Laman

Wednesday, May 18, 2016

Bahaya Latent Kemapanan

Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : Wahyu 3 :14 - 22


Saudaraku..............................
Tak dapat kita mendustai kata hati kita masing-masing bahwa siapa pun kita, kita sangat merindukan atau menginginkan sebuah kehidupan yang mapan bahkan berkelimpahan: punya mobil (kalau bisa seabrek mobil mewah), tinggal di rumah mewah (kalau perlu di istana kristal dengan fasilitas yang serba mewah), punya simpanan harta benda (kalau perlu dapat dinikmati oleh sekian keturunan kita), menjadi seorang penguasa dengan pelayanan yang serba cepat, dan masih banyak lagi impian-impian tentang kehidupan yang mapan dan berkelimpahan dengan kemewahan. Jujur kita harus akui bahwa kita tidak ingin hidup dalam keadaan yang serba kekurangan.

Sekiranya "KAYA" dan "MISKIN" itu adalah sebuah pilihan dalam hidup, maka tidak ada di antara kita yang akan memilih "MISKIN". Semua orang mau "KAYA", bukan?.

Saudaraku.............................
Memang Alkitab tidak pernah menganggap atau memandang bahwa "KAYA" itu "DOSA" sehingga orang yang kaya raya tempatnya adalah "NERAKA". Juga Alkitab tidak pernah mengklaim bahwa "MISKIN" itu sebuah "BERKAT" atau "RAHMAT", sehingga orang-orang yang hidup dalam kemiskinan tempatnya adalah "SORGA".

Alkitab sendiri menyatakan bahwa Allah tidak pernah mengharapkan umatNya hidup dalam keadaan yang tertekan karena berbagai persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan jasmaniah. Ketika bangsa Israel salah menilai tentang keadaan mereka yang tertekan, Tuhan mengutus nabi Yeremia untuk menyampaikan pesan ini: "AKU ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKU mengenai kamu.....yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11)". Bahkan orang-orang yang dipilihNya, seperti Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Ayub, Daniel dan teman-temannya, serta masih banyak lagi yang lainnya; Allah senantiasa memberkati kehidupan mereka dan memberikan kepada mereka apa yang mereka butuhkan, bahkan yang diberikan lebih daripada yang mereka harapkan.

Perhatikanlah:
Ketika Allah menawarkan berkatNya kepada Salomo: "Mintalah apa yang hendak KUberikan kepadamu (2 Taw. 1:7)", lalu Salomo meminta Hikmat untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka Allah memberikan sesuai dengan permintaannya dan bahkan memberikan apa yang tidak ia minta: "oleh karena itu yang kau ingini dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa pembencimu, dan juga tidak meminta umur panjang....maka kebijaksanaan dan pengertian itu diberikan kepadamu.Selain itu, AKU berikan kepadamu kekayaan, harta benda dan kemuliaan......(2 Taw. 1 : 11 - 12)".

Kepada bangsa Israel, Allah menyatakan janjiNya bahwa IA tidak akan pernah mengharapkan umatNya menjadi EKOR, tetapi yang diharapkan adalah menjadi KEPALA; mereka tetap naik, bukan turun (Ul. 28:13). Dan Tuhan Yesus sendiri bersabda: "....AKU datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10b)".

Dan dalam pelayananNya pun, Tuhan Yesus butuh topangan finansial. Karena itu, ada sekian nama yang berempati dengan pelayanan Tuhan Yesus dan mereka memberi diri mereka dengan apa yang mereka punyai demi kelancaran pelayanan itu (baca: Lukas 8 : 1 - 3). Tak heran, ketika para murid diperhadapkan dengan kenyataan untuk memberi makan 5000 orang (belum terhitung wanita dan anak-anak), mereka mempersoalkan kas yang mereka punyai: "roti seharga 200 dinar tidak akan cukup untuk mereka ini (Yoh. 6:7)". Belum lagi Yudas Iskariot yang mengeluhkan apa yang dilakukan oleh seorang wanita dan mengatakan bahwa tindakannya itu adalah tindakan bodoh; sebab minyak narwastu itu sangat mahal harganya, nilainya sama dengan 1 tahun upah pekerja harian. Harga minyak itu ditafsir 300 dinar.

Ternyata si Yudas ini adalah pemegang kas (Bendahara), dan ia selalu mengambil kas itu dengan diam-diam untuk kepentingannya (Yoh. 12 : 5, 6).

Lalu apa yang salah pada "KEKAYAAN" yang merupakan simbol kemapanan seseorang?.

Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa KAYA itu DOSA. KAYA itu adalah sebuah Berkat atau Rahmat dari Allah, tetapi terkadang, orang yang menerimanya "LUPA DIRI". Karena itu Alkitab mengantisipasi kemungkinan itu dengan mengatakan : "hati-hatilah supaya jangan engkau melupakan Tuhan......apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik dan mendiaminya.....apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertamba banyak, dan emas serta perakmu bertambah banyak.....janganlah engkau tinggi hati.......janganlah kau katakan dalam hatimu: kekuasaanku dan kekuatan tanganku yang membuat aku memperoleh kekayaan ini (Ul. 8:11-17)".

Saudaraku.........
Mari belajar dari konteks kehidupan Jemaat Laodikia dan sekaligus menjadi pembelajaran bagi kita.  Kota Laodikia di mana anak-anak Tuhan berada adalah sebuah kota yang sangat kaya di provinsi Asia pada zamannya. Kota ini terletak antara Hierapolis dan Kolose. Di Hierapolis ada sumber air panas yang ampuh menyembuhkan berbagai penyakit. Mata air ini mengalir menuju kota Kolose. Saat melintasi kota Laodikia, airnya sudah menjadi suam-suam kukuh ("tidak panas dan tidak dingin"). Dan siapa pun yang meminumnya akan menderita sakit perut dan muntah-muntah. Keadaan air inilah yang menjadi penggambaran tentang kritikan dan penolakan Tuhan terhadap jemaat ini. Tuhan melihat kualitas iman anak-anak Tuhan di kota Laodikia seperti aliran air tersebut yang "suam-suam kukuh"

Tentunya kita bertanya: apa yang menjadi alasan dari penolakan tersebut?.

Saudaraku....
Kota Laodikia terkenal sebagai pusat perbankan. Roda perputaran ekonomi sangat cepat dan pesat. Masyarakatnya sangat kreatif dalam memanfaatkan potensi alamnya. Ada beberapa kegiatan ekonomi andalan. Kota ini merupakan penghasil "wol hitam" yang harganya sangat mahal. Kota ini juga menjadi pusat "sekolah atau pendidikan kedokteran" dan di kota ini dikembangkanlah pabrik yang memproduksi "salep mata dan salep telinga" yang sangat mujarab. Dengan kondisi inilah maka masyarakatnya menjadi sombong. Mereka LUPA DIRI. Mereka tidak menyadari bahwa semua yang mereka miliki dan mereka nikmati adalah berkat atau rahmat yang dikaruniakan oleh Tuhan untuk dibagikan kepada yang lainnya.

Saudaraku....
Kekayaan, kemewahan dan kesenangan terkadang membuat orang LUPA DIRI dan terlalu PUAS DIRI sehingga melupakan Tuhan dan melupakan panggilan hidup untuk Berbagi Berkat. Karena itu, jangan terlena dengan kekayaan yang membuat anda merasa Mapan dan Nyaman. Efek dari kemapanan adalah menyingkirkan Tuhan dari kehidupan ini. Karena itu, kerasnya teguran Tuhan terhadap Jemaat Laodikia mau menyadarkan saudara bahwa kekayaan tidak menjadi jaminan keselamatan anda. Ya....keselamatan adalah hak preogratif Tuhan dan hal tersebut tidak dapat ditukar dengan kekayaan yang anda miliki.

Camkan hal ini:
"Kesombongan adalah awal dari sebuah kehancuran".

Anda boleh menyebut diri anda mapan, tetapi di mata Tuhan, anda tidak memiliki nilai apa-apa. Dan benarlah apa yang disebut oleh Alkitab: "carilah Tuhan maka kamu akan hidup (Amos 5:6)".
Tuhan Yesus memberkati hidup anda.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love