Kisah Inspiratif Kehidupan
Disadur dari https://jeojildo.wordpress.com
Diolah kembali oleh: Pdt. Joni Delima dengan tidak menghilangkan maknanya dan ditambah dengan refleksi pribadi
Jika anda adalah orang yang sering berkeluh atau bersungut-sungut karena anda merasa diri bahwa anda memiliki kekurangan, dan kekurangan anda itu sangat menonjol; maka kisah ini mudah-mudahan membantu anda untuk keluar dari masalah anda tersebut.
Di mata Tuhan, anda sangatlah sempurna dan di balik kekurangan yang anda miliki, Tuhan mau memakainya untuk mewujudkan rencanaNya dalam hidup anda; yakni menjadikan diri anda bermakna bagi orang lain dengan kekurangan yang anda miliki itu. Bangkit dan teruslah berjalan, untuk menggapai masa depan anda. Inilah kisah yang sangat inspiratif itu:
Konon, pada zaman dahulu ada seorang yang bekerja di istana kerajaan yang tugasnya sehari-hari mengambil air dari sebuah telaga yang jaraknya cukup jauh dari istana kerajaan. Tiap pagi hingga siang hari ia harus mengambil air di telaga tersebut sampai bak penampungan air di istana kerajaan terisi penuh. Demikianlah setiap hari ia harus memikul dua tempayang untuk mengangkut air dari telaga ke tempat penampungan. Namun salah satu dari bejana itu memiliki retakan karena sudah tua, sedang tempayan yang satunya baru dan tidak memiliki retakan. Setiap kali itu pula jika tiba di bak penampungan, tempayan yang satu hanya tinggal setengah yang dapat dituang, sedangkan yang satu tetap penuh.
Selama 2 tahun, hal itu terus terjadi, si pembawa air hanya mampu membawa satu setengah tempayan setiap kali tiba di bak penampungan. Tentu saja, tempayan yang sempurna itu bangga dengan hasil yang dicapainya, sedang tenpayan yang memiliki retakan merasa malu dengan ketidak-sempurnaan yang ada padanya. Ia merasa sedih karena ia hanya mampu membawa setengah dari jumlah yang seharusnya dapat ia berikan. 2 tahun yang dilalui adalah masa-masa kesedihan dan kepahitan bagi tempayan yang memiliki retakan.
Suatu hari, ketika sang pembawa air beristirahat di tepi telaga di bawah rindangnya pohon beringin, sang tempayan yang retak menyampaikan isi hatinya kepada sang pembawa air.
Tempayan : tuan, aku malu terhadap diriku dan aku minta maaf kepadamu!
Pembawa air : Mengapa? Apa ada yang salah pada dirimu? Mengapa kau harus malu?
Tempayan : Aku malu karena hanya mampu membawa setengah air dari yang seharusnya. Semua itu karena retakan yang ada padaku. Karena cacatku ini sehingga tuan tidak mendapat hasil yang sempurna.
Sang pembawa air merasa iba terhadap tempayan tua yang memiliki retakan itu dan dengan penuh kasih sayang ia menghibur tempayan tersebut. Sang pembawa air berkata: "Saat nanti jika kita berjalan kembali ke istana, aku mau kamu memperhatikan bunga-bunga indah di jalan setapak yang kita lalui".
Ketika perjalanan kembali menuju istana, mereka mulai mendaki bukit. Bejana tua melihat sinar matahari yang menyinari bunga-bunga liar yang tumbuh indah di sisi jalan setapak. Hal itu membuat ia sedikit terhibur. Namun ketika tiba di istana, hatinya kembali sedih. Ia tetap merasa bersalah karena setengah dari isi yang seharusnya ia berikan telah tertumpah sepanjang perjalanan itu. Saat sang pembawa air beristirahat kembali di bawah teduhnya pohon beringin, tempayan tua kembali menyampaikan kesedihannya.
Pembawa air kemudian menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Kenapa ia tidak mengganti saja tempayan tua itu dengan yang baru. Pembawa air berkata:"Apakah kamu menyadari bahwa bunga-bunga di sepanjang jalan setapak itu hanya ada pada sisi di mana engkau ada tapi tidak ada pada sisi tempayan yang baru itu? Aku tidak menggantikan dirimu dengan tempayan yang baru, karena aku tahu tentang retakan yang ada padamu dan aku mau membuat sesuatu yang lebih indah dan bermakna dari kekuranganmu. Engkau tidak tahu bahwa aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang sisi jalan di mana kamu ada dan setiap hari ketika kita kembali dari telaga itu menuju istana, engkau menyirami benih-benih itu. Selama 2 tahun aku memetik bunga-bunga indah untuk menghiasi meja sang raja. Jika kamu tidak menjadi sebagaimana kamu ada sekarang, maka sang raja tidak akan pernah menikmati keindahan bunga-bunga itu yang turut menyemarakkan istana kerajaan. Karena itu jugalah, maka aku tetap bertahan untuk bekerja di istana karena aku mendapatkan keuntungan dari kekuranganmu. Jadi aku sendiri tidak menyesali hanya membawa satu setengah tempayan saja setiap tiba di bak penampungan, karena setengah dari air yang terbuang itu telah menumbuhkan kehidupan dan kehindahan di istana rajaku".
Mendengar perkataan tersebut, tempayan yang memiliki retakan menjadi tenang bahkan kini merasa bangga dengan dirinya walau ia tidak sempurna.
Sebuah Refleksi:
Siapa pun kita: tua atau muda, besar atau kecil, laki-laki atau perempuan, kaum berada atau pun miskin papa, pejabat atau orang kebanyakan; semua kita pastilah memiliki kekurangan atau ketidak-sempurnaan. Namun sangatlah disayangkan bahwa banyak dari kita yang fokus pada kekurangan yang ada sehingga mempersalahkan diri sendiri, tidak siap menerima diri sendiri apa adanya.
Ingatlah: kita semua adalah bejana yang retak. Tetapi di balik keretakan itu, Tuhan sedang menyimpan rahasia dari sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Di setiap kekurangan diri kita, ada ruang yang dibuka oleh Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Jika kita menyadari hal tersebut, maka kita membiarkan diri kita dibentuk dan dipakai oleh Tuhan untuk memberi makna kepada orang lain lewat kekurangan yang ada.
Mari belajar menerima diri apa adanya dan memohon agar Tuhan memberi kekuatan untuk melakukan kebajikan sejauh yang mampu kita lakukan, selebihnya adalah milik Tuhan.
Disadur dari https://jeojildo.wordpress.com
Diolah kembali oleh: Pdt. Joni Delima dengan tidak menghilangkan maknanya dan ditambah dengan refleksi pribadi
Jika anda adalah orang yang sering berkeluh atau bersungut-sungut karena anda merasa diri bahwa anda memiliki kekurangan, dan kekurangan anda itu sangat menonjol; maka kisah ini mudah-mudahan membantu anda untuk keluar dari masalah anda tersebut.
Di mata Tuhan, anda sangatlah sempurna dan di balik kekurangan yang anda miliki, Tuhan mau memakainya untuk mewujudkan rencanaNya dalam hidup anda; yakni menjadikan diri anda bermakna bagi orang lain dengan kekurangan yang anda miliki itu. Bangkit dan teruslah berjalan, untuk menggapai masa depan anda. Inilah kisah yang sangat inspiratif itu:
Konon, pada zaman dahulu ada seorang yang bekerja di istana kerajaan yang tugasnya sehari-hari mengambil air dari sebuah telaga yang jaraknya cukup jauh dari istana kerajaan. Tiap pagi hingga siang hari ia harus mengambil air di telaga tersebut sampai bak penampungan air di istana kerajaan terisi penuh. Demikianlah setiap hari ia harus memikul dua tempayang untuk mengangkut air dari telaga ke tempat penampungan. Namun salah satu dari bejana itu memiliki retakan karena sudah tua, sedang tempayan yang satunya baru dan tidak memiliki retakan. Setiap kali itu pula jika tiba di bak penampungan, tempayan yang satu hanya tinggal setengah yang dapat dituang, sedangkan yang satu tetap penuh.
Selama 2 tahun, hal itu terus terjadi, si pembawa air hanya mampu membawa satu setengah tempayan setiap kali tiba di bak penampungan. Tentu saja, tempayan yang sempurna itu bangga dengan hasil yang dicapainya, sedang tenpayan yang memiliki retakan merasa malu dengan ketidak-sempurnaan yang ada padanya. Ia merasa sedih karena ia hanya mampu membawa setengah dari jumlah yang seharusnya dapat ia berikan. 2 tahun yang dilalui adalah masa-masa kesedihan dan kepahitan bagi tempayan yang memiliki retakan.
Suatu hari, ketika sang pembawa air beristirahat di tepi telaga di bawah rindangnya pohon beringin, sang tempayan yang retak menyampaikan isi hatinya kepada sang pembawa air.
Tempayan : tuan, aku malu terhadap diriku dan aku minta maaf kepadamu!
Pembawa air : Mengapa? Apa ada yang salah pada dirimu? Mengapa kau harus malu?
Tempayan : Aku malu karena hanya mampu membawa setengah air dari yang seharusnya. Semua itu karena retakan yang ada padaku. Karena cacatku ini sehingga tuan tidak mendapat hasil yang sempurna.
Sang pembawa air merasa iba terhadap tempayan tua yang memiliki retakan itu dan dengan penuh kasih sayang ia menghibur tempayan tersebut. Sang pembawa air berkata: "Saat nanti jika kita berjalan kembali ke istana, aku mau kamu memperhatikan bunga-bunga indah di jalan setapak yang kita lalui".
Ketika perjalanan kembali menuju istana, mereka mulai mendaki bukit. Bejana tua melihat sinar matahari yang menyinari bunga-bunga liar yang tumbuh indah di sisi jalan setapak. Hal itu membuat ia sedikit terhibur. Namun ketika tiba di istana, hatinya kembali sedih. Ia tetap merasa bersalah karena setengah dari isi yang seharusnya ia berikan telah tertumpah sepanjang perjalanan itu. Saat sang pembawa air beristirahat kembali di bawah teduhnya pohon beringin, tempayan tua kembali menyampaikan kesedihannya.
Pembawa air kemudian menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Kenapa ia tidak mengganti saja tempayan tua itu dengan yang baru. Pembawa air berkata:"Apakah kamu menyadari bahwa bunga-bunga di sepanjang jalan setapak itu hanya ada pada sisi di mana engkau ada tapi tidak ada pada sisi tempayan yang baru itu? Aku tidak menggantikan dirimu dengan tempayan yang baru, karena aku tahu tentang retakan yang ada padamu dan aku mau membuat sesuatu yang lebih indah dan bermakna dari kekuranganmu. Engkau tidak tahu bahwa aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang sisi jalan di mana kamu ada dan setiap hari ketika kita kembali dari telaga itu menuju istana, engkau menyirami benih-benih itu. Selama 2 tahun aku memetik bunga-bunga indah untuk menghiasi meja sang raja. Jika kamu tidak menjadi sebagaimana kamu ada sekarang, maka sang raja tidak akan pernah menikmati keindahan bunga-bunga itu yang turut menyemarakkan istana kerajaan. Karena itu jugalah, maka aku tetap bertahan untuk bekerja di istana karena aku mendapatkan keuntungan dari kekuranganmu. Jadi aku sendiri tidak menyesali hanya membawa satu setengah tempayan saja setiap tiba di bak penampungan, karena setengah dari air yang terbuang itu telah menumbuhkan kehidupan dan kehindahan di istana rajaku".
Mendengar perkataan tersebut, tempayan yang memiliki retakan menjadi tenang bahkan kini merasa bangga dengan dirinya walau ia tidak sempurna.
Sebuah Refleksi:
Siapa pun kita: tua atau muda, besar atau kecil, laki-laki atau perempuan, kaum berada atau pun miskin papa, pejabat atau orang kebanyakan; semua kita pastilah memiliki kekurangan atau ketidak-sempurnaan. Namun sangatlah disayangkan bahwa banyak dari kita yang fokus pada kekurangan yang ada sehingga mempersalahkan diri sendiri, tidak siap menerima diri sendiri apa adanya.
Ingatlah: kita semua adalah bejana yang retak. Tetapi di balik keretakan itu, Tuhan sedang menyimpan rahasia dari sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Di setiap kekurangan diri kita, ada ruang yang dibuka oleh Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Jika kita menyadari hal tersebut, maka kita membiarkan diri kita dibentuk dan dipakai oleh Tuhan untuk memberi makna kepada orang lain lewat kekurangan yang ada.
Mari belajar menerima diri apa adanya dan memohon agar Tuhan memberi kekuatan untuk melakukan kebajikan sejauh yang mampu kita lakukan, selebihnya adalah milik Tuhan.
No comments:
Post a Comment