Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : 1 Petrus 3 : 13 - 17
Saudaraku..........
Saya pernah membaca sebuah buku karya Bob Gass yang berjudul "Starting Over", dan buku ini kemudian diterjemahkan oleh Dono Sunardi dalam sebuah buku kecil yang diberi judul "Melangkah Lagi", penerbit: Andi Offset Yogyakarta.
Saya sangat tertarik dengan bagian yang hampir sama seperti tema perenungan ini: "Mengambil Resiko". Dan ada beberapa ungkapan yang bagi saya, sarat dengan makna yang mengandung motivasi ketika kita melakukan kebaikan namun dinilai salah oleh orang lain. Dan ketika kita tidak mampu mengelolah secara positif penilaian itu, maka hidup kita akan mengalami "Stagnasi".
Perhatikan rangkaian ungkapan tersebut:
Tertawa berarti mengambil resiko untuk tampak seperti orang tolol.
Menangis berarti mengambil resiko untuk kelihatan sentimentil.
Mengusahakan sesuatu yang lain berarti mengambil resiko untuk terlibat.
Mengungkapkan perasaan anda kepada orang lain berarti mengambil resiko untuk mengalami penolakan.
Menyampaikan impian anda di hadapan orang banyak berarti mengambil resiko untuk diejek.
Mengasihi berarti mengambil resiko untuk tidak mendapatkan balasan kasih.
Melangkah maju meskipun menghadapi rintangan yang sangat berat berarti mengambil resiko untuk gagal.
Namun demikian,
Resiko harus tetap diambil,
karena resiko yang terbesar adalah jika kita tidak mengambil resiko apapun.
Orang yang tidak mengambil resiko tidak melakukan apapun,
tidak memiliki apapun,
dan bukan siapapun.
Ia mungkin dapat menghindar dari penderitaan dan kesedihan,
tetapi ia tidak dapat belajar, merasa, berbuah, tumbuh dan mengasihi.
Ia terbelenggu dengan kepastiannya sendiri dan ia adalah seorang budak.
Hanya orang yang berani mengambil resiko yang merupakan orang yang benar-benar bebas.
Saudaraku..........
Saya mendapat inspirasi bahwa hanya mereka yang berani mengambil resiko yang berhasil menemukan dan mengaktualisasikan diri mereka sebagai manusia yang unggul dan hanya mereka yang berani mengambil resiko yang akan mampu memanusiawikan orang lain. Dan benar apa yang dikatakan Prof. Jack Matson, demikian: "jika anda mau berhasil maka anda harus berurusan dengan resiko. Sebab hanya orang yang berani mengambil resiko yang memiliki kekuatan ganda dibandingkan mereka yang mencari jalan aman".
Saya sendiri tidak mau terjebak dalam permainan politik yang sekarang menjadi tranding topic di negeri ini terkait dengan Gubernur Jakarta (Ahok). Tapi saya mempunyai catatan khusus bahwa elektabilitas dari Ahok meroket karena yang bersangkutan berani mengambil resiko. Jikalau jabatan itu menjadi tujuannya, maka Ahok tidak akan bertindak melakukan penggusuran di sana-sini, sebab hal itu akan bersinggungan langsung dengan masyarakat kecil. Ya...kalau jabatan itu adalah tujuan, maka Ahok akan mengumbar janji-janji manis dan tidak akan melakukan hal-hal yang dapat menyulut kemarahan banyak orang. Tetapi bagi seorang Ahok (dan ini yang diucapkannya), bahwa sebagai anak Tuhan, ia memandang jabatan itu sebagai Amanah untuk melakukan yang terbaik demi memanusiawikan manusia.
Saudaraku..................
Dalam hal inilah saya dapat memahami apa yang diinginkan oleh Petrus. Di dalam dunia yang telah dirusakkan oleh dosa, maka setiap anak-anak Tuhan harus berani mengambil resiko karena imannya. Boleh jadi anda akan kelihatan seperti orang bodoh, difitnah dan dicela karena iman anda sehingga anda berani mengambil resiko. Tetapi justru dalam keadaan seperti itulah anda sedang mempertontonkan kehidupan yang sesungguhnya; anda kelihatan manusiawi karena anda mampu mengaktualisasikan diri anda sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan dengan keberanian itu juga, anda akan memperlakukan orang lain lebih manusiawi. Untuk hal inilah Petrus berkata: "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, daripada menderita karena berbuat jahat".
Camkan sekali hal ini:
"hanya mereka yang berani mengambil resiko yang berhasil mengaktualisasikan diri mereka sebagai manusia unggul dan hanya mereka yang berani mengambil resiko yang akan mampu memanusiawikan orang lain".
Tuhan Yesus memberkati saudara.
Bacaan : 1 Petrus 3 : 13 - 17
Saudaraku..........
Saya pernah membaca sebuah buku karya Bob Gass yang berjudul "Starting Over", dan buku ini kemudian diterjemahkan oleh Dono Sunardi dalam sebuah buku kecil yang diberi judul "Melangkah Lagi", penerbit: Andi Offset Yogyakarta.
Saya sangat tertarik dengan bagian yang hampir sama seperti tema perenungan ini: "Mengambil Resiko". Dan ada beberapa ungkapan yang bagi saya, sarat dengan makna yang mengandung motivasi ketika kita melakukan kebaikan namun dinilai salah oleh orang lain. Dan ketika kita tidak mampu mengelolah secara positif penilaian itu, maka hidup kita akan mengalami "Stagnasi".
Perhatikan rangkaian ungkapan tersebut:
Tertawa berarti mengambil resiko untuk tampak seperti orang tolol.
Menangis berarti mengambil resiko untuk kelihatan sentimentil.
Mengusahakan sesuatu yang lain berarti mengambil resiko untuk terlibat.
Mengungkapkan perasaan anda kepada orang lain berarti mengambil resiko untuk mengalami penolakan.
Menyampaikan impian anda di hadapan orang banyak berarti mengambil resiko untuk diejek.
Mengasihi berarti mengambil resiko untuk tidak mendapatkan balasan kasih.
Melangkah maju meskipun menghadapi rintangan yang sangat berat berarti mengambil resiko untuk gagal.
Namun demikian,
Resiko harus tetap diambil,
karena resiko yang terbesar adalah jika kita tidak mengambil resiko apapun.
Orang yang tidak mengambil resiko tidak melakukan apapun,
tidak memiliki apapun,
dan bukan siapapun.
Ia mungkin dapat menghindar dari penderitaan dan kesedihan,
tetapi ia tidak dapat belajar, merasa, berbuah, tumbuh dan mengasihi.
Ia terbelenggu dengan kepastiannya sendiri dan ia adalah seorang budak.
Hanya orang yang berani mengambil resiko yang merupakan orang yang benar-benar bebas.
Saudaraku..........
Saya mendapat inspirasi bahwa hanya mereka yang berani mengambil resiko yang berhasil menemukan dan mengaktualisasikan diri mereka sebagai manusia yang unggul dan hanya mereka yang berani mengambil resiko yang akan mampu memanusiawikan orang lain. Dan benar apa yang dikatakan Prof. Jack Matson, demikian: "jika anda mau berhasil maka anda harus berurusan dengan resiko. Sebab hanya orang yang berani mengambil resiko yang memiliki kekuatan ganda dibandingkan mereka yang mencari jalan aman".
Saya sendiri tidak mau terjebak dalam permainan politik yang sekarang menjadi tranding topic di negeri ini terkait dengan Gubernur Jakarta (Ahok). Tapi saya mempunyai catatan khusus bahwa elektabilitas dari Ahok meroket karena yang bersangkutan berani mengambil resiko. Jikalau jabatan itu menjadi tujuannya, maka Ahok tidak akan bertindak melakukan penggusuran di sana-sini, sebab hal itu akan bersinggungan langsung dengan masyarakat kecil. Ya...kalau jabatan itu adalah tujuan, maka Ahok akan mengumbar janji-janji manis dan tidak akan melakukan hal-hal yang dapat menyulut kemarahan banyak orang. Tetapi bagi seorang Ahok (dan ini yang diucapkannya), bahwa sebagai anak Tuhan, ia memandang jabatan itu sebagai Amanah untuk melakukan yang terbaik demi memanusiawikan manusia.
Saudaraku..................
Dalam hal inilah saya dapat memahami apa yang diinginkan oleh Petrus. Di dalam dunia yang telah dirusakkan oleh dosa, maka setiap anak-anak Tuhan harus berani mengambil resiko karena imannya. Boleh jadi anda akan kelihatan seperti orang bodoh, difitnah dan dicela karena iman anda sehingga anda berani mengambil resiko. Tetapi justru dalam keadaan seperti itulah anda sedang mempertontonkan kehidupan yang sesungguhnya; anda kelihatan manusiawi karena anda mampu mengaktualisasikan diri anda sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan dengan keberanian itu juga, anda akan memperlakukan orang lain lebih manusiawi. Untuk hal inilah Petrus berkata: "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, daripada menderita karena berbuat jahat".
Camkan sekali hal ini:
"hanya mereka yang berani mengambil resiko yang berhasil mengaktualisasikan diri mereka sebagai manusia unggul dan hanya mereka yang berani mengambil resiko yang akan mampu memanusiawikan orang lain".
Tuhan Yesus memberkati saudara.
No comments:
Post a Comment