Renungan Malam - Rabu, 22 Juli 2015
Sebuah Refleksi Pribadi
"Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak MALU menjumpai aku di dalam penjara"
Bacaan : 2 Timotius 1 : 16 - 18
Siapa pun kita, pastilah kita pernah merasakan apa yang disebut dengan : "MALU". Perasaan ini juga merupakan aktualisasi dari kondisi batin yang mengalami tekanan yang disebabkan oleh bebarapa hal; misalnya, gagal mewujudkan apa yang dicita-citakan, rendah diri karena melihat kelebihan orang lain, merasa bersalah, ataukah dilecehkan oleh orang lain. Dan ada juga perasaan "MALU" yang membelenggu seseorang karena orang yang dibanggakan atau yang diandalkan menjadi seorang terpidana. Ibu Evi "MALU" ikut arisan karena ibu-ibu yang ikut arisan saling berbisik-bisik tentang suami ibu Evi yang mantan narapidana karena kasus pemerkosaan atau kasus kejahatan lainnya. Teddy "MALU" terhadap teman-temannya karena ayahnya adalah seorang pencuri, perampok atau pembunuh sehingga ayahnya meringkuk di dalam penjara. Jangankan kasus kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang kita andalkan sehingga melahirkan perasaan "MALU". Ada juga seorang isteri atau suami ataukah seorang anak yang merasa "MALU" karena orang yang dia banggakan berasal dari strata sosial yang rendah.
Saya berpikir:
Ketika seorang terjebak dan terbelenggu oleh perasaan "MALU", maka ia akan menjadi seorang pribadi yang tertutup dan anti sosial. Ia berusaha menghindari orang lain dan sulit diajak berkomunikasi. Dan jika seseorang tidak mampu lagi mengelolah perasaan "MALU", bisa jadi; dia akan menjadi psikopat ataukah mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.
Saya bertanya pada diri sendiri:
Haruskah saya menghukum diri karena rasa "MALU" akibat dari kekurangan-kekurangan yang melekat pada diri saya sebagai biang kerok yang membuat saya gagal mencapai apa yang saya inginkan?
Haruskan saya menyiksa diri karena rasa "MALU" akibat dari cibiran orang karena saya adalah mantan pelaku kejahatan?
Haruskah saya menarik diri dari kebersamaan karena rasa "MALU" akibat dari latar belakang hidup saya atau keluarga saya yang miskin dan berasal dari strata sosial yang rendah?
Haruskah saya mengurung diri karena rasa "MALU" karena orang-orang yang dekat dalam hidup saya masa lalunya hitam-pekat?
Haruskah saya menjadi seorang yang anti-sosial karena berbagai hal buruk dalam hidup saya sehingga saya jadi "MALU" pada diri saya sendiri?
Apa yang seharusnya saya lakukan untuk mengatasi rasa "MALU"?
Untuk mengatasi rasa "MALU" maka adalah baik jika saya bercermin pada seorang rekan sepelayanan Paulus yang bernama ONESIFORUS.
Saya yakin bahwa nama ini sangat asing di telinga anda!
Mengapa?
Karena nama ini sangat jarang disebutkan dalam Alkitab dan sekaligus banyak hamba Tuhan yang tidak pernah menyinggung nama ini dalam khotbahnya. Padahal Onesiforus adalah seorang yang sangat berarti dalam hidup dan pelayanan Paulus. Di mana pun dan ke mana pun Paulus diutus Tuhan, di situ Onesiforus dengan setia mendampingi Paulus. Dan ketika Paulus dipenjarakan, sikap Onesiforus tidak berubah. Sekalipun banyak pengikut Paulus dan rekan sepelayanannya pergi meninggalkan Paulus karena perasaan takut, dan pastilah juga karena perasaan "MALU", Onesiforus tetap setia mendampingi Paulus dan memberi penguatan kepadanya. Onesiforus tetap menjadi sahabat yang baik bagi Paulus, dan ia tidak pernah merasa "MALU" karena keadaan Paulus sebagai seorang tahanan.
Karena itu Paulus sangat bersukacita sehingga ia memohon berkat kepada Tuhan bagi Onesiforus dan keluarganya. Dan apa yang nampak pada diri Onesiforus menjadi daya dorong bagi Paulus untuk terus membekali Timotius agar menjadi seorang pelayan yang tangguh tanpa harus merasa "MALU" karena Injil yang diberitakan dan karena Paulus (bapak rohaninya) adalah seorang tahanan.
Saya bertanya pada diri sendiri: apa kiat Onesiforus sehingga ia mampu mengatasi rasa "MALU"?
Jawabannya adalah : CINTA.
Kecintaan Onesiforus pada pekerjaan Pemberitaan Injil bersama dengan Paulus membuat ia mampu mengatasi rasa "MALU".
Kecintaan Onesiforus pada Paulus sebagai Rasul Yesus Kristus, membuat ia mampu mengatasi rasa "MALU".
Ya.....CINTA adalah jawaban untuk mengatasi rasa "MALU".
Jika anda sungguh-sungguh mencintai orang-orang yang anda jumpai dalam hidup, maka apa pun keadaan atau kondisi mereka, anda tidak akan pernah meninggalkannya.
Jika anda sungguh-sungguh mencintai Tuhan Yesus, maka dalam kondisi atau keadaan apa pun juga, anda tidak akan merasa "MALU" untuk mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Tetapi jika anda tidak mencintai Dia dengan sungguh, maka sudah pasti saat anda dalam kondisi terjepit, anda akan "MALU" mengakui Dia (Ingat kisah Petrus menyangkal Yesus).
Dan untuk hal ini, akibatnya sangat fatal:
"Sebab barangsiapa MALU karena AKU dan karena perkataanKU di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan MALU karena orang itu apabila IA datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus (Mark. 8:38)".
Ingat akan hal ini: "Siapa yang percaya kepadaNya tidak akan dipermalukan (1 Ptr. 2:6)
Sebuah Refleksi Pribadi
"Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak MALU menjumpai aku di dalam penjara"
Bacaan : 2 Timotius 1 : 16 - 18
Siapa pun kita, pastilah kita pernah merasakan apa yang disebut dengan : "MALU". Perasaan ini juga merupakan aktualisasi dari kondisi batin yang mengalami tekanan yang disebabkan oleh bebarapa hal; misalnya, gagal mewujudkan apa yang dicita-citakan, rendah diri karena melihat kelebihan orang lain, merasa bersalah, ataukah dilecehkan oleh orang lain. Dan ada juga perasaan "MALU" yang membelenggu seseorang karena orang yang dibanggakan atau yang diandalkan menjadi seorang terpidana. Ibu Evi "MALU" ikut arisan karena ibu-ibu yang ikut arisan saling berbisik-bisik tentang suami ibu Evi yang mantan narapidana karena kasus pemerkosaan atau kasus kejahatan lainnya. Teddy "MALU" terhadap teman-temannya karena ayahnya adalah seorang pencuri, perampok atau pembunuh sehingga ayahnya meringkuk di dalam penjara. Jangankan kasus kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang kita andalkan sehingga melahirkan perasaan "MALU". Ada juga seorang isteri atau suami ataukah seorang anak yang merasa "MALU" karena orang yang dia banggakan berasal dari strata sosial yang rendah.
Saya berpikir:
Ketika seorang terjebak dan terbelenggu oleh perasaan "MALU", maka ia akan menjadi seorang pribadi yang tertutup dan anti sosial. Ia berusaha menghindari orang lain dan sulit diajak berkomunikasi. Dan jika seseorang tidak mampu lagi mengelolah perasaan "MALU", bisa jadi; dia akan menjadi psikopat ataukah mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.
Saya bertanya pada diri sendiri:
Haruskah saya menghukum diri karena rasa "MALU" akibat dari kekurangan-kekurangan yang melekat pada diri saya sebagai biang kerok yang membuat saya gagal mencapai apa yang saya inginkan?
Haruskan saya menyiksa diri karena rasa "MALU" akibat dari cibiran orang karena saya adalah mantan pelaku kejahatan?
Haruskah saya menarik diri dari kebersamaan karena rasa "MALU" akibat dari latar belakang hidup saya atau keluarga saya yang miskin dan berasal dari strata sosial yang rendah?
Haruskah saya mengurung diri karena rasa "MALU" karena orang-orang yang dekat dalam hidup saya masa lalunya hitam-pekat?
Haruskah saya menjadi seorang yang anti-sosial karena berbagai hal buruk dalam hidup saya sehingga saya jadi "MALU" pada diri saya sendiri?
Apa yang seharusnya saya lakukan untuk mengatasi rasa "MALU"?
Untuk mengatasi rasa "MALU" maka adalah baik jika saya bercermin pada seorang rekan sepelayanan Paulus yang bernama ONESIFORUS.
Saya yakin bahwa nama ini sangat asing di telinga anda!
Mengapa?
Karena nama ini sangat jarang disebutkan dalam Alkitab dan sekaligus banyak hamba Tuhan yang tidak pernah menyinggung nama ini dalam khotbahnya. Padahal Onesiforus adalah seorang yang sangat berarti dalam hidup dan pelayanan Paulus. Di mana pun dan ke mana pun Paulus diutus Tuhan, di situ Onesiforus dengan setia mendampingi Paulus. Dan ketika Paulus dipenjarakan, sikap Onesiforus tidak berubah. Sekalipun banyak pengikut Paulus dan rekan sepelayanannya pergi meninggalkan Paulus karena perasaan takut, dan pastilah juga karena perasaan "MALU", Onesiforus tetap setia mendampingi Paulus dan memberi penguatan kepadanya. Onesiforus tetap menjadi sahabat yang baik bagi Paulus, dan ia tidak pernah merasa "MALU" karena keadaan Paulus sebagai seorang tahanan.
Karena itu Paulus sangat bersukacita sehingga ia memohon berkat kepada Tuhan bagi Onesiforus dan keluarganya. Dan apa yang nampak pada diri Onesiforus menjadi daya dorong bagi Paulus untuk terus membekali Timotius agar menjadi seorang pelayan yang tangguh tanpa harus merasa "MALU" karena Injil yang diberitakan dan karena Paulus (bapak rohaninya) adalah seorang tahanan.
Saya bertanya pada diri sendiri: apa kiat Onesiforus sehingga ia mampu mengatasi rasa "MALU"?
Jawabannya adalah : CINTA.
Kecintaan Onesiforus pada pekerjaan Pemberitaan Injil bersama dengan Paulus membuat ia mampu mengatasi rasa "MALU".
Kecintaan Onesiforus pada Paulus sebagai Rasul Yesus Kristus, membuat ia mampu mengatasi rasa "MALU".
Ya.....CINTA adalah jawaban untuk mengatasi rasa "MALU".
Jika anda sungguh-sungguh mencintai orang-orang yang anda jumpai dalam hidup, maka apa pun keadaan atau kondisi mereka, anda tidak akan pernah meninggalkannya.
Jika anda sungguh-sungguh mencintai Tuhan Yesus, maka dalam kondisi atau keadaan apa pun juga, anda tidak akan merasa "MALU" untuk mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Tetapi jika anda tidak mencintai Dia dengan sungguh, maka sudah pasti saat anda dalam kondisi terjepit, anda akan "MALU" mengakui Dia (Ingat kisah Petrus menyangkal Yesus).
Dan untuk hal ini, akibatnya sangat fatal:
"Sebab barangsiapa MALU karena AKU dan karena perkataanKU di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan MALU karena orang itu apabila IA datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus (Mark. 8:38)".
Ingat akan hal ini: "Siapa yang percaya kepadaNya tidak akan dipermalukan (1 Ptr. 2:6)
No comments:
Post a Comment