Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : Bilangan 11 : 4 - 6
Saudaraku......
Saya ingin membagikan pengalaman ketika saya melakukan konseling pada hari kemarin, di mana seorang ibu yang masih tergolong muda, datang menemui saya secara khusus untuk menyampaikan masalahnya. Dan ini beberapa penggalan jalannya konseling yang saya lakukan terhadap yang bersangkutan:
Ibu Muda :
Selamat pagi pak pendeta, boleh saya minta waktunya sejenak untuk ngobrol?.
Saya :
Selamat pagi....mari masuk. Silahkan duduk!.
Ibu Muda :
Pak pendeta tidak sibukkah? Saya mohon maaf jika mengganggu aktivitasnya!.
Saya :
Tidak! Justru saya bersyukur ibu sudah datang menjumpai saya dan hal ini sebuah sukacita bagi saya.
Ibu Muda :
Pak pendeta...saya minta tolong untuk dibantu keluar dari masalah saya. Masalah ini sesungguhnya sudah berlangsung 5 tahun. Dan saya tidak tahu lagi, ke mana saya harus pergi untuk menumpahkan isi hati saya. Saya yakin, pak pendeta dapat menolong saya.
Saya :
Apa masalah ibu?.
(untuk bagian di sekitar masalah yang dihadapi, sangatlah privasi sehingga saya tidat dapat menguraikan dalam tulisan ini jawaban atas pertanyaan saya dari yang bersangkutan).
Ibu Muda : (sambil menghela nafas...ia pun mulai menceritakan panjang lebar tentang kehidupan rumah tangganya).
Pak pendeta....saya tidak tahan lagi menjalani kehidupan rumah tangga saya. Saya hanya berharap jika ia masih mau tetap hidup bersama saya, maka dia harus memenuhi kebutuhan saya. Saya sangat iri melihat tetangga saya, hidup mereka boleh dikatakan lebih dari cukup; padahal suaminya hanyalah pegawai rendahan di perusahan di mana suami saya bekerja.
Saya :
Kalau demikian masalah ibu, terus terang saya tidak bisa menolong ibu.
(mendengar jawaban saya, si ibu terperanjat. Dan saya tahu bahwa hatinya kesal dengan jawaban tersebut. Suasana pun jadi hening untuk 2-3 menit. Saya berharap bahwa si ibu ini kembali memikirkan dan mempertimbangkan apa yang sudah dia ucapkan. Lalu saya melanjutkan perbincangan).
Saya :
Ibu....sekali lagi saya mau mengatakan dengan terus terang bahwa saya tidak dapat menolong anda. Dan jujur saya mau katakan bahwa tidak ada satu pun orang yang dapat menolong anda.
Mengapa?.
Karena anda tidak bermasalah dengan pasangan anda, tetapi anda bermasalah dengan diri anda sendiri. Anda salah dalam meletakkan dasar kehidupan rumah tangga anda. Anda membangun rumah tangga anda di atas dasar yang rapuh. Anda perlu berdamai dengan diri anda sendiri dan jika itu anda lakukan maka anda akan merasakan sukacita dan damai sejahtera untuk hidup bersama dengan pasangan anda dan orang-orang yang ada di sekeliling anda.
(percakapan terus berlanjut...dan saya hanya berusaha untuk mengantar yang bersangkutan agar dapat mengambil sikap yang benar dalam menyelasaikan masalahnya sendiri).
Saudaraku........
Jujur kita harus akui bahwa sesungguhnya natur kita adalah: kita cenderung berharap untuk dilayani dan bukan untuk melayani. Natur kita cenderung hanya mau menerima dan sangat berat untuk memberi. Kita hanya mau menerima yang baik-baik saja dan sangat sulit menerima kenyataan yang sangat menyusahkan atau menyengsarakan. Dan sangat terbukti, bagaimana respons kita ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Tidakkah kita mulai kesal, marah, mencari kambing hitam dan setiap hari kita selalu uring-uringan; dan akibatnya; kita mulai mempersalahkan ini dan itu lalu bertindak menuruti kehendak atau kemauan kita sendiri dalam mengambil keputusan.
Saudaraku..........
Sungut-sungut, bagi saya, hal ini tidak lain merupakan tindakan bodoh, di mana kita mempersalahkan orang lain atas keadaan yang terjadi dan kita menyatakan bahwa kita berada pada posisi yang benar. Sungut-sungut bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Justru sungut-sungut akan melahirkan masalah baru yang tanpa anda sadari, akan menuntun anda ke jurang kehancuran. Dan saya mau mengatakan bahwa, ketika anda bersungut-sungut maka itu adalah tanda bahwa anda sedang bermasalah dengan diri anda sendiri, bukan dengan orang lain. Hidup anda sedang dirasuki Roh Keserakahan (Rakus), dan anda tidak akan pernah merasa tenang dalam kondisi seperti itu. Roh Keserakahan akan membuat anda akan terus menerus membanding-bandingkan keadaan anda dengan keadaan orang lain. Dan hal itulah yang anda harus benahi sebelum anda menghancurkan diri anda dan orang-orang yang mencintai anda.
Saudaraku....
Saya mengajak anda untuk memperhatikan dengan seksama bacaan yang menjadi perenungan saat ini. Saya mau katakan bahwa, sesungguhnya tidak ada yang salah pada tindakan Allah dalam membebaskan bangsa Israel keluar dari cengkeraman perbudakan di Mesir. Tidak ada yang salah dalam tindakan Allah menuntun dan memelihara hidup mereka dalam perjalanan padang gurun yang penuh dengan bayang-bayang kematian, sampai mereka tiba di Tanah Perjanjian. Ya...tidak ada yang salah dalam setiap keputusan Allah terhadap bangsa itu. Tidakkah nyata bagaimana cara Allah mempercukupkan kebutuhan mereka di tengah situasi kondisi ketidak-mungkinan. Namun karena "Nafsu Keserakahan" membuat bangsa Israel bertindak bodoh dan melawan Allah.
Saudaraku....................
Saya mau mengatakan kepada anda bahwa: "sungut-sungut adalah tipikal manusia padang gurun" yang liar dan menyangkali hakekatnya sebagai makhluk mulia. Nilai hidup hanya dilihat dari sisi bendawi yang berkelimpahan. Mereka sesungguhnya diberi banyak, namun tidak merasa puas dengan apa yang mereka terima. Seperti padang gurun yang menerima curahan air hujan, namun dalam hitungan menit, tanah yang basah, seketika itu juga menjadi kering dan kerontang. Tipikal manusia padang gurun tidak akan pernah bersyukur atas berkat yang diterima dari Allah.
Saudaraku...................
Berhentilah bersungut-sungut walau jalan yang anda lalui penuh onak dan duri. Adalah tindakan bijak jika anda berusaha untuk terus mendekatkan diri pada Allah di tengah berbagai persoalan yang ada, sebab hanya dengan itu, Allah akan bertindak dan memberikan kelegaan kepada anda (baca; Matius 11:28).
Bacaan : Bilangan 11 : 4 - 6
Saudaraku......
Saya ingin membagikan pengalaman ketika saya melakukan konseling pada hari kemarin, di mana seorang ibu yang masih tergolong muda, datang menemui saya secara khusus untuk menyampaikan masalahnya. Dan ini beberapa penggalan jalannya konseling yang saya lakukan terhadap yang bersangkutan:
Ibu Muda :
Selamat pagi pak pendeta, boleh saya minta waktunya sejenak untuk ngobrol?.
Saya :
Selamat pagi....mari masuk. Silahkan duduk!.
Ibu Muda :
Pak pendeta tidak sibukkah? Saya mohon maaf jika mengganggu aktivitasnya!.
Saya :
Tidak! Justru saya bersyukur ibu sudah datang menjumpai saya dan hal ini sebuah sukacita bagi saya.
Ibu Muda :
Pak pendeta...saya minta tolong untuk dibantu keluar dari masalah saya. Masalah ini sesungguhnya sudah berlangsung 5 tahun. Dan saya tidak tahu lagi, ke mana saya harus pergi untuk menumpahkan isi hati saya. Saya yakin, pak pendeta dapat menolong saya.
Saya :
Apa masalah ibu?.
(untuk bagian di sekitar masalah yang dihadapi, sangatlah privasi sehingga saya tidat dapat menguraikan dalam tulisan ini jawaban atas pertanyaan saya dari yang bersangkutan).
Ibu Muda : (sambil menghela nafas...ia pun mulai menceritakan panjang lebar tentang kehidupan rumah tangganya).
Pak pendeta....saya tidak tahan lagi menjalani kehidupan rumah tangga saya. Saya hanya berharap jika ia masih mau tetap hidup bersama saya, maka dia harus memenuhi kebutuhan saya. Saya sangat iri melihat tetangga saya, hidup mereka boleh dikatakan lebih dari cukup; padahal suaminya hanyalah pegawai rendahan di perusahan di mana suami saya bekerja.
Saya :
Kalau demikian masalah ibu, terus terang saya tidak bisa menolong ibu.
(mendengar jawaban saya, si ibu terperanjat. Dan saya tahu bahwa hatinya kesal dengan jawaban tersebut. Suasana pun jadi hening untuk 2-3 menit. Saya berharap bahwa si ibu ini kembali memikirkan dan mempertimbangkan apa yang sudah dia ucapkan. Lalu saya melanjutkan perbincangan).
Saya :
Ibu....sekali lagi saya mau mengatakan dengan terus terang bahwa saya tidak dapat menolong anda. Dan jujur saya mau katakan bahwa tidak ada satu pun orang yang dapat menolong anda.
Mengapa?.
Karena anda tidak bermasalah dengan pasangan anda, tetapi anda bermasalah dengan diri anda sendiri. Anda salah dalam meletakkan dasar kehidupan rumah tangga anda. Anda membangun rumah tangga anda di atas dasar yang rapuh. Anda perlu berdamai dengan diri anda sendiri dan jika itu anda lakukan maka anda akan merasakan sukacita dan damai sejahtera untuk hidup bersama dengan pasangan anda dan orang-orang yang ada di sekeliling anda.
(percakapan terus berlanjut...dan saya hanya berusaha untuk mengantar yang bersangkutan agar dapat mengambil sikap yang benar dalam menyelasaikan masalahnya sendiri).
Saudaraku........
Jujur kita harus akui bahwa sesungguhnya natur kita adalah: kita cenderung berharap untuk dilayani dan bukan untuk melayani. Natur kita cenderung hanya mau menerima dan sangat berat untuk memberi. Kita hanya mau menerima yang baik-baik saja dan sangat sulit menerima kenyataan yang sangat menyusahkan atau menyengsarakan. Dan sangat terbukti, bagaimana respons kita ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Tidakkah kita mulai kesal, marah, mencari kambing hitam dan setiap hari kita selalu uring-uringan; dan akibatnya; kita mulai mempersalahkan ini dan itu lalu bertindak menuruti kehendak atau kemauan kita sendiri dalam mengambil keputusan.
Saudaraku..........
Sungut-sungut, bagi saya, hal ini tidak lain merupakan tindakan bodoh, di mana kita mempersalahkan orang lain atas keadaan yang terjadi dan kita menyatakan bahwa kita berada pada posisi yang benar. Sungut-sungut bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Justru sungut-sungut akan melahirkan masalah baru yang tanpa anda sadari, akan menuntun anda ke jurang kehancuran. Dan saya mau mengatakan bahwa, ketika anda bersungut-sungut maka itu adalah tanda bahwa anda sedang bermasalah dengan diri anda sendiri, bukan dengan orang lain. Hidup anda sedang dirasuki Roh Keserakahan (Rakus), dan anda tidak akan pernah merasa tenang dalam kondisi seperti itu. Roh Keserakahan akan membuat anda akan terus menerus membanding-bandingkan keadaan anda dengan keadaan orang lain. Dan hal itulah yang anda harus benahi sebelum anda menghancurkan diri anda dan orang-orang yang mencintai anda.
Saudaraku....
Saya mengajak anda untuk memperhatikan dengan seksama bacaan yang menjadi perenungan saat ini. Saya mau katakan bahwa, sesungguhnya tidak ada yang salah pada tindakan Allah dalam membebaskan bangsa Israel keluar dari cengkeraman perbudakan di Mesir. Tidak ada yang salah dalam tindakan Allah menuntun dan memelihara hidup mereka dalam perjalanan padang gurun yang penuh dengan bayang-bayang kematian, sampai mereka tiba di Tanah Perjanjian. Ya...tidak ada yang salah dalam setiap keputusan Allah terhadap bangsa itu. Tidakkah nyata bagaimana cara Allah mempercukupkan kebutuhan mereka di tengah situasi kondisi ketidak-mungkinan. Namun karena "Nafsu Keserakahan" membuat bangsa Israel bertindak bodoh dan melawan Allah.
Saudaraku....................
Saya mau mengatakan kepada anda bahwa: "sungut-sungut adalah tipikal manusia padang gurun" yang liar dan menyangkali hakekatnya sebagai makhluk mulia. Nilai hidup hanya dilihat dari sisi bendawi yang berkelimpahan. Mereka sesungguhnya diberi banyak, namun tidak merasa puas dengan apa yang mereka terima. Seperti padang gurun yang menerima curahan air hujan, namun dalam hitungan menit, tanah yang basah, seketika itu juga menjadi kering dan kerontang. Tipikal manusia padang gurun tidak akan pernah bersyukur atas berkat yang diterima dari Allah.
Saudaraku...................
Berhentilah bersungut-sungut walau jalan yang anda lalui penuh onak dan duri. Adalah tindakan bijak jika anda berusaha untuk terus mendekatkan diri pada Allah di tengah berbagai persoalan yang ada, sebab hanya dengan itu, Allah akan bertindak dan memberikan kelegaan kepada anda (baca; Matius 11:28).
No comments:
Post a Comment