Laman

Wednesday, August 5, 2015

Di Tangan Tuhan, Yang Biasa Menjadi LUAR BIASA (1)

Renungan Malam - Rabu, 5 Agustus 2015
Sebuah Refleksi Pribadi

"....Adakah sesuatu yang tidak mungkin jikalau Tuhan sendiri menghendakinya menjadi MUNGKIN, sebab bagi Tuhan; tidak ada perkara yang MUSTAHIL"

Bacaan Alkitab : Hakim-hakim 3 : 31

Saudaraku.....
Bisa jadi anda sering mempunyai kecenderungan untuk menghakimi diri sendiri saat melihat saudara anda memiliki kelebihan dibandingkan diri anda, lalu anda berkata:
Tuhan ! Mengapa saya ini tidak seperti dia? Mengapa saya tidak setampan atau secantik dia? Mengapa Tuhan memberikan kekurangan ini melakat pada diriku?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat anda rangkai saat anda melihat bahwa orang lain memiliki kelebihan-kelebihan khusus dibanding apa yang anda miliki. Dan sama seperti bagian sebelumnya di mana saya menguraikan tentang "RENDAH DIRI", pada saat anda tidak dapat lagi mengelolah perasaan anda maka energi positif pada diri anda akan sirna lalu anda terjebak dalam sikap Apatis. Anda akan terus dihantui perasaan pesimis setiap kali anda melakukan sesuatu dan apapun yang anda hasilkan tidak akan membuat hati anda terpuaskan.

Saya sendiri sadar bahwa ada saat di mana saya pun terjebak dalam kondisi seperti itu. Merasa MINDER ketika melihat prestasi orang lain lalu menghakimi diri: mengapa saya tidak seperti dia?

Syukur bahwa Tuhan selalu punya cara untuk menyadarkan saya. Dan tanpa sadar, saya kembali membuka renungan-renungan karya saya sendiri yang saya sudah posting beberapa waktu lalu lewat facebook dan menemukan Renungan Pagi tgl. 5 Agustus 2013 yang lalu (2 tahun tepat hari ini). Saya kembali merefleksikan apa sesungguhnya maksud Tuhan di balik semua hal yang kelihatannya biasa-biasa saja atau bahkan jauh dari sempurna, namun Tuhan pilih untuk menyatakan keperkasaanNya.

Sekarang saya bertanya pada anda.

Siapakah Hakim yang dicatat dalam Alkitab yang anda sangat kagumi atau bahkan menjadi idola anda?

Saya dapat menebak apa jawaban anda!

Tidakkah anda akan menjawab: Samuel, atau Simson, atau Gideon, atau Deborah, atau Yefta, atau Otniel atau Ehud.

Mengapa saya berkesimpulan bahwa jawaban anda adalah salah satu dari Hakim yang saya sebutkan tadi?

Ya...karena kisah kepahlawanan mereka diceritakan panjang lebar dan sangat mendetail. Dan tidakkah bagi anda yang sejak kecil menjadi anak Sekolah Minggu sangat senang dengan kisah-kisah itu dan tersimpan rapi dalam memori anda?

Tetapi, tahukah anda bahwa ada seorang Hakim yang kisah kepahlawanannya hanya dicatat 1 ayat saja dan hal itu dianggap sudah cukup. Tidak ada ayat lain yang mengungkapkan bla....bla....bla. Hakim itu bernama SAMGAR (Hak. 3:31).

Adakah SAMGAR seorang yang hebat?

Oh....ternyata tidak!

Ia tidak memiliki spesialisasi khusus dalam hal peperangan. Dan ia memang tidak pernah dilatih untuk maksud perang. Dalam bertindak membebaskan bangsa Israel, ia pun tidak membutuhkan atau memakai alat perang yang serba canggih sesuai zamannya, karena memang ia tidak pernah diajar atau pun belajar menggunkan alat-alat tersebut.

Ia hanyalah seorang pribadi yang sederhana. Pekerjaannya pun dipandang hina pada zamannya, yakni sebagai seorang gembala. Namun dari latar belakang yang sederhana ini, Tuhan memakainya untuk melakukan tindakan-tindakan yang spektakuler.

Dan mungkin anda tidak akan percaya!
Hanya dengan tongkat penghalau lembu, ia menyelamatkan bangsanya dari tangan orang Filistin.

Sungguh saya dikuatkan dengan hal itu.
Mungkin diri saya dan anda juga di mata orang lain hanyalah orang biasa saja. Tidak ada yang istimewa, bahkan jauh dari yang diharapkan. Mungkin saya dan juga anda adalah pribadi yang penuh dengan kekurangan. Tidak ada yang menonjol sehingga tidak pernah diperhitungkan orang.

Tetapi saya katakan pada diri saya (dan mudah-mudahan anda pun mengatakan hal yang sama pada diri anda sendiri): jangan karena kekurangan-kekurangan itu lalu tidak mau mengambil peran dalam pelayanan bersama demi kebaikan.
Saya berjuang untuk membuang kata-kata yang menyudutkan diri saya sendiri: ah...saya ini orang kecil, mana mungkin dapat dipilih menjadi seorang pemimpin!.

Saya terus belajar untuk menghargai Tuhan melalui kelemahan-kelemahan saya.

Saya berusaha untuk tidak lagi merendahkan martabat diri saya sendiri dengan kata-kata yang tidak bijak. Saya berusaha mengubur kata-kata: "ah...apa yang bisa diharapkan dari diri saya. Saya ini orang yang tidak berpendidikan. Saya bukan seorang ningrat atau pun seorang yang berlimpah harta. Saya hanyalah orang biasa, tidak ada yang luar biasa".

Dibalik kisah SAMGAR, saya melihat kuasa Allah yang begitu besar yang justru menghancurkan semua kelemahan yang melekat pada diri saya. Seolah-olah Allah berteriak kepada saya: You can do it!
Tuhan tidak butuh pengalaman kerja anda, seperti layaknya sebuah perusahaan besar dalam merekrut tenaga kerja. Tuhan tidak meminta Curriculum Vitae (CV) anda dengan jenjang pendidikan yang membuat anda mendapatkan seabrek gelar yang melekat di depan dan di belakang nama anda. Tuhan tidak pernah bertanya prestasi yang sudah anda capai dalam hidup anda. Tuhan hanya mau memakai orang yang mungkin saja memiliki seabrek kekurangan dan keterbatasan-keterbatasan namun bersedia memberi diri untuk dibentuk dengan caraNya sendiri.

Karena itu, jangan rendahkan martabat diri anda.
Ingatlah selalu pada "SAMGAR".
Bagi Tuhan tidak ada hal yang sulit dan bersama dengan Dia, tidak ada hal yang tidak dapat diselesaikan. Justru di tangan Tuhan, hal-hal yang sangat sederhana bahkan tidak memiliki nilai di mata manusia, diubahNya menjadi "LUAR BIASA".

Camkan hal ini: TUHAN KITA ADALAH TUHAN YANG SUNGGUH LUAR BIASA.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love