Laman

Friday, September 30, 2016

Problematika Padang Gurun

Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : Ulangan 8 : 1 - 6


Dalam melakukan pendampingan pastoral, entah sudah berapa banyak saya menghadapi warga jemaat yang berkarakter atau bermental "Manusia Padang Gurun".

Ini adalah istilah yang saya pakai untuk menggambarkan orang-orang yang mempertanyakan kuasa, kasih dan kebenaran janji-janji Tuhan sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab ketika mereka berbenturan dengan masalah atau sedang ada dalam pergumulan yang berat.

Boleh jadi, saudara yang membaca tulisan ini pun tidak terlepas dari karakter manusia yang bermental "Manusia Padang Gurun", bahkan saya sendiri yang menuliskannya di suatu waktu yang saya tidak sadari, juga akan memperlihatkan karakter yang demikian.

Ya.....bagi anda yang adalah PNS atau karyawan swasta.
Boleh jadi anda tidak akan terhindar dari karakter dan mentalitas "Manusia Padang Gurun".

Ketika karier tidak pernah memperlihatkan titik terang akan menanjak, padahal anda adalah seorang pegawai/karyawan yang paling disiplin dalam segala hal; kesabaran anda dalam menanti, pasti sirna dan hati anda memberontak:

"Tuhan, mengapa saya harus seperti ini?
Mengapa Engkau tidak juga menolong saya, padahal saya tidak pernah melakukan pelanggaran? Mengapa justru teman saya yang kinerjanya jauh di bawah saya, justru jenjang kariernya mulus? Mengapa pimpinan saya yang nyata-nyata sudah menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri, justru masih tetap dipertahankan?"
.

Mengapa harus begini, Tuhan?
Ada apa dengan semua ini,Tuhan?
Sampai kapan aku harus begini Tuhan?

Ya....bagi anda yang merasa kehidupan rumah-tangga yang tidak harmonis; suami memilih jalannya sendiri, istri pun memilih jalannya sendiri, lalu anak-anak, maunya yang harus dituruti - kalau tidak, anak lari atau meninggalkan rumah.

Sadar atau tidak, ada kesempatan yang begitu besar untuk mempertontonkan karakter atau mentalitas "Manusia Padang Gurun". Hati anda akan memberontak:

"Tuhan, mengapa engkau memberikan seorang pasangan hidup seperti ini?
Tuhan, mengapa anak-anakku tidak seperti anak-anak orang lain yang begitu santun, hormat pada orangtuanya, rajin bekerja tanpa harus menunggu komando?
Jangankan membantu saya sebagai orangtuanya ketika saya harus mengerjakan ini atau itu, makan atau pun dibangunkan setiap hari, betapa susahnya?
Tuhan, sampai kapan saya harus bertahan dengan keadaan seperti ini?"
.

Tuhan, saya sudah tak tahan lagi....
Tuhan, saya sudah bosan dengan keadaan ini.....
Tuhan.....Tuhan.....Tuhan.....cukuplah sudah, saya tidak mau peduli lagi dengan mereka.....
Terserah.....apa mauMu, Tuhan!

Ya.....bagi anda yang  merasa minder karena kekurangan anda.
Sangat besar peluang bagi anda terperangkap dalam karakter dan mentalitas "Manusia Padang Gurun". Hati anda memberontak:

"Tuhan, mengapa aku tidak setampan dia?
Tuhan mengapa aku tidak secantik dia?
Tuhan mengapa Engkau memberikan kepadaku rupa seperti ini?
Tuhan, mengapa aku bodoh, padahal dalam belajar atau pun melatih diri, aku lebih dari pada dia; tetapi aku tetap bodoh dan jauh tertinggal dari dia?
Tuhan mengapa aku miskin, padahal aku sudah bekerja banting-tulang, tidak kenal siang atau malam, panas atau hujan; tetapi aku tetap miskin sedangkan dia, hartanya semakin bertambah?"
.

Mengapa Engkau menciptakan aku seperti ini, Tuhan?
Mengapa aku harus dilahirkan dengan segala kekurangan yang ada?
Apa yang Engkau mau dari padaku, Tuhan, sehingga Engkau memperlakukan aku seperti ini?

Mengapa......mengapa.....mengapa Tuhan!
Itulah kata-kata komplain yang sering keluar dari mulut kita saat mengalami sebuah masalah.

Jika anda mengamati perjalanan kembara bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, anda akan menyaksikan begitu banyak komplain yang dilakukan bangsa itu kepada Musa yang notabene komplain mereka terhadap Allah. Dari sisi penilaian manusia, anda pun dapat mengatakan: wajar saja bangsa Israel melakukan hal tersebut. Justru masalahnya terletak pada cara Tuhan memilih jalan itu: "mengapa harus melalui padang gurun?
Tidak adakah jalan lain, sehingga harus padang gurun untuk menggapai harapan menetap di Tanah Perjanjian?
Bukankah padang gurun adalah tempat yang panas, kering dan bayang-bayang kematian menanti di sana?
Ya...wajar saja jika sepanjang jalan yang mereka lalui penuh dengan persungutan, komplain dan kemarahan, dan kita tidak dapat mempersalahkan mereka?"
.

Memang, dari sisi hitung-hitungan manusia, pilihan itu adalah pilihan yang bodoh dan konyol. Manusia mana yang mau memilih jalan yang sulit, sebuah pilihan dengan taruhan nyawa?

Tapi hal demikian adalah jalan pikiran dan hitung-hitungan manusia. Standar ini tidak dapat kita absolutkan untuk dilakukan oleh Allah. Kita tidak dapat memaksa Allah untuk menuruti jalan pikiran kita serta mengiyakan Allah untuk mengikuti standarisasi yang kita buat dan yang kita inginkan. Sadar atau tidak, sering kita menempatkan Allah sebagai budak kita yang harus mengikuti apa maunya kita; bukan menjadikan Allah sebagai "Penguasa Tunggal Kehidupan" yang akan menentukan masa depan kita. Wajar jikalau kita bertanya kepada Tuhan: apa rencanaMu Tuhan atas kehidupanku dengan memperhadapkan masalah ini? Tetapi menjadi sebuah ketidakwajaran ketika kita mengkomplain Tuhan: mengapa Engkau membuat kehidupanku seperti ini?.

Saudaraku.....
Mari kita belajar untuk menimbah hikmat di balik setiap persoalan yang ada. Ketika anda mempunyai keinginan yang begitu kuat untuk menikmati coto makassar, sedang anda sendiri didiagnosa dokter mengalami komplikasi penyakit yang sangat bertolakbelakang dengan keinginan anda, haruskan dokter mengiyakan atau mengikuti keinginan anda? Anda bisa saja mengatakan bahwa dokter yang menangani anda sangat kejam, tetapi justru apa yang dilakukannya adalah bukti dari perhatian dan kasih sayangnya kepada anda, dan itu demi kebaikan dan keselamatan anda, bukan?

Sekali lagi......
Mari kita menimbah hikmat di balik setiap masalah yang ada. Tuhan mengizinkan masalah dalam hidup anda bukan untuk mencelakakan anda, tetapi untuk kebaikan dan keselamatan hidup anda. Pada ayat 2, terletak hikmat itu. Ketika persoalan menjadi realita kehidupan anda, apakah hati anda semakin dekat kepada Allah dan hanya berharap kasih dan tuntunanNya? Setiap masalah yang ada, merupakan batu uji atas keteguhan iman anda; adakah anda percaya atau tidak, bahwa kuasa Allah sedang bekerja untuk mengantar anda mengalami nikmatnya hidup di Tanah Perjanjian?

Ingatlah hal ini:
Allah tidak mempermain-mainkan hidup anda dengan menghadirkan masalah. Setiap masalah anda adalah cara Allah untuk membentuk karakter hidup anda agar anda tidak menjadi pribadi yang cengeng, tetapi membentuk anda menjadi pribadi yang tangguh, yang tidak mudah menyerah. Tidakkah sebuah kemenangan hanya mungkin jika kita berani melatih diri dan berjuang dengan gigih. Tak ada sebuah pencapaian prestasi yang melahirkan sukacita yang besar tanpa melalui sebuah perjuangan yang keras.

Jadi....hindarilah karakter dan mentalitas "Manusia Padang Gurun", jangan cepat mengkomplain Tuhan karena masalahmu; tetapi jadikan masalahmu sebagai jembatan emas untuk menikmati keintiman dengan Allahmu. Percayalah, Allah selalu punya rencana indah untuk kehidupan dan masa depan anda.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love