Laman

Thursday, May 5, 2016

Ketiadaan Kasih Menghampakan Semua Kebaikan

Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : Wahyu 2 : 1 - 7


Saudaraku.......
Semua orang tentu tidak suka pada hal-hal yang jahat dan tidak suka diperlakukan dengan cara-cara yang keji datau menyakitkan hati. Ketika anda kena tipu, misalnya; hati anda pasti dongkol dan anda terdorong untuk melampiaskan sakit hati itu, bukan? Ketika keluarga anda dicederai, disakiti bahkan dibunuh, hati anda terasa panas, bukan? Dan sudah barang tentu, anda menuntut agar yang bersangkutan dijatuhi hukuman mati sepadan dengan apa yang sudah dilakukannya terhadap keluarga anda.

Tapi, apakah untungnya buat anda?.

Apakah untungnya jika anda menuntut balas setimpal dengan segala perbuatan yang dilakukan seseorang terhadap diri anda?.

Apakah menuntut balas dibenarkan menurut Alkitab?.

Saudaraku.....
Kita mau belajar dari jemaat pertama yang disebutkan dalam bacaan kita yang kepadanya kitab Wahyu ini ditujukan, yakni Jemaat Efesus.
Memang benar bahwa jemaat ini adalah jemaat yang tekun dan bersemangat dalam pelayanan (Ritual). Semarak kehidupan persekutuan sangat jelas dan seolah-olah jemaat ini tidak pernah merasa lelah bekerja jikalau hal itu berhubungan dengan tugas kesaksian.

Namun jemaat ini dicela, dikecam dan ditolak oleh Tuhan.

Anda pasti bertanya:
apakah ada kesalahan besar yang telah dilakukan oleh Jemaat Efesus sehingga Tuhan menolaknya?.

Ah.....
Sesungguhnya apa yang mereka lakukan tidaklah salah. Kehidupan ritual (penyembahan) memang sebuah keharusan bagi anak-anak Tuhan. Tapi apakah arti sebuah ritualisme yang terkurung oleh dinding atau tembok gudung Gereja?. Memang semarak penyembahan Jemaat Efesus patut diacungi jempol. Tapi yang menjadi noda adalah hati mereka yang penuh dengan kebencian dan dendam; jemaat ini hambar dalam tindakan atau praktek kasih. Dan dalam kondisi seperti ini, mereka menutup diri terhadap orang-orang yang dipandang melakukan kejahatan; mereka menutup hati mereka untuk bergaul dengan mereka yang dianggap najis.

Kita tidak dapat pungkiri bahwa banyak anak-anak Tuhan yang taat beribadah, rajin berdoa dan berpuasa, tekun membaca Firman Tuhan, berusaha untuk tidak mencemari diri mereka dengan perbuatan-perbuatan tercela. Sekali lagi saya mau katakan bahwa, tidak salah yang mereka lakukan, justru apa yang mereka lakukan patut diacungi jempol. Tapi yang salah dan hal tersebut mencemari semua kegiatan ritual dan semangat berdoa serta membaca Firman Tuhan, yakni mereka menjadi orang-orang yang sombong rohani, memandang diri mereka sebagai yang paling benar dan melihat orang lain sebagai orang najis, kotor dan penuh dengan dosa. Dan kesombongan inilah yang membuat mata mereka sangat peka melihat kesalahan orang, tetapi tidak mau bertindak untuk menuntun orang yang salah kembali ke jalan kebenaran. Intinya, mereka pandai mengkritik orang tapi tidak bisa memberi solusi. Dan akibatnya, mereka menjadi sangat exclusive (tertutup); tidak mau bergaul dengan orang yang dianggap "PENDOSA".

Saudaraku....................
Tuhan Yesus sendiri dipandang bersalah karena bersahabat dengan mereka yang dicap "PENDOSA". Ia duduk makan dengan para pemungut cukai, perempuan sundal dan orang-orang yang dikucilkan oleh lingkungannya. Tapi apa jawaban Tuhan Yesus? Yesus berkata: "bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit. Anak Manusia datang bukan untuk mencari orang yang benar tetapi datang untuk mencari orang yang berdosa".

Saudaraku....................
Tuhan menghargai semua tindakan baik anda, tetapi anda dipandang benar ketika hati anda terbuka buat orang lain tanpa memandang muka.

Ingat:
"Ketika hidup anda hambar kasih sayang, maka hal tersebut akan menghampakan makna penyembahan anda kepada Tuhan. Kebencian, dendam dan iri hati adalah noda bagi jiwa yang takut akan Tuhan. Dan jika hati anda masih dikuasai dengan hal tersebut, maka apa pun yang anda katakan baik; ternyata di mata Tuhan itu adalah sebuah kemunafikan. Dan orang-orang munafik tidak mendapat tempat dalam Kerajaan Sorga".

Ketika kesombongan rohani mengancam kehidupan anda; ingatlah selalu pada tindakan Allah yang menolak Jemaat Efesus. Penyembahan (Ritual) tidak memiliki arti tanpa KASIH YANG BEREMPATI. Penyembahan yang benar dan itu adalah Ibadah Yang Sejati, yakni menaruh rasa empati bagi mereka yang dipandang oleh lingkungannya sebagai orang najis atau PENDOSA.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love