Renungang Malam - Selasa, 27 Okt. 2015
Sebuah Refleksi Pribadi
"Dosa adalah berdiam diri ketika Tuhan memberi kesempatan untuk melakukan kebaikan". - Pdt. Joni Delima
Bacaan : Amsal 3 : 27 - 28
Suatu waktu, dalam kelas katekisasi, saya memberi tugas kepada anak-anak dalam jangka waktu 5 menit untuk membuat daftar perbuatan yang dapat dikategorikan dengan "DOSA". Dan setiap hal yang dikatakan dosa, itu adalah "KEJAHATAN", karena melanggar Hukum Allah.
Kemudian mereka masing-masing membuat daftar perbuatan yang dapat dikategorikan dengan perbuatan dosa, antara lain:
1). Menghujat Allah,
2). Menganggap remeh korban Yesus Kristus,
3). Mendustai Roh Kudus,
4). Menghina Firman,
5). Tidak menghormati dan menghargai hari perhentian (Hari Sabath atau Hari Minggu),
6). Berzinah,
7). Membunuh,
8). Mencuri,
9). Menipu atau berbohong atau bersaksi dusta,
10). Berjudi,
11). Menyembah patung,
12). Horoskop,
13). Percaya pada hal-hal yang berbau mistis (Okultisme),
14). berkata kotor,
15). Tidak hormat pada orangtua,
16). Suka bertengkar,
17). Suka berkelahi,
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Lalu saya mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan yang demikian adalah hal yang biasa bagi saya; tidak terlalu merisaukan sebab sudah terlalu sering dipertontonkan sehingga orang yang melakukannya merasa bahwa perbuatannya itu adalah hal yang lumrah sebagai seorang manusia biasa, yang penuh dengan kelemahan. Tapi ada satu perbuatan yang sungguh luar biasa jahatnya di mata Tuhan, dan hal tersebut lebih dari pada daftar dosa di atas, yakni ketika Tuhan memberi kesempatan kepada anda untuk berbuat kebaikan lalu anda tidak berbuat apa-apa, bahkan anda mengatakan: "It's not my business - itu bukan urusan saya".
Saya sungguh memahami mengapa Imam dan orang Lewi yang disebutkan dalam Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati itu, dicela oleh Tuhan Yesus. Dalam pandangan Tuhan Yesus, kedua orang tersebut dapat dikatakan "Jahat", kebalikan dari kebaikan hati orang Samaria yang sekali pun oleh sesamanya (orang Yahudi) dikategorikan orang jahat. Sekali lagi saya tegaskan bahwa, bagi Tuhan Yesus, Imam dan orang Lewi itu adalah "JAHAT" bahkan "TERLAMPAU JAHAT"!
Mengapa demikian?
Karena mereka diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melakukan kebaikan namun mereka mengabaikannya dengan banyak pertimbangan. Mereka memilih untuk tidak berbuat apa-apa, alias cuci tangan (It's not my business).
Saya yakin bahwa daya ingat saudara cukup kuat.
Saya yakin bahwa anda sungguh menghafal salah satu perumpamaan Tuhan Yesus yang cukup menarik untuk dijadikan bahan perenungan terkait dengan persoalan ini, yakni "Perumpamaan Tentang Talenta" (Lukas 25:14-30). Memang hamba yang diberi satu talenta tidak menghilangkan apa yang diberikan oleh tuannya. Ia justru menyimpannya dan ketika tuannya kembali maka ia menyerahkan talenta tersebut "UTUH". Tapi coba perhatikan bagaimana respons tuannya itu! Ia naik pitam dan menganggap hambanya itu tidak menghargai kepercayaan yang diberi kepadanya. Hamba itu dihardik: "hai kamu, hamba yang jahat".
Benar bahwa ia tidak mengambil atau mencuri sedikit pun dari apa yang diberikan kepadanya. Ia tidak menipu, ia juga tidak memeras atau pun melakukan kejahatan yang lainnya. Tetapi di mata Tuhan, perbuatannya sangat "JAHAT" dan upah yang layak baginya adalah "HUKUMAN".
Pantaskan ia dihukum?
Ya....karena ia tidak berbuat apa-apa.
Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk berbuat kebajikan, tetapi ia berpangku tangan dan berkata: "ini, terimalah kepunyaan tuan (Luk. 25:25)".
Sungguh terlalu lancang hamba tersebut, dan bukankah secara tidak langsung ia hendak mengatakan kepada tuannya : "It's not my business".
Tuhan Yesus adalah teladan dalam berbuat baik. Jangankan dalam kondisi yang nyaman, dalam kondisi yang tidak nyaman pun, Ia tetap melakukannya. Untuk itulah Ia menantang para pengikutNya ketika Ia berkata: "Apa untungnya engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu? Tidakkah orang jahat pun dapat melakukannya. Karena itu, Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu":
Ucapan ini digenapi ketika Ia tersalib, sekalipun tubuhNya sangat menderita, namun Ia tetap berdoa:"Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
Saudaraku...
Mungkin anda tidak pernah jatuh dalam tindakan dosa perzinahan, atau anda tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor?
Bisa jadi anda berusaha menjaga diri anda untuk tidak mencuri atau melakukan tindakan yang melanggar Hukum Allah?
Bisa jadi juga bahwa anda berusaha untuk menjaga kesucian hidup anda dengan tekun berdoa dan beribadah?
Baiklah...anda bisa mengatakan bahwa anda tidak melakukan dosa!
Tapi sekarang saya mengajak anda untuk membaca bagian dari surat Yakobus:
"Jadi, jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak. 4:17)".
Dan inilah kenyataan yang saya sering lihat di antara anak-anak Tuhan. Mereka tekun berdoa, persembahan syukur tak pernah dilalaikan, tiap hari kebaktian dan rasanya tiada waktu yang terbuang begitu saja, yang ada adalah pelayanan.
Memang baik!
Dan saya sangat mengapresiasi hal tersebut.
Namun apa yang kelihatan baik ternyata hanya ritualisme belaka.
Masih begitu banyak orang yang menyebut dirinya "anak Tuhan" sangat sulit memberi diri tanpa berharap pamrih untuk melakukan kebaikan kepada mereka yang ada dalam kekurang-beruntungan. Begitu banyak alasan ketika Tuhan memberi kesempatan untuk berbuat baik, ya..melakukan kebajikan dengan tulus kepada mereka yang dipandang sebagai musuh sekali pun, dan ungkapan ini terlalu lazim keluar di bibir: "It's not my business".
Karena itu, perhatikanlah dan renungkanlah kembali apa yang dikatakan penulis kitab Amsal:
Janganlah menahan kebaikan daripada orang-orang yang menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Jangan engkau berkata kepada sesamamu: "pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi", sedangkan yang diminta ada padamu.
Selamat untuk terus belajar melakukan kebaikan walau anda dalam kondisi yang tidak baik.
Jangan pedulikan apa kata orang; lakukanlah dengan sukacita, sebab anda sedang melakukannya untuk Tuhan bukan semata-mata untuk manusia.
Lakukanlah dengan tulus, sebab Tuhan sudah lebih dahulu melakukannya untuk anda.
Jika anda berdiam diri, maka anda berbuat dosa.
Sebuah Refleksi Pribadi
"Dosa adalah berdiam diri ketika Tuhan memberi kesempatan untuk melakukan kebaikan". - Pdt. Joni Delima
Bacaan : Amsal 3 : 27 - 28
Suatu waktu, dalam kelas katekisasi, saya memberi tugas kepada anak-anak dalam jangka waktu 5 menit untuk membuat daftar perbuatan yang dapat dikategorikan dengan "DOSA". Dan setiap hal yang dikatakan dosa, itu adalah "KEJAHATAN", karena melanggar Hukum Allah.
Kemudian mereka masing-masing membuat daftar perbuatan yang dapat dikategorikan dengan perbuatan dosa, antara lain:
1). Menghujat Allah,
2). Menganggap remeh korban Yesus Kristus,
3). Mendustai Roh Kudus,
4). Menghina Firman,
5). Tidak menghormati dan menghargai hari perhentian (Hari Sabath atau Hari Minggu),
6). Berzinah,
7). Membunuh,
8). Mencuri,
9). Menipu atau berbohong atau bersaksi dusta,
10). Berjudi,
11). Menyembah patung,
12). Horoskop,
13). Percaya pada hal-hal yang berbau mistis (Okultisme),
14). berkata kotor,
15). Tidak hormat pada orangtua,
16). Suka bertengkar,
17). Suka berkelahi,
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Lalu saya mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan yang demikian adalah hal yang biasa bagi saya; tidak terlalu merisaukan sebab sudah terlalu sering dipertontonkan sehingga orang yang melakukannya merasa bahwa perbuatannya itu adalah hal yang lumrah sebagai seorang manusia biasa, yang penuh dengan kelemahan. Tapi ada satu perbuatan yang sungguh luar biasa jahatnya di mata Tuhan, dan hal tersebut lebih dari pada daftar dosa di atas, yakni ketika Tuhan memberi kesempatan kepada anda untuk berbuat kebaikan lalu anda tidak berbuat apa-apa, bahkan anda mengatakan: "It's not my business - itu bukan urusan saya".
Saya sungguh memahami mengapa Imam dan orang Lewi yang disebutkan dalam Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati itu, dicela oleh Tuhan Yesus. Dalam pandangan Tuhan Yesus, kedua orang tersebut dapat dikatakan "Jahat", kebalikan dari kebaikan hati orang Samaria yang sekali pun oleh sesamanya (orang Yahudi) dikategorikan orang jahat. Sekali lagi saya tegaskan bahwa, bagi Tuhan Yesus, Imam dan orang Lewi itu adalah "JAHAT" bahkan "TERLAMPAU JAHAT"!
Mengapa demikian?
Karena mereka diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melakukan kebaikan namun mereka mengabaikannya dengan banyak pertimbangan. Mereka memilih untuk tidak berbuat apa-apa, alias cuci tangan (It's not my business).
Saya yakin bahwa daya ingat saudara cukup kuat.
Saya yakin bahwa anda sungguh menghafal salah satu perumpamaan Tuhan Yesus yang cukup menarik untuk dijadikan bahan perenungan terkait dengan persoalan ini, yakni "Perumpamaan Tentang Talenta" (Lukas 25:14-30). Memang hamba yang diberi satu talenta tidak menghilangkan apa yang diberikan oleh tuannya. Ia justru menyimpannya dan ketika tuannya kembali maka ia menyerahkan talenta tersebut "UTUH". Tapi coba perhatikan bagaimana respons tuannya itu! Ia naik pitam dan menganggap hambanya itu tidak menghargai kepercayaan yang diberi kepadanya. Hamba itu dihardik: "hai kamu, hamba yang jahat".
Benar bahwa ia tidak mengambil atau mencuri sedikit pun dari apa yang diberikan kepadanya. Ia tidak menipu, ia juga tidak memeras atau pun melakukan kejahatan yang lainnya. Tetapi di mata Tuhan, perbuatannya sangat "JAHAT" dan upah yang layak baginya adalah "HUKUMAN".
Pantaskan ia dihukum?
Ya....karena ia tidak berbuat apa-apa.
Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk berbuat kebajikan, tetapi ia berpangku tangan dan berkata: "ini, terimalah kepunyaan tuan (Luk. 25:25)".
Sungguh terlalu lancang hamba tersebut, dan bukankah secara tidak langsung ia hendak mengatakan kepada tuannya : "It's not my business".
Tuhan Yesus adalah teladan dalam berbuat baik. Jangankan dalam kondisi yang nyaman, dalam kondisi yang tidak nyaman pun, Ia tetap melakukannya. Untuk itulah Ia menantang para pengikutNya ketika Ia berkata: "Apa untungnya engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu? Tidakkah orang jahat pun dapat melakukannya. Karena itu, Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu":
Ucapan ini digenapi ketika Ia tersalib, sekalipun tubuhNya sangat menderita, namun Ia tetap berdoa:"Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
Saudaraku...
Mungkin anda tidak pernah jatuh dalam tindakan dosa perzinahan, atau anda tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor?
Bisa jadi anda berusaha menjaga diri anda untuk tidak mencuri atau melakukan tindakan yang melanggar Hukum Allah?
Bisa jadi juga bahwa anda berusaha untuk menjaga kesucian hidup anda dengan tekun berdoa dan beribadah?
Baiklah...anda bisa mengatakan bahwa anda tidak melakukan dosa!
Tapi sekarang saya mengajak anda untuk membaca bagian dari surat Yakobus:
"Jadi, jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak. 4:17)".
Dan inilah kenyataan yang saya sering lihat di antara anak-anak Tuhan. Mereka tekun berdoa, persembahan syukur tak pernah dilalaikan, tiap hari kebaktian dan rasanya tiada waktu yang terbuang begitu saja, yang ada adalah pelayanan.
Memang baik!
Dan saya sangat mengapresiasi hal tersebut.
Namun apa yang kelihatan baik ternyata hanya ritualisme belaka.
Masih begitu banyak orang yang menyebut dirinya "anak Tuhan" sangat sulit memberi diri tanpa berharap pamrih untuk melakukan kebaikan kepada mereka yang ada dalam kekurang-beruntungan. Begitu banyak alasan ketika Tuhan memberi kesempatan untuk berbuat baik, ya..melakukan kebajikan dengan tulus kepada mereka yang dipandang sebagai musuh sekali pun, dan ungkapan ini terlalu lazim keluar di bibir: "It's not my business".
Karena itu, perhatikanlah dan renungkanlah kembali apa yang dikatakan penulis kitab Amsal:
Janganlah menahan kebaikan daripada orang-orang yang menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Jangan engkau berkata kepada sesamamu: "pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi", sedangkan yang diminta ada padamu.
Selamat untuk terus belajar melakukan kebaikan walau anda dalam kondisi yang tidak baik.
Jangan pedulikan apa kata orang; lakukanlah dengan sukacita, sebab anda sedang melakukannya untuk Tuhan bukan semata-mata untuk manusia.
Lakukanlah dengan tulus, sebab Tuhan sudah lebih dahulu melakukannya untuk anda.
Jika anda berdiam diri, maka anda berbuat dosa.
No comments:
Post a Comment