Laman

Thursday, July 23, 2015

Mengatasi rasa : SOMBONG dan RENDAH DIRI (1)

Renungan Malam - Kamis, 23 Juli 2015
Sebuah Refleksi Pribadi

Bacaan Alkitab : Lukas 10 : 17 - 24


"Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga"


Saya tidak dapat menampik bahwa dalam diri saya, ada dua sisi ekstrem yang sering muncul ke permukaan dan kedua-duanya menjadi noda yang mengotori pelayanan saya. Saya tidak mau kedua sisi ini mengendalikan hidup saya dan karena itu saya berusaha untuk belajar menata-kelolah hidup saya bukan berdasarkan hikmat manusia tetapi berdasarkan hikmat Tuhan. Ini memang bukan perkara yang mudah, namun saya tidak boleh menyerah.

Kedua sisi ekstrem ini juga menjadi pemandangan saya setiap hari ketika mengalami perjumpaan serta berinteraksi dengan orang lain. Tanpa sadar, orang-orang tersebut mengungkapkan sisi buruk dari kehidupannya yang sesungguhnya sifatnya sangat privasi; artinya, hanya dia yang perlu tahu dan berusaha untuk mengatasinya. Tapi pada situasi seperti ini, saya pun harus belajar untuk menahan diri agar tidak berkata pada diri saya bahwa saya lebih baik dari pada mereka. Saya mau belajar bahwa sisi ekstrem yang nampak pada orang lain adalah gambaran nyata dari sisi ekstrem yang ada dan tersembunyi dalam diri saya.

Apakah kedua sisi ektrem itu?

Sisi ekstrem yang pertama adalah "SOMBONG".

Sesungguhnya rasa "SOMBONG" adalah aktualisasi perasaan yang sangat berlebihan dari sebuah keberhasilan yang dicapai; atau aktualisasi perasaan yang sangat berlebihan karena merasa diri memiliki sesuatu yang lebih dari pada yang dimiliki orang lain. Misalnya: lebih cantik atau tampan, lebih kaya, lebih pandai, legih gesit atau cekatan, lebih tinggi, lebih besar, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pada kadar yang normal, perasaan diri lebih dari pada orang lain disebut "KEBANGGAAN" dan hal ini masih dalam batas kewajaran. Siapakah yang tidak akan bangga jika ia pandai? Siapakah yang tidak merasa bangga kalau ia berhasil? Siapakah yang tidak merasa bangga memiliki istri yang cantik dan baik hati, ataukah suami yang tampan, ramah dan baik hati?

Yang salah ialah, ketika rasa "KEBANGGAAN" membuat seseorang memandang rendah orang lain dan bahkan menganggap orang lain itu sampah, maka inilah aktualisasi rasa "KEBANGGAAN" yang berlebihan yang membuat orang menjadi pribadi yang "SOMBONG".  Jika seseorang terjebak pada sisi ekstrem yang pertama ini, maka orang tersebut gila sanjungan dan tidak pernah tahu untuk menghargai hasil karya orang lain. Karena ia hanya mau disanjung dan susah menyanjung orang lain, maka orang seperti ini tidak akan pernah tahu bersyukur kepada Tuhan.

Sisi ekstrem yang kedua adalah "RENDAH DIRI".

Sesungguhnya rasa "RENDAH DIRI" adalah juga aktualisasi perasaan yang sangat berlebihan dari sebuah penilaian yang keliru terhadap diri sendiri akibat dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Merasa diri jelek, buruk rupa, kurang pandai atau bodoh, miskin bahkan tak memiliki apa-apa, lamban atau kurang gesit, dan masih banyak lagi yang lainnya. Orang-orang yang terjebak atau terbelenggu dalam kondisi seperti ini, tidak bisa berbuat apa-apa, sangat apatis bahkan cenderung skeptis, berlindung pada kepasrahan buta (terserah Tuhan mauNya apa!). Akibat dari "RENDAH DIRI" membuat seseorang malas untuk mengeksplorasi dirinya dengan kerja keras, tidak pernah menghargai hasil karyanya tetapi sangat responsif memberi penghargaan pada hasil karya orang lain. Orang yang "RENDAH DIRI" sangat introvert (menutup diri), mahal senyum dan sangat susah untuk bersyukur kepada Tuhan.

Perikop malam ini menampilkan kepada kita bagaimana para murid yang hampir saja "LUPA DIRI". Mereka sangat bersukacita karena berhasil melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain, yakni : menyembuhkan orang-orang sakit, bahkan roh-roh jahat mereka mampuh taklukkan. Rasa bangga yang berlebihan ini dipandang oleh Yesus sebagai bahaya yang sangat besar bagi kelanjutan pelayanan pemberitaan Injil. Karena itu, Yesus mengingatkan mereka bahwa mereka berhasil melakukan hal-hal yang spektakuler karena Tuhan memberi kuasa atau kekuatan kepada mereka untuk melakukannya. Sesungguhnya Yesus mau mengatakan demikian:  bukan karena kekuatanmu dan juga bukan karena kepintaranmu, sehingga roh-roh jahat itu takluk di depanmu; semuanya itu terjadi karena Tuhan yang memungkinkan dan melakukannya. Jadi, jangan "SOMBONG", karena sebuah keberhasilan, tapi pandanglah setiap capaian keberhasilan sebagai kesempatan untuk memuliakan dan mengagungkan Tuhan.

Karena itu, apa yang bisa saya jadikan alasan untuk merasa "SOMBONG"?
Tidak ada, bukan? Justru ketika saya "SOMBONG", maka saat itu saya menjadi penentang atau melawan kehendak dan kekuasaan Allah.

Ingatlah akan hal ini : "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan....sebab Tuhan semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan (Yes. 2:11-12)".

Anda hanya mungkin dapat mengatasi rasa "SOMBONG" jika seluruh hidup anda takluk di bawah otoritas Tuhan.

Mari terus belajar pada kehendakNya, ya...kita terus belajar pada FirmanNya.
Tuhan Yesus memberkati anda dan saya.
Selamat beristirahat.


(sebuah catatan: "RENDAH DIRI" menjadi sebuah refleksi pada renungan malam untuk hari esok)

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love