Laman

Wednesday, February 25, 2015

Kisah Uang 2000 dan 100.000

(Mohon kisah ini jangan diplesetkan)
Tidaklah dapat dipungkiri bahwa uang 2000 (Pangeran Antasari) dan uang 100.000 (dwi-tunggal: Sang Proklamator) memiliki asal-usul (kampung halaman) yang sama. Namun yang membedakannya hanyalah nasib.

Kedua-duanya berasal dari Kampoeng PERURI dengan pakaian yang rapi, mulus dan indah (alias keren) keluar dari sana. Stile keduanya sama, bagai pejabat dengan pakaian bersih berkilauan yang disemprot parfum yang aduhai harumnya. Keduanya merantau ke luar negerinya, ya...keluar dari Kampoeng PERURI.

Namun dua bulan setelah keluar dari Kampoeng PERURI, keduanya bertemu dalam kondisi yang berbeda.

Uang 100.000 tiba-tiba terperanjat menyaksikan kondisi sahabatnya uang 2000.

Uang 100.000 : Waduh..... kondisi kamu seperti orang yang baru kesetrum listrik bertegangan tinggi. Baru 2 bulan kita berpisah dengan memilih jalan masing-masing, tapi kamu sudah berantakan seperti ini. Kasihan kamu bang Anta....
pakaian di badanmu udah lusuh seperti ini, kumal, kotor, penuh dengan tambalan dan bau lagi. Waduh...waduh....waduh,
badan kamu sudah korengan, lecet-lecet seperti ini.
Apa yang terjadi dengan kamu bang Anta? Coba ceritakan, mungkin aku bisa membantu!
Uang 2000 memandang uang 100.000 yang masih tampak keren dan necis dengan perasaan cemburu. Iapun berkata:

uang 2000: Mungkin diriku sudah ditakdirkan oleh yang Mahakuasa seperti ini.
Waktu kita keluar dari Kampoeng PERURI, aku sempat menikmati beberapa hari hidup di rumah gedongan walau itu hanya di kamar si bocah kecil, anak pengusaha. Aku juga sempat masuk ke kamar pembantu di rumah mewah tersebut. Walau demikian, aku juga merasa bangga tinggal di rumah gedongan yang besar itu.
Namun tak lama, aku dipindahkan ke warung sebelah jalanan yang berdebu itu.
Hanya hitungan jam, aku berpindah ke kotak penjual sayur dan kemudian masuk ke kantong plastik penjual ayam potong yang penuh dengan darah dan kotoran ayam. Lalu aku dicampakkan begitu saja ke dalam kotak penjual ikan yang minta ampun amisnya membuat perut aku mual-mual.
Besoknya, aku beralih ke kaleng pengamen jalanan dan setelah itu mampir di warung makan pinggiran.
Tak lama aku berada di warung itu, lalu aku melanglang buana dari tangan para gepeng (gelandangan dan pengemis). Bahkan aku cukup lama tertahan di tangan tukang parkir.


Uang 100.000 dengan serius mendengarkan kisah temannya. Ia hanya manggut-manggut. Kemudian uang 2000 melanjutkan kisahnya.

Uang 2000: Pernah aku jadi rebutan di pasar pagi antara penjual ikan asin dan seorang pedagang asongan. Karena masing-masing merasa berhak memilikiku, akibatnya badanku tercabik-cabik. Untung masih bisa diperban seperti ini, kalau tidak......
mungkin aku sudah diinjak-injak orang atau masuk ke dalam bak sampah untuk dibakar.
Ya.....begitulah nasibku dari hari ke hari bahkan dari bulan ke bulan. Itulah sebabnya badanku seperti ini; penuh dengan luka, dan pakaianku sudah kumal, lusuh dan berbau amis.


Mendengar kisah temannya, uang 100.000 nyelutuk:
Wui...sungguh memprihatinkan keadaanmu kawan.
Memang kasihan kalau jadi orang kecil......Hatiku sedih mendengarkan kisahmu. Tapi apa boleh buat, aku tak dapat menolongmu. Jadi sabar sajalah menerima keadaan yang ada.


Uang 2000 hanya mengangguk dan dengan hati yang tabah menerima keadaannya. Lalu ia bertanya pada uang 100.000

Uang 2000: Apa ya resepnya sehingga tubuhmu masih mulus seperti ini dan pakaianmu tetap keren?Kemudian uang 100.000 menceritakan perjalanannya selama 2 bulan itu.


Uang 100.000 : Waktu kita sama-sama keluar dari Kampoeng PERURI, aku langsung masuk ke bilik seorang konglomerat. Untuk beberapa hari lamanya, aku di tempatkan di brankas bersama-sama dengan perhiasan yang nilainya mahal dan juga parfum merek luar negeri. Aku sempat jalan-jalan ke mall. Tapi hal yang tidak pernah kulupakan ialah, dari sang konglomerat itu aku berpindah ke tangan seorang perempuan cantik yang harum badannya membangkitkan gairah sensual. Setelah dari sana, aku berpindah-pindah tempat dari hotel berbintang 5 ke hotel berbintang 5 lainnya. Aku melanglang buana ke restoran-restoran berstandar internasional. Setelah itu aku pergi ke showroom mobil-mobil mewah, dan juga merasakan celoteh para ibu-ibu pejabat yang sedang arisan di rumah-rumah gedongan.Aku juga sempat mampir ke kantor para petinggi negeri Indonesia bahkan menyaksikan transaksi rahasia di kantor MPR/DPR RI. Yang pasti-pastinya saja, aku seperti seorang selebritis; karena itu tubuhku tetap terjaga, bersih dan mulus dan pakaianku tetap keren dan harum. Aku jarang bahkan sama sekali tidak mengalami situasi di tempat-tempat yang kamu sebutkan tadi.

Uang 2000 tertegun mendengarkan kisah sahabatnya. Namun tak lama setelah itu, ia memperlihatkan mimik kebahagiaan. Ia pun berkata:

Uang 2000 : Ya nasib kita memang jauh berbeda. Tempat kamu memang nyaman dan penuh dengan glamour. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan merasa bangga daripada kamu.

Uang 2000 berhenti sejenak, sehingga uang 100.000 merasa penasaran untuk mendengarkan cerita uang 2000. Uang 100.000 pun tak sabar lalu bertanya

Uang 100.000: Apa yang membuat engkau bangga dan hal itu sama sekali tidak aku miliki?

Uang 2000 kemudian melanjutkan kisahnya

Uang 2000 : Aku bangga karena setiap minggu aku selalu berkumpul dengan teman-teman yang senasib denganku. Aku ada dalam Ibadah-ibadah Hari Minggu, juga Ibadah OIG dan juga kebaktian-kebaktian rumah tangga dan kebaktian-kebaktian insidentil. Aku juga bertemu dengan teman-teman senasib dengan diriku di kotak-kotak amal dan sumbangan-sumbangan kemanusiaan. Saya merasa bangga karena ada waktu-waktu tertentu saya mendengarkan kisah-kisah tentang keindahan sorga dan juga merasa bangga dapat menolong mereka yang dalam kekurangannya. Aku senang karena aku mempunyai banyak teman yang senasib yang setiap saat hadir dalam ibadah dan kegiatan sosial; sedangkan engkau tidak pernah kutemukan di sana.

Uang 100.000 merasa malu dengan dirinya. Dalam hati kecilnya juga mau seperti si Antasari.

Lalu uang 2000 alias si Antasari berkata: Janganlah bersedih, teman! yang pasti ada juga saatnya engkau akan merasakan hal yang sama dengan diriku.
Tetapi itu bergantung di tangan siapa engkau berada. Mudah-mudahan engkau ada di tangan seorang yang dermawan. Dan jika hal itu terjadi, engkau akan merasakan kebahagiaan sama seperti yang kurasakan.

1 comment:

  1. Super sekali pak. sebuah ilustrasi yang sangat inspiratif dan mengugah. Memng sebuah realita bahwa Antasari paling rajin untuk ikut persekutuan. tapi saya percaya bahwa Tuhan sudah menggerakkan umatNya di Temindung sehingga di sana dua Proklamator itu selalu hadir di jemaat Temindung. salamak pak Pdt. salam buat smua kel. by Pdt. Yulianus Toding, Sul-Bar

    ReplyDelete

Web gratis

Web gratis
Power of Love