
(Renungan Khusus 70 Tahun Gereja Toraja)
Hari Ke-22 Masa Pra Paskah
Bacaan Alkitab : Lukas 9:23
(Masale, 25 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagi kamu sekalian.
Dalam kerendahan hati, saya mengucapkan selamat buat Seluruh Warga Gereja Toraja atas anugerah pemeliharaan Allah selama 70 tahun dalam menopang pelayanan Gereja Toraja.
Sebagai seorang pelayan, saya merasa hanya seperti setitik air yang jatuh di padang gurun, namun saya mensyukuri akan hal itu, walau hanya setitik namun saya dapat memberi yang saya bisa beri buat perjalanan sejarah Gereja Toraja.
Saudaraku...
Hari ini, saya mengajak anda semua untuk mensyukuri kasih Yesus Sang Raja Agung dan Kepala Gereja yang telah dilimpahkanNya dalam perjalanan 70 tahun Gereja Toraja.
Ya...70 tahun keberadaan Gereja Toraja sebagai wadah pelayanan untuk menghadirkan KERAJAAN SHALOM di tengah-tengah dunia yang telah dirusakkan oleh dosa. 70 Tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun pun demikian, selaku warga Gereja Toraja, kita tidak dapat mengklaim bahwa perjalanan 70 tahun sebagai bukti dari keberhasilan dan kemapanan Gereja Toraja dalam menghadapi pasang-surutnya gelombang zaman. 70 tahun tidak dapat dijadikan bukti kekuatan dan keperkasaan pelayanan Gereja Toraja dalam menghadapi tantangan zaman; tetapi justru harus dijadikan satu Pengakuan Iman tentang Kedaulatan Tuhan yang bekerja dalam GerejaNya sehingga semua itu dapat dilalui.
Saya malah hendak mengatakan bahwa ketika Gereja Toraja merayakan usianya yang ke-70, maka Gereja Toraja ditantang dengan satu pertanyaan : "QUO VADIS Gereja Toraja di tengah-tengah kondisi yang serba cepat dan di tengah-tengah kecenderungan dunia yang penuh persaingan dan hambar kasih sayang?".
Saudaraku...
Adalah hal yang sudah pasti bahwa keselamatan itu Anugerah Allah yang diberikan dengan cuma-cuma kepada kita (GerejaNya) melalui Iman kepada AnakNya. Yesus Kristus Sang Raja Agung telah menyelesaikan semua hal yang tidak mungkin kita selesaikan, yakni "Pengampunan dan Pendamaian kita dengan Sang Bapa". We can add nothing to this transaction; our job is simply to BELIVE...ya, kita tidak perlu menambah apa-apa lagi untuk transaksi ini; tugas kita adalah PERCAYA.
Dan di sinilah letak masalahnya!
Bahwa PERCAYA bukan berarti "DIAM dan TIDAK BERBUAT APA-APA", -(karena menganggap bahwa semua sudah beres atau semua sudah dituntaskan oleh Yesus Sang Raja Agung)-, sehingga kita tinggal menunggu pemenuhan janji itu: "supaya di mana Aku ada, di situ juga mereka ada". Tetapi PERCAYA mengandung implikasi etis sebagaimana yang diungkapkan Paulus dalam Galatia 2:20... "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidup yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku".
Jadi menjadi pengikut Yesus Sang Raja Agung berarti kita harus mematikan "keakuan kita dan menjadikan Dia sebagai yang utama". Dalam hal ini, menjadi pengikut Yesus Sang Raja Agung lebih pada makna PEMURIDAN, yakni "belajar untuk Mendengar, Berpikir dan Bertindak berdasarkan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang kita mau".
Saudaraku...
Menjadi perenungan bagi kita ketika kita merayakan 70 tahun perjalanan pelayanan Gereja Toraja:
"Sungguhkah Yesus Sang Raja Agung itu, telah menjadi Penguasa Tunggal dalam 70 tahun sejarah perjalanan pelayanan Gereja Toraja di mana setiap pribadi warga jemaat secara khusus dan umat Kristen secara umum telah mengalami dan merasakan perjumpaannya dengan Allah? Atau justru sebaliknya; Yesus Sang Raja Agung itu hanya menjadi simbol dari Menara Gading gereja dengan tujuan untuk meraih simpatik demi sebuah kekuasaan manusia yang menyebut dirfinya Kristen? Atau yang lebih extrim lagi; Yesus Sang Raja Agung dijadikan budak demi sebuah niat jahat untuk berkuasa atas hidup orang lain?.
Jika demikian, maka Gereja kehilangan jati dirinya sebagai MURID dari Yesus Sang Raja Agung, sehingga dalam kapasitasnya (Gereja) sebagai GARAM & TERANG, maka Gereja tidak lagi menjadi GARAM dunia tetapi dunialah yang menggarami Gereja. Atau Gereja tidak lagi menjadi TERANG dunia, tetapi dunialah yang menerangi Gereja.
Tidakkah hal ini sangat memprihatinkan?.
Dan jika hal itu benar, maka Yesus Sang Raja Agung akan menjadi kecewa dengan GerejaNya sehingga Ia akan berkata: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan (Mat. 7:23). Ya...enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat. 25:41)".
Saudaraku...
Inilah harga dari PERCAYA, -(sebuah nilai yang harus dibayar oleh seorang MURID)-, yakni anda dan saya harus terus belajar untuk berkata: "Jangan kehendakku yang jadi tetapi jadilah kehendakMu dalam hidupku".
Dan berbarengan dengan itu maka kita selaku GerejaNya harus siap, -(baik atau tidak baik keadaannya)-, kita harus menerima konsekwensi dari PEMURIDAN, yakni untuk menyampaikan berita pendamaian dan keselamatan itu kepada dunia, agar dunia tahu dan percaya bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan bagi kemuliaan Sang Bapa. Dan tanggung jawab ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab kita akan mengalami gesekan dengan kepentingan dunia ini yang hanya memikirkan kenikmatan sesaat.
Selamat merayakan 70 tahun Gereja Toraja.
Selamat untuk terus belajar menjadi murid.
Selamat mempersiapkan diri memasuki Minggu IV Masa Pra Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment