Bahan Untuk Ibadah Rumah Tangga
Tanggal 15 - 20 Juni 2015
Pengembangan dari Buku Membangun Jemaat Gereja Toraja
Bacaan : Markus 4 : 26 - 29
Pemahaman Teks:
Perikop ini hendak menjelaskan kepada para pendengar yang mendengarkan ajaran Tuhan Yesus terkait dengan hal "Kerajaan Allah" dan intisari dari semua pengajaran Tuhan Yesus adalah tentang "Kerajaan Allah".
Tenyata bahwa di kalangan para pendengar pada saat itu salah dalam memahami hal "Kerajaan Allah", sehingga Tuhan Yesus hendak meluruskan kembali pemahaman tersebut. Bagi para pendengarNya pada saat itu, bahkan di kalangan orang Yahudi secara keseluruhan, mereka memahami hal "Kerajaan Allah" atau dalam bahasa Inggrisnya: "The Kingdom of God" adalah suatu keadaan atau yang diciptakan oleh Allah untuk memulihkan kembali Takhta Daud. Jadi hal "Kerajaan Allah" bersifat politis, di mana seorang Mesias akan datang dan kembali membebaskan bangsa Israel dari segala bentuk penindasan dan Sang Mesias tersebut akan dinobatkan sebagai Raja untuk duduk di atas Takhta Daud.
Tidaklah mengherankan ketika Yohanes Pembaptis tampil dan memberitakan berita pertobatan, maka ekspektasi (semangat yang menyala-nyala) dari orang banyak tentang kedatangan Sang Mesias bertumbuh sehingga ada yang beranggapan bahwa Yohaneslah Sang Mesias yang dijanjikan itu. Yohanes pun menampik anggapan orang banyak itu dengan mengatakan: "aku bukan Mesias... aku membaptis kamu dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasutNya pun aku tidak layak (Yah. 1:20, 26, 27)". Namun pada akhirnya ketika Yohanes Pembaptis dipenjarakan, iapun mempunyai pikiran yang sama seperti kebanyakan orang tentang Mesias yang dijanjikan itu, sehingga ia mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain (Mat. 11:3)".
Dan setelah Tuhan Yesus tampil, Ia membuat banyak mujizat serta dengan penuh kewibawaan Ia menyampaikan menyampaikan pengajaran-pengajaranNya sehingga orang banyak menjadi takjub, sebab pengajaran-pengajaranNya berbeda jauh dengan ahli-ahli Taurat dan rabbi-rabbi Yahudi. Hal inilah yang membuat orang banyak bahwa Dia sesungguhnya Mesias yang dijanjikan itu. Dan semangat penantian itu mencapai puncaknya ketika Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem lalu orang banyak yang sangat besar jumlahnya menanggalkan pakaiannya lalu menghamparkan di jalan yang dilalui Yesus menjadi permadani sambil berseru : "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi (Mat. 21:9)". Bukan hanya di kalangan para pendengarNya, para muridNya pun melihat sosok Yesus dalam sudut pandang politis, sehingga mereka mempersoalkan siapa yang pantas untuk mendampingi Yesus manakalah Yesus memaklumkan diriNya sebagai Raja (Luk. 9:46-48 dan Mark. 10:35-37).
Tetapi bagi Yesus, "Kerajaan Allah atau The Kingdom of God" bukanlah pemerintahan Allah dalam arti politis. Bukanlah sebuah sistem pemerintahan sama seperti pemerintahan duniawi, di mana Yesus memaklumkan dirinya sebagai Raja dengan batas-batas wilayah tertentu dan dalam menjalankan roda pemerintahan maka Dia dibantu oleh orang-orang tertentu. Tidak demikian! Tetapi "Kerajaan Allah" dalam pandangan Yesus adalah hal yang bersifat rohani. "Kerajaan Allah" dalam pandangan Tuhan Yesus menunjuk pada sikap hidup seseorang yang mau membuka dirinya untuk menyambut Firman Tuhan dan berusaha untuk hidup berdasarkan Firman itu.
Aplikasi:
Apakah makna dari perikop bacaan kita hari ini dalam konteks kehidupan kita sekarang?
Mari kita perhatikan ayat per ayat.
Ayat 26, hal Kerajaan Allah seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Sang penabur menunjuk pada Tuhan Yesus dan kemudian yakni semua orang yang dipakaiNya untuk memberitakan Firman. Benih itu adalah Firman Tuhan sedangkan tanah menunjuk pada tiap-tiap orang yang membuka hatinya untuk menjadi tempat bagi pertumbuhan Injil (Firman Tuhan). Jadi kuncinya agar setiap orang dapat menikmati Kerajaan Allah adalah jika mereka menyambut sang pemberita sebagai utusan Allah dan percaya serta hidup berpadanan pada berita yang disampaikan sang pemberita tersebut. Pada zaman Perjanjian Lama, Musa pun menekankan hal ini: "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan Allahmu dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan Allahmu akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan Allahmu (Ul. 28:1-2)". Jadi Kerajaan Allah menunjuk pada kondisi batin di mana kita membuka diri dan hati kita untuk mendengarkan Firman dan melakukannya. Jika hal itu kita lakukan maka hidup kita akan diberkati. Dan inilah sabda Tuhan Yesus: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33)".
Pada ayat 27, hendak menjelaskan kepada kita bahwa kuasa untuk memberi pertumbuhan pada benih Injil hingga menghasilkan buah bukan terletak pada sang penabur atau pemberita, tetapi hal itu berada pada kuasa dan kehendak Allah. Jadi ketika benih Injil bertumbuh dengan suburnya lalu menghasikan buah, maka sang penabur atau pemberita tidak boleh mengklaim bahwa hal itu hanya mungkin karena kekuatan atau kemampuannya. Inilah yang sering menjadi jebakan bagi para pelayan-pelayan, baik itu Pendeta, Penatua atau Diaken yang sering mengklaim bahwa "jika bukan karena mereka, maka jemaat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Jemaat ini bisa bertumbuh dan terus berkembang karena AKU atau karena KAMI". Karena itu, benar dan tepat apa yang dikatakan Paulus seperti yang dikhotbahkan pada hari minggu kemarin: "kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perantaraan kami (2 Kor. 5:21)". Jadi semua pemberita hanyalah alat di tangan Tuhan. Sebuah cangkul tidak mempunyai kuasa sama sekali jika ia tidak berada di tangan seorang petani. Ia baru bisa berfungsi jika dipakai atau digerakkan. Semahal-mahalnya sebuah mobil, ia tetap barang yang mati dan tidak akan memberi manfaat apa-apa jika ia hanya disimpan di garasi. Ia hanya bisa berfungsi jika dihidupkan dan digerakkan oleh pihak lain. Jadi jika kita ini hanyalah alat, mengapakah kita harus menyombongkan diri dengan berkata: "Aku-ri atau kami-ri".
Pada ayat 28, hendak menjelaskan kepada kita bahwa Firman Tuhan yang disampaikan tidak akan pernah kembali kepada Tuhan tanpa membawa hasil. Kita sering menyaksikan bahwa ada seorang anak yang nakalnya minta ampun, sudah berkali-kali dinasehati namun rasa-rasanya ia tidak berubah juga. Tapi ternyata di kemudian hari, justru anak yang nakal ini menjadi orang yang berhasil dan menjadi berkat bagi banyak orang. Contohnya, seorang tokoh Gereja pada abad ke-4 Masehi yang bernama Agustinus. Ia adalah seorang anak yang kelakuannya sangat bejat. Namun ibunya yang bernama Monica adalah seorang yang taat dan senantiasa berdoa untuk anaknya dan tidak pernah merasa jenuh untuk mengajar anaknya tentang Firman Tuhan. Suatu waktu Monica berdoa dengan cucuran airmata dan hal ini disaksikan oleh uskup Ambrosius (Uskup di Milano). Sang uskup bertanya mengapa ia menangis, lalu Monica menyampaikan pergumulan batinnya. Inilah ucapan sang uskup: "Seorang anak yang didoakan dengan cucuran airmata, hidup dan masa depannya tidak akan sia-sia". Dan ucapan ini kemudian menjadi kenyataan. Agustinus menjadi tokoh besar Gereja pada abad ke-4 yang kemudian diangkat menjadi uskup di Kartago (Afrika Utara).
Jadi Firman Tuhan berkuasa mengubah hal-hal yang mustahil menjadi sebuah kenyataan. Bumi dan segala isinya menjadi ada, bermula karena FIRMAN (baca: Kejadian 1). Orang-orang yang mendengarkan dan yang merenungkan Firman Tuhan selalu diumpamakan seperti pohon yang ditanam di tepi batang air. Ia tidak kuatir akan datangnya musim kering. Daunnya tetap hijau dan ia tidak pernah berhenti untuk menghasilkan buah. Karena itu, jangan anggap remeh Firman Tuhan. Firman Tuhan berkuasa mengubah hidup kita sehingga kita menjadi orang yang berbahagia. Tuhan Yesus bersabda: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya (Luk. 11:28)".
Ayat 28, menunjuk pada hasil akhir. Orang-orang yang takut akan Tuhan dan setia menuruti kehendakNya, maka kelak hidup mereka tidak akan dicampakkan. Untuk itulah saya mau mengatakan kepada anda, berusahalah untuk hidup benar menurut yang diinginkan Tuhan dan jangan menuruti hawa nafsu anda. Lalu camkanlah hal ini: "orang benar tidak akan ditinggalkan dan anak cucunya tidak akan meminta-minta roti (Mzm. 37:25)".
Karena itu, marilah kita bertumbuh dalam Tuhan sesuai dengan pengajaran FirmanNya. Marilah kita setia melakukan segala kehendakNya. Sebab jika demikian, maka hidup kita akan berbuah; dan lebih dari pada itu, saudara dan saya akan menjadi berkat bagi banyak orang.
Tanggal 15 - 20 Juni 2015
Pengembangan dari Buku Membangun Jemaat Gereja Toraja
Bacaan : Markus 4 : 26 - 29
Pemahaman Teks:
Perikop ini hendak menjelaskan kepada para pendengar yang mendengarkan ajaran Tuhan Yesus terkait dengan hal "Kerajaan Allah" dan intisari dari semua pengajaran Tuhan Yesus adalah tentang "Kerajaan Allah".
Tenyata bahwa di kalangan para pendengar pada saat itu salah dalam memahami hal "Kerajaan Allah", sehingga Tuhan Yesus hendak meluruskan kembali pemahaman tersebut. Bagi para pendengarNya pada saat itu, bahkan di kalangan orang Yahudi secara keseluruhan, mereka memahami hal "Kerajaan Allah" atau dalam bahasa Inggrisnya: "The Kingdom of God" adalah suatu keadaan atau yang diciptakan oleh Allah untuk memulihkan kembali Takhta Daud. Jadi hal "Kerajaan Allah" bersifat politis, di mana seorang Mesias akan datang dan kembali membebaskan bangsa Israel dari segala bentuk penindasan dan Sang Mesias tersebut akan dinobatkan sebagai Raja untuk duduk di atas Takhta Daud.
Tidaklah mengherankan ketika Yohanes Pembaptis tampil dan memberitakan berita pertobatan, maka ekspektasi (semangat yang menyala-nyala) dari orang banyak tentang kedatangan Sang Mesias bertumbuh sehingga ada yang beranggapan bahwa Yohaneslah Sang Mesias yang dijanjikan itu. Yohanes pun menampik anggapan orang banyak itu dengan mengatakan: "aku bukan Mesias... aku membaptis kamu dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasutNya pun aku tidak layak (Yah. 1:20, 26, 27)". Namun pada akhirnya ketika Yohanes Pembaptis dipenjarakan, iapun mempunyai pikiran yang sama seperti kebanyakan orang tentang Mesias yang dijanjikan itu, sehingga ia mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain (Mat. 11:3)".
Dan setelah Tuhan Yesus tampil, Ia membuat banyak mujizat serta dengan penuh kewibawaan Ia menyampaikan menyampaikan pengajaran-pengajaranNya sehingga orang banyak menjadi takjub, sebab pengajaran-pengajaranNya berbeda jauh dengan ahli-ahli Taurat dan rabbi-rabbi Yahudi. Hal inilah yang membuat orang banyak bahwa Dia sesungguhnya Mesias yang dijanjikan itu. Dan semangat penantian itu mencapai puncaknya ketika Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem lalu orang banyak yang sangat besar jumlahnya menanggalkan pakaiannya lalu menghamparkan di jalan yang dilalui Yesus menjadi permadani sambil berseru : "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi (Mat. 21:9)". Bukan hanya di kalangan para pendengarNya, para muridNya pun melihat sosok Yesus dalam sudut pandang politis, sehingga mereka mempersoalkan siapa yang pantas untuk mendampingi Yesus manakalah Yesus memaklumkan diriNya sebagai Raja (Luk. 9:46-48 dan Mark. 10:35-37).
Tetapi bagi Yesus, "Kerajaan Allah atau The Kingdom of God" bukanlah pemerintahan Allah dalam arti politis. Bukanlah sebuah sistem pemerintahan sama seperti pemerintahan duniawi, di mana Yesus memaklumkan dirinya sebagai Raja dengan batas-batas wilayah tertentu dan dalam menjalankan roda pemerintahan maka Dia dibantu oleh orang-orang tertentu. Tidak demikian! Tetapi "Kerajaan Allah" dalam pandangan Yesus adalah hal yang bersifat rohani. "Kerajaan Allah" dalam pandangan Tuhan Yesus menunjuk pada sikap hidup seseorang yang mau membuka dirinya untuk menyambut Firman Tuhan dan berusaha untuk hidup berdasarkan Firman itu.
Aplikasi:
Apakah makna dari perikop bacaan kita hari ini dalam konteks kehidupan kita sekarang?
Mari kita perhatikan ayat per ayat.
Ayat 26, hal Kerajaan Allah seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Sang penabur menunjuk pada Tuhan Yesus dan kemudian yakni semua orang yang dipakaiNya untuk memberitakan Firman. Benih itu adalah Firman Tuhan sedangkan tanah menunjuk pada tiap-tiap orang yang membuka hatinya untuk menjadi tempat bagi pertumbuhan Injil (Firman Tuhan). Jadi kuncinya agar setiap orang dapat menikmati Kerajaan Allah adalah jika mereka menyambut sang pemberita sebagai utusan Allah dan percaya serta hidup berpadanan pada berita yang disampaikan sang pemberita tersebut. Pada zaman Perjanjian Lama, Musa pun menekankan hal ini: "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan Allahmu dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan Allahmu akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan Allahmu (Ul. 28:1-2)". Jadi Kerajaan Allah menunjuk pada kondisi batin di mana kita membuka diri dan hati kita untuk mendengarkan Firman dan melakukannya. Jika hal itu kita lakukan maka hidup kita akan diberkati. Dan inilah sabda Tuhan Yesus: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33)".
Pada ayat 27, hendak menjelaskan kepada kita bahwa kuasa untuk memberi pertumbuhan pada benih Injil hingga menghasilkan buah bukan terletak pada sang penabur atau pemberita, tetapi hal itu berada pada kuasa dan kehendak Allah. Jadi ketika benih Injil bertumbuh dengan suburnya lalu menghasikan buah, maka sang penabur atau pemberita tidak boleh mengklaim bahwa hal itu hanya mungkin karena kekuatan atau kemampuannya. Inilah yang sering menjadi jebakan bagi para pelayan-pelayan, baik itu Pendeta, Penatua atau Diaken yang sering mengklaim bahwa "jika bukan karena mereka, maka jemaat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Jemaat ini bisa bertumbuh dan terus berkembang karena AKU atau karena KAMI". Karena itu, benar dan tepat apa yang dikatakan Paulus seperti yang dikhotbahkan pada hari minggu kemarin: "kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perantaraan kami (2 Kor. 5:21)". Jadi semua pemberita hanyalah alat di tangan Tuhan. Sebuah cangkul tidak mempunyai kuasa sama sekali jika ia tidak berada di tangan seorang petani. Ia baru bisa berfungsi jika dipakai atau digerakkan. Semahal-mahalnya sebuah mobil, ia tetap barang yang mati dan tidak akan memberi manfaat apa-apa jika ia hanya disimpan di garasi. Ia hanya bisa berfungsi jika dihidupkan dan digerakkan oleh pihak lain. Jadi jika kita ini hanyalah alat, mengapakah kita harus menyombongkan diri dengan berkata: "Aku-ri atau kami-ri".
Pada ayat 28, hendak menjelaskan kepada kita bahwa Firman Tuhan yang disampaikan tidak akan pernah kembali kepada Tuhan tanpa membawa hasil. Kita sering menyaksikan bahwa ada seorang anak yang nakalnya minta ampun, sudah berkali-kali dinasehati namun rasa-rasanya ia tidak berubah juga. Tapi ternyata di kemudian hari, justru anak yang nakal ini menjadi orang yang berhasil dan menjadi berkat bagi banyak orang. Contohnya, seorang tokoh Gereja pada abad ke-4 Masehi yang bernama Agustinus. Ia adalah seorang anak yang kelakuannya sangat bejat. Namun ibunya yang bernama Monica adalah seorang yang taat dan senantiasa berdoa untuk anaknya dan tidak pernah merasa jenuh untuk mengajar anaknya tentang Firman Tuhan. Suatu waktu Monica berdoa dengan cucuran airmata dan hal ini disaksikan oleh uskup Ambrosius (Uskup di Milano). Sang uskup bertanya mengapa ia menangis, lalu Monica menyampaikan pergumulan batinnya. Inilah ucapan sang uskup: "Seorang anak yang didoakan dengan cucuran airmata, hidup dan masa depannya tidak akan sia-sia". Dan ucapan ini kemudian menjadi kenyataan. Agustinus menjadi tokoh besar Gereja pada abad ke-4 yang kemudian diangkat menjadi uskup di Kartago (Afrika Utara).
Jadi Firman Tuhan berkuasa mengubah hal-hal yang mustahil menjadi sebuah kenyataan. Bumi dan segala isinya menjadi ada, bermula karena FIRMAN (baca: Kejadian 1). Orang-orang yang mendengarkan dan yang merenungkan Firman Tuhan selalu diumpamakan seperti pohon yang ditanam di tepi batang air. Ia tidak kuatir akan datangnya musim kering. Daunnya tetap hijau dan ia tidak pernah berhenti untuk menghasilkan buah. Karena itu, jangan anggap remeh Firman Tuhan. Firman Tuhan berkuasa mengubah hidup kita sehingga kita menjadi orang yang berbahagia. Tuhan Yesus bersabda: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya (Luk. 11:28)".
Ayat 28, menunjuk pada hasil akhir. Orang-orang yang takut akan Tuhan dan setia menuruti kehendakNya, maka kelak hidup mereka tidak akan dicampakkan. Untuk itulah saya mau mengatakan kepada anda, berusahalah untuk hidup benar menurut yang diinginkan Tuhan dan jangan menuruti hawa nafsu anda. Lalu camkanlah hal ini: "orang benar tidak akan ditinggalkan dan anak cucunya tidak akan meminta-minta roti (Mzm. 37:25)".
Karena itu, marilah kita bertumbuh dalam Tuhan sesuai dengan pengajaran FirmanNya. Marilah kita setia melakukan segala kehendakNya. Sebab jika demikian, maka hidup kita akan berbuah; dan lebih dari pada itu, saudara dan saya akan menjadi berkat bagi banyak orang.
No comments:
Post a Comment