Sebuah Refleksi Pribadi
Kontemplasi Mazmur 42 dan 43
Anda mungkin bertanya-tanya dalam hati: "tidak salahkan tema ini: Menikmati Tuhan?".
Saya mau mengatakan kepada anda bahwa memang tema ini sedikit "Nyeleneh alias Ngawur", memposisikan Tuhan sebagai objek pemuas panca indera kita:
ya....seperti kulit yang rindu menikmati sentuhan yang lembut, bagai semilir angin sepoi-sepoi yang mengantar anda ke alam mimpi.
ya....seperti telinga mendengarkan alunan musik yang mendayu-dayu, yang membuat hati anda tersentuh dengan kenangan-kenangan indah di masa lalu.
ya....seperti lidah yang mengecap sesuatu yang lezat dan selera makan anda memuncak untuk menyantap habis santapan di depan anda sampai perut anda tidak mampu memuat semuanya.
ya....seperti mata yang selalu rindu menyaksikan sebuah pemandangan yang indah, yang membuat anda betah berjam-jam untuk menyaksikan keindahannya.
ya....seperti hidung yang selalu ingin mencium aroma dari semerbaknya bunga di taman dan anda tenggelam dalam lamunan bersama kekasih anda.
ya....seperti itulah yang saya inginkan, sehingga saya memilih tema ini; sedikit nyeleneh atau ngawur, tapi menurut saya (dan itu pasti) bahwa hal demikianlah yang sangat dinantikan Tuhan dari umatNya.
Tapi kerinduan yang begitu kuat untuk menikmati Tuhan muncul saat anda dalam keadaan jiwa yang hampa, tertekan dan bahkan sedang menghadapi maut. Keadaan seperti ini akan mencelikkan mata anda bahwa hanya Tuhanlah yang akan mengisi kehampaan jiwa anda, yang akan membuat jiwa anda yang tertekan menjadi tenteram dan akan memberikan keberanian kepada anda dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan di mana kematian tidak dapat ditolak dan saat itu anda akan mengatakan: "mati adalah sebuah keuntungan bagiku".
Saya secara pribadi memposisikan Tuhan sebagai sumber pemenuhan "Indera Iman" saya., sebab saya sadar bahwa saya masih di dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan cobaan, dunia yang akan terus mengkondisikan saya dalam keadaan hampa, tertekan bahkan mengancam hidup saya dengan taruhan nyawa. Saya selalu rindu pada Tuhan untuk memuaskan hasrat yang menggelora dari "Indera Iman" saya. Dan saya yakin, Tuhan akan melakukannya: "Ia akan memuaskan hasrat saya dengan segala kebaikan".
Tak salah jika sang peratap mengatakan :
"Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan. Sangkaku: hilang lenyaplah kemashyuranku dan harapanku kepada Tuhan. Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepadaNya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia (Ratapan 3:17-25)".
Karena itu, nikmatilah Tuhanmu. Katakanlah:
"Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku adalah Allahku (Mzm. 43:5)".
Tuhan telah menyediakan sajian yang paling lezat:
"Inilah tubuhKu yang dipecah-pecahkan...ambillah dan makanlah. Inilah darahKu, darah perjanjian baru yang dicurahkan bagi banyak orang untuk mengapus dosa...ambillah dan minumlah".
Selamat menikmati Tuhan.
Kontemplasi Mazmur 42 dan 43
Anda mungkin bertanya-tanya dalam hati: "tidak salahkan tema ini: Menikmati Tuhan?".
Saya mau mengatakan kepada anda bahwa memang tema ini sedikit "Nyeleneh alias Ngawur", memposisikan Tuhan sebagai objek pemuas panca indera kita:
ya....seperti kulit yang rindu menikmati sentuhan yang lembut, bagai semilir angin sepoi-sepoi yang mengantar anda ke alam mimpi.
ya....seperti telinga mendengarkan alunan musik yang mendayu-dayu, yang membuat hati anda tersentuh dengan kenangan-kenangan indah di masa lalu.
ya....seperti lidah yang mengecap sesuatu yang lezat dan selera makan anda memuncak untuk menyantap habis santapan di depan anda sampai perut anda tidak mampu memuat semuanya.
ya....seperti mata yang selalu rindu menyaksikan sebuah pemandangan yang indah, yang membuat anda betah berjam-jam untuk menyaksikan keindahannya.
ya....seperti hidung yang selalu ingin mencium aroma dari semerbaknya bunga di taman dan anda tenggelam dalam lamunan bersama kekasih anda.
ya....seperti itulah yang saya inginkan, sehingga saya memilih tema ini; sedikit nyeleneh atau ngawur, tapi menurut saya (dan itu pasti) bahwa hal demikianlah yang sangat dinantikan Tuhan dari umatNya.
Tapi kerinduan yang begitu kuat untuk menikmati Tuhan muncul saat anda dalam keadaan jiwa yang hampa, tertekan dan bahkan sedang menghadapi maut. Keadaan seperti ini akan mencelikkan mata anda bahwa hanya Tuhanlah yang akan mengisi kehampaan jiwa anda, yang akan membuat jiwa anda yang tertekan menjadi tenteram dan akan memberikan keberanian kepada anda dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan di mana kematian tidak dapat ditolak dan saat itu anda akan mengatakan: "mati adalah sebuah keuntungan bagiku".
Saya secara pribadi memposisikan Tuhan sebagai sumber pemenuhan "Indera Iman" saya., sebab saya sadar bahwa saya masih di dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan cobaan, dunia yang akan terus mengkondisikan saya dalam keadaan hampa, tertekan bahkan mengancam hidup saya dengan taruhan nyawa. Saya selalu rindu pada Tuhan untuk memuaskan hasrat yang menggelora dari "Indera Iman" saya. Dan saya yakin, Tuhan akan melakukannya: "Ia akan memuaskan hasrat saya dengan segala kebaikan".
Tak salah jika sang peratap mengatakan :
"Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan. Sangkaku: hilang lenyaplah kemashyuranku dan harapanku kepada Tuhan. Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepadaNya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia (Ratapan 3:17-25)".
Karena itu, nikmatilah Tuhanmu. Katakanlah:
"Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku adalah Allahku (Mzm. 43:5)".
Tuhan telah menyediakan sajian yang paling lezat:
"Inilah tubuhKu yang dipecah-pecahkan...ambillah dan makanlah. Inilah darahKu, darah perjanjian baru yang dicurahkan bagi banyak orang untuk mengapus dosa...ambillah dan minumlah".
Selamat menikmati Tuhan.
No comments:
Post a Comment