Laman

Monday, May 18, 2015

Kesetiaan Di Tengah Ketidak-nyamanan

Sebuah Kisah Nyata
Disadur dari : iphincow.com/../arti-kesetiaan/
Sebuah Kisah Inspiratif Bagi Setiap Pasangan Suami-Istri
Kisah ini diolah kembali oleh : Pdt. Joni Delima, dengan memberi Refleksi
tanpa menghilangkan maknanya yang semula.

Seorang bapak bernama Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yang sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses memajukan industri Reksadana Indonesia. Tapi bukan keberhasilan di dalam meniti karir yang membuat pak Suyatno menjadi pribadi yang dikagumi banyak orang, tetapi kesetiaannya dalam mempertahankan cinta terhadap sang istri. Bagi seorang Suyatno, tidak ada dalam kamus kehidupannya sebuah pepatah: Habis manis sepah dibuang. Cinta baginya bukanlah sebuah dorongan hawa nafsu, tetapi tindakan memberi hidup saat pasangan sudah tidak memiliki harapan untuk hidup. Pengorbanan dari cinta adalah "KESETIAAN", tidak ada tindakan yang lebih mulia dari pada itu.

Jika anda adalah seorang yang tidak peduli dengan arti kesetiaan, namun anda adalah seorang yang menuntut untuk dicintai dan mau mencintai; maka malulah pada diri anda sendiri ketika anda membaca kisah ini. Sebab Cinta tanpa Kesetiaan adalah sebuah hal yang OMONG-KOSONG.

Silahkan baca dan resapi kisah hidup Bapak Eko Pratomo Suyatno, sebuah kisah yang sempat ditayangkan di Metro TV melalui acara Kick Andy.

Pak Eko Suyatno telah menjalani hidup pernikahan selama 32 tahun dan dikaruniai 4 orang anak. Ia merasakan kehidupan rumah-tangganya sangat bahagia. Tapi di sinilah ujian iman datang menerpa kehidupan Suyatno, yakni ketika sang istri melahirkan anak ke-4. Tiba-tiba sang istri mengalami kelumpuhan pada bagian kaki sehingga tidak dapat digerakkan. Hal ini berlangsung 2 tahun lamanya. Memasuki tahun ke-3, seluruh tubuh istrinya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari, pak Suyatno melakukan tugas seperti merawat seorang bayi. Ia memandikan istrinya, membersihkan kotorannya, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Sebelum ia berangkat kerja, dia meletakkan sang istri di depan TV, supaya untuk beberapa jam lamanya ketika ditinggal sang istri tidak merasa kesepian. Sebelum berangkat kerja, ia membelai rambut sang istri dan memberikan kecupan dan menyapa dengan lembut dibalut dengan senyum. Sang istri pun hanya bisa membalas dengan tersenyum.

Bukan hanya merawat sang istri, pak Suyatno memainkan peran sebagai seorang ibu bagi keempat anak-anaknya. Ia memperhatikan perkembangan studi anak-anaknya dan mendorong mereka untuk menjadi anak yang sukses walau mereka harus memiliki seorang ibu yang tidak bisa memberi perhatian kepada anak-anaknya seperti ibu-ibu yang lainnya. Pak Suyatno berharap kelak anak-anaknya dapat mengalami kebahagiaan lebih dari pada kebahagiaan dari ayahnya. Ia tidak mau anak-anaknya gagal dan merasa kecewa dalam menjalani hidup.

Untunglah bahwa tempat kerja pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga ia dapat mengatur waktunya, untuk istri dan anak-anaknya tanpa melalaikan pekerjaannya. Demikianlah, ketika siang, pak Suyatno kembali ke rumah untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan sang istri, mengganti pakaian dan selepas makan malam, mereka berdua menonton TV sambil pak Suyatno menceritakan apa saja yang dia alami seharian. Istrinya hanya bisa memandang, tapi tidak bisa menanggapi; namun pak Suyatno sudah cukup senang ketika sang istri menatapnya dengan senyuman. Pak Suyatno juga selalu mengoda istrinya setiap mereka berangkat tidur. Sang istri diangkatnya, dibaringkan dengan hati-hati, kemudian didekat dan dikecupnya.

Rutinitas ini dilakukan pak Suyatno selama + 25 tahun. Dengan sabar dan penuh cinta ia merawat istrinya dan membesarkan ke-4 anaknya. Sekarang anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan 3 orang sudah berumah-tangga, kecuali si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari, ke-4 anak pak Suyatno berkumpul di rumah orangtua mereka karena ketika mereka sudah menikah, mereka sudah tinggal bersama dengan keluarganya masing-masing. Dengan hati-hati, anak sulung mewakili ke-3 saudaranya menyampaikan isi hati mereka. Anak sulung pak Suyatno berkata: "Pak....kami ingin sekali merawat ibu. Sejak kami kecil, kami melihat bapak merawat ibu dan tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari mulut bapak dan bapak juga tidak mengijinkan kami menjaga ibu dengan alasan tugas utama kami adalah belajar".

Dengan airmata berlinang, si sulung melanjutkan kata-katanya: "Pak....ini yang keempat kalinya kami menghadap bapak, kami sepakat supaya bapak menikah lagi dan kami rasa bahwa ibu pun akan mengijinkannya. Kapan bapak dapat menikmati masa tua jika bapak hanya mengerjakan tugas merawat ibu. Dengan berkorban seperti ini, kami tidak tega melihat bapak menderita. Kami janji, kami akan merawat ibu dengan baik seperti yang bapak sudah lakukan terhadap ibu selama ini. Kami janji, kami akan menjaga ibu secara bergilir".

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga oleh anak-anaknya: "Anak-anakku... jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk memuaskan nafsu, mungkin bapakmu ini akan menikah....tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian disampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian dengan mempertaruhkan nyawanya. Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta, dan kehadiran kalian dalam kehidupan bapakmu ini tidak dapat dinilai dan ditukar dengan apa pun juga. Itu hanya bisa bapak alami karena ibu kalian telah memberikan kamu kepadaku. Coba kalian tanya kepada ibumu, apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini supaya bapak bisa menikah lagi? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia dengan meninggalkan ibumu dalam keadaannya seperti ini. Mungkin kalian berpikir, siapa yang akan merawat bapak ketika bapak sakit atau tidak kuat lagi, tapi bagaimana dengan ibu kalian? Jika Tuhan masih memberi kekuatan kepada bapak, bapak akan terus merawat ibu kalian sampai maut memisahkan kami".

Sejenak, meledak tangis anak-anak pak Suyatno. Anak-anak pak Suyatno pun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata sang ibu. Dengan pilu, ditatapnya mata sang suami yang sangat dicintainya itu.

Suatu hari, pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV Swasta (MetroTV) untuk hadir di studio sebagai nara sumber dalam acara Kick Andy. Andy Noya sang pembawa acara (Presenter) mengajukan pertanyaan kepada Suyatno: "Apa kiat pak Suyatno sehingga mampu bertahan selama 25 tahun merawat istri yang tidak lagi dapat berbuat apa-apa?".

Mendengar pertanyaan tersebut, langsung meledaklah tangisan bapak Suyatno, dan semua tamu yang ada di studia yang mayoritas kaum ibu turut larut dalam kesedihan menahan rasa haru. Di situlah pak Suyatno bercerita:"Jika manusia di dunia ini mengagungkan cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau berkorban dengan memberi waktunya, tenaganya, pikirannya, perhatiaannya terhadap pasangannya, maka cintanya itu hampa dan sia-sia saja. Saya memilih istri saya sebagai pendamping hidup saya, dan waktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan ia sudah memberikan kepada saya 4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang ia sakit karena telah berkorban untuk cinta kami bersama. Dan hal itu adalah ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintai dirinya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit".

Refleksi Diri:

Cinta bukanlah sejuta kata-kata indah, tetapi cinta adalah tindakan untuk memberi saat yang dicintai ada dalam keadaan yang hampa. Cinta yang hanya sebatas pandangan mata penuh dengan kepalsuan, tetapi cinta yang tulus dan yang lahir dari nuranimtidak akan pernah mencampakkan orang yang dicintainya saat ia ada dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Cinta Tuhan terhadap manusia adalah bukti dari cinta yang lahir dari kedalam hati yang penuh dengan belas-kasihan. Menyaksikan manusia yang ada di ambang kehancurannya walau itu adalah buah dari perbuatan manusia sendiri, namun tangan Tuhan tetap terbuka untuk menyambut dan menerima manusia apa adanya. Ia Maha-murah, berlimpah kasih dan rahmat. Ia tidak pendendam dan tidak menyimpan sakit-hati. Setinggi langit di atas bumi, demikianlah dijauhkan pelanggaran-pelanggaran kita, seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikianlah Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia (Mmz. 103:8-11). Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabt-sahabatnya (Yoh. 15:13).

Jikalau Allah sedemikian mencintai anda apa adanya, maka sebagai anak-anak Tuhan, hendaknya anda mencinta pasangan anda apa adanya, bukan karena ada apanya.
Camkan hal ini: Love is not what you say, but love is what you do.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love