harus saling memberkati. Jadi implikasi moral dari penebusan kita di dalam Kristus adalah: "Jadilah berkat bagi sesamamu"
II. Pertanyaan untuk didiskusikan
1). Apakah yang sering menjadi kendala bagi kita untuk menjadikan diri,
kita masing-masing menjadi berkat bagi orang lain".
2). Dalam hal-hal apa saja kita dapat menyatakan berkat Tuhan bagi sesama?
Untuk Kebaktian/Ibadah Rumah Tangga - Jemaat Samarinda
Rabu, 3 September 2014
Bacaan Alkitab: Kejadian 12 : 1 - 9
Pokok Bahasan:
"Agar warga jemaat memahami dan menghayati panggilannya untuk menjadi berkat bagi sesamanya"
I. Pembimbing
Berbagi berkat dan praktek hidup tolong-menolong dalam bingkai kegotong-royongan menjadi sesuatu yang sangat langka kita temukan di zaman sekarang ini. Dunia di mana kita berada sekarang ini menampakkan sebuah wajah yang baru, yakni mementingkan diri sendiri sehingga tak menaruh peduli dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya.. Tidak ada lagi "tepa-selira" atau kepekaan hati untuk peduli pada mereka yang hidup dalam kekurang-beruntungan. Kata-kata yang sering terdengar ialah: "It's not my business! Itu bukan urusan saya". Pupusnya kepekaan hati semakin memudar ketika seseorang telah hidup dalam kelimpahan atau menduduki jabatan penting dalam pemerintahan atau dalam masyarakat bahkan gereja, seolah-olah tidak ada waktu lagi untuk berurusan dengan orang lain khususnya dari kaum duafa (kaum miskin dan terpinggirkan)
Abram (atau kemudian diberi nama baru oleh Allah: "Abraham") adalah salah satu dari sekian banyak tokoh Alkitab yang tidak asing lagi di pendengaran kita. Ia tercatat sebagai keluarga yang kaya raya, disegani, bermartabat dan terhormat. Semula ia tinggal di kota yang subur dan menjanjikan masa depan; suatu daerah di lembah Sinear yakni "BABILONIA" atau Ur-Kasdim. Sebuah delta yang subur yang dialiri sungai Tigris dan Efrat. Dan kemudian panggilan tersebut berlanjut di tanah Haran. Dan satu hal yang sangat prinsipil dalam hidup Abraham yang ia tetap pegang teguh di tengah kaum yang tidak mengenal Allah dan hal tersebut dinilai oleh Tuhan sebagai satu kebenaran, adalah "Taat pada firman dan oleh ketaatan tersebut maka Abraham taat pada panggilan Tuhan walau banyak hal yang bertolak belakang dengan keinginannya"
Cobalah perhatikan secara saksama perikop bacaan hari ini. Ketika Firman Allah kepada Abraham diperdengarkan maka Abraham spontan meresponnya dengan mengikuti perintah itu. Ia keluar meninggalkan zona amannya, meninggalkan kemapanannya dan pergi ke sebuah tempat yang belum diketahuinya. Abraham tidak bertanya apakah tempat itu lebih baik dari tempatnya sekarang ini ataukah; apakah di tempat yang baru itu, ia akan mendapat lebih banyak harta dibandingkan tempatnya yang sekarang ini?
Abraham memang merasakan betapa besarnya berkat Tuhan dalam kehidupannya dan dalam kehidupan berumah tangganya serta lingkungannya. Abraham menikmati pengasihan Tuhan namun Tuha mau agar Abraham lebig daripada itu, yakni menjadi berkat bagi banyak bangsa. Dan inilah perintahNya: "pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini....engkau akan menjadi berkat dan ketahuilah bahwa Allah tidak meninggalkan kita".
Jadi, Abraham diberkati supaya ia dapat menjadi berkat bagi orang lain. Abraham tidak berkata sama seperti kebanyakan orang "It's not my business! Itu bukan urusan saya atau emangnya gue pikirin".
Keterpanggilan Abraham menjadi dasar bagi keterpanggilan semua umat Tuhan.
Ingatlah: bahwa kita semua telah ditebus dari hukuman dosa dan nilai penebusan itu sangat mahal; yakni pengorbanan Putera Allah Yang Tunggal di atas kayu salib. Dengan demikian saya mau simpulkan bahwa keselamatan adalah berkat yang tidak dapat kita nilai dengan apa pun juga dan hal itu diberikan secara cuma-cuma alias gratis. Jika kita telah sedemikian rupa diberkati oleh Allah, maka kita pun harus saling memberkati. Jadi implikasi moral dari penebusan kita di dalam Kristus adalah: "Jadilah berkat bagi sesamamu"
II. Pertanyaan untuk didiskusikan
1). Apakah yang sering menjadi kendala bagi kita untuk menjadikan diri,
kita masing-masing menjadi berkat bagi orang lain".
2). Dalam hal-hal apa saja kita dapat menyatakan berkat Tuhan bagi sesama?
No comments:
Post a Comment