Laman

Saturday, May 9, 2015

Allah Tidak Membedakan Orang

Bahan Khotbah Hari Minggu, 10 Mei 2015
Gereja Toraja Jemaat Samarinda


Bacaan : Kisah Para Rasul 10 : 34 -43

Kisah ini adalah sebuah kisah Heroik dari Petrus dalam menentang kemapanan adat-istiadat Yahudi yang selama ini membentuk karakter dan kepribadiaannya. Dan kita ketahui bersama bahwa betapa sulitnya seseorang berubah ketika ia sudah dibesarkan di dalam budaya atau tradisi secara turun-temurun. Apalagi jikalau hal itu berkaitan dengan identitas atau martabat seseorang. Tetapi fakta dari kisah ini adalah bahwa Petrus dapat berubah, ia meninggalkan status quonya lalu membuka diri untuk menerima orang lain yang selama ini ini dipandang sebagai orang asing yang tidak pantas untuk diberi perhatian; kini bagi Petrus mereka adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan imannya. Dan hal itu hanya mungkin bagi Petrus, karena Allah yang membentuk dirinya menjadi seorang pribadi yang baru dengan wawasan pemikiran yang baru pula untuk memahami tentang arti keselamatan dari Allah yang bersifat universal. Dan cara Allah untuk menuntun Petrus keluar dari kemapanan adat-istiadat (Status Quo) yang membentuk karakter hidupnya selama ini, sungguh sangat ajaib.

Dikisahkan bahwa ia sedang berada di Yope, sebuah kota pelabuhan antara Teluk Ako (dekat Haifa) dan Mesir. Jarak antara Yope dan Yerusalem adalah + 55 km (arah selatan); sedangkan jarak antara Yope dan Kaisarea + 50 km (arah Utara). Jadi dapat dikatakan bahwa Yope baik pada zaman PL maupun zaman PB menjadi kota pelabuhan yang sangat strategis baik bagi bangsa Israel yang ada di Selatan (Yehuda) maupun bangsa Israel yang ada di Utara (Kaisarea - Samaria). Allah menjadikan tempat ini menjadi garis start bagi Petrus untuk menyampaikan Injil bagi bangsa-bangsa lain. Saat itu, Rasul Petrus menumpang di rumah Simon si Penyamak Kulit; dan Allah menjumpai Rasul Petrus melalui penglihatan yang tidak lazim. Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung, lalu di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang yang dalam aturan Yahudi dianggap "HARAM/NAJIS". Allah memerintahkan Petrus mengambilnya untuk disembelih dan dimakan (ay. 11-13). Tetapi Petrus menolaknya, karena ia adalah seorang yang taat pada apa yang dilarang oleh adat-istiadat Yahudi. Tapi pada akhirnya Petrus menyerah pada kehendak Allah dan ia mulai menyadari bahwa keselamatan itu bukan hanya menjadi milik Israel, tetapi juga ditawarkan kepada bangsa-bangsa lain untuk menjadi milik mereka juga.

Memang agak ganjil menurut ukuran kita; mengapa Tuhan memakai Petrus untuk menyampaikan berita keselamatan kepada Kornelius, sedangkan di Kaisarea sendiri, ada Filipus di sana (Kis. 8:40). Mengapa bukan sekalian Filipus saja yang diutus untuk menyampaikan berita Injil kepada Kornelius. Mengapa harus Petrus yang pada waktu itu berada pada jarak yang cukup jauh dari Kaisarea (+50 km) dibandingkan Filipus yang memang sudah ada di daerah itu untuk memberitakan Injil?

Inilah cara Tuhan yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Dan saya mau menegaskan bahwa  melalui kisah ini, Tuhan mau mewujudkan rencanaNya sebagai mana yang telah diucapkanNya kepada Petrus: "Dan AKU pun berkata kepadamu: engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini AKU akan mendirikan jemaatKU dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan KUberikan kunci kerajaan sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga, dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga (Mat. 16:18-19)". Ya...Petrus diberikan kunci bagi pembangunan Gereja Tuhan. Jika dalam Kis. 2:41, ketika orang banyak itu mendengarkan khotbah Petrus di Yerusalem, maka 3000 orang memberi diri untuk dibaptiskan. Dan ini adalah buah pertama dari karya Roh Kudus melalui Petrus untuk meletakkan dasar Gereja mula-mula di Yerusalem; maka saya mau mengatakan bahwa peristiwa perjumpaan Petrus dan Kornelius yang pada akhirnya Kornelius percaya pada Injil dan dibaptis oleh Petrus di Kaisarea, ini adalah buah pertama dari karya Roh Kudus melalui Petrus bagi pembangunan Gereja mula-mula di antara bangsa-bangsa non-Yahudi. Kisah tentang pembaptisan Kornelius merupakan titik awal di mana Tuhan hendak menyatakan kepada kita, bahwa berita Injil tidak boleh dikurung di antara tembok-tembok kokoh Yerusalem. Injil harus menembus ruang dan waktu; meruntuhkan sekat pemisah antara bangsa dan bahasa. Itulah sebabnya Petrus berkata: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya (Kis. 10:34, 35)". Jadi sebelum Paulus dipilih dan diutus secara khusus untuk menjadi Rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi, ternyata Petrus telah menjadi pembuka jalan bagi Paulus untuk menyampaikan berita Injil kepada segala bangsa. Dan Kornelius menjadi buah pertama dari berita Injil di antara bangsa-bangsa non-Yahudi.

Persoalannya : Bagaimana kehidupan dan pelayanan gereja sekarang ini? Sudahkah gereja menjangkau mereka yang belum mendengar dan belum percaya pada Injil? Sudahkah gereja merangkul mereka yang berkeyakinan lain dan berusaha mengarahkan mereka untuk mengenal kebenaran yang sesungguhnya?

Jujur kita harus akui bahwa gereja-gereja sekarang belum maksimal dalam melaksanakan tugas pengutusannya memberitakan Injil kepada orang lain. Gereja hanya sibuk memperdebatkan hal-hal yang berhubungan dengan dirinya sendiri sehingga mengabaikan Amanat Agung Yesus Kristus: "Pergilah, jadikanlah segala bangsa muridKU, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah KUperintahkan kepadamu (Mat. 28:19-20)". Masih ada saja kelompok anak-anak Tuhan yang disebut Gereja itu merasa risih berhubungan dengan orang lain, dan tidak jarang mereka mengaburkan identitas mereka sebagai anak-anak Tuhan demi mencari jalan aman.

Kisah ini mau menyadarkan kita bahwa saatnya gereja keluar dari cangkangnya. Pelita itu harus diletakkan di atas kaki dian, bukan diletakkan di bawah gantang. Berita Injil harus dikumandangkan dari atas menara, bukan di dalam gedung yang kedap suara.

Siapa gerangan Kornelius sehingga mendapat perhatian dan perlakuan khusus dari Allah? Adakah sesuatu yang spesial dari diri Kornelius, sehingga Allah jatuh hati kepadanya sehingga memerintahkan Petrus menjumpainya di Kaisarea?

Kornelius adalah seorang pejabat pemerintahan Romawi. Dia adalah perwira atau komandan pasukan yang disebut pasukan Italia (Pasukan Elit). Namun jabatannya yang cukup tinggi itu tidak menjadi penghalang baginya untuk mencari kebenaran. Ia tidak merasa risih ataupun merasa malu untuk menjadi seorang pemeluk agama Yahudi walau ia sendiri sadar bahwa dia adalah seorang Romawi. Di samping itu, ia pun sadar bahwa tindakannya itu sangat beresiko bagi jenjang kariernya; jabatannya bisa saja dicopot dan diberikan kepada orang lain, ataukah ia sendiri ditangkap dan dipenjarakan karena dianggap telah menistai agama Romawi. Sekali lagi saya mau katakan bahwa, sedikit pun Kornelius tidak merasa risih akan pilihannya memeluk agama Yahudi dan tidak takut kehilangan jabatan ataupun dipenjarakan. Baginya, mencari Allah dan kebenaran-kebenaranNya adalah di atas segala-galanya.

Kehidupan rohani Kornelius dan keluarganya tercatat dengan jelas dalam Kis. 10:2: "Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah".

Adakah di antara kita yang menyebut diri sebagai anak-anak Tuhan, memiliki kehidupan rohani yang lebih dari pada kehidupan rohani Kornelius dan seisi rumahnya? Saya sendiri merasa malu melihat kehidupan rohani saya ketika saya membaca kehidupan rohani dari Kornelius ini. Dan karena itu, saya katakan pada diri saya, bahwa tidaklah salah jikalau Allah berkenan menjumpai Kornelius secara pribadi dan Allah mau menuntun Kornelius untuk mengenal kebenaran yang sesungguhnya. Kornelius adalah gambaran dari pribadi yang merasa terhilang dari hadapan Allah, namun ia terus mencari Allah dalam kehidupan salehnya, mencari Allah melalui korban-korban persembahannya, mencari Allah dalam doa-doanya dan dalam perbuatan baiknya menolong orang lain. Allah melihat ketulusannya dan melalui malaikat Tuhan, Allah telah menjawab kerinduannya itu: "Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau (Kis. 10:4)". Allah memandang Kornelius bukan sebagai orang asing lagi, karena itu keselamatan dan damai sejahtera menjadi milik Kornelius dan seisi rumahnya.

Kornelius harus menjadi cermin kehidupan bagi kita semua dalam mencari Allah dan kehendaknya. Mungkin saja banyak hal yang melekat pada diri kita yang menjadi penghalang untuk datang kepada Tuhan, namun Kornelius adalah contoh yang tepat; hal mencari Tuhan dan kehendakNya adalah yang paling utama dari segala-galanya. Ingat: Allah tidak membedakan orang. Siapa pun yang datang kepadaNya dan dalam ketulusan mencari kehendakNya, maka Tuhan akan menjawab kerinduannya dan mewujudkan harapannya.
Tuhan Yesus memberkati.


(Cat: Khotbah dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing jemaat).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love