Laman

Monday, March 6, 2017

Kebahagiaan Karena Diampuni

Bahan Khotbah Minggu Pra-Paskah I
Pengembangan dari Buku Membangun Jemaat Gereja Toraja
(Masale, 5 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)


Bacaan 1 : Kejadian 2 : 15 - 17
Bacaan 2 : Mazmur 32 : 1 - 11 (Bahan Utama Khotbah)
Bacaan 3 : Matius 4 : 1 - 11

Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan, selamat pagi dan salam sejahtera bagi kamu sekalian,
Shalom...

Kita memasuki Minggu I Masa Pra-Paskah dan hari ke-4 dimulai dari Rabu Abu. Mungkin ada di antara kita yang bertanya: mengapa tidak dihitung hari Minggunya pak pendeta, padahal jika dihitung maka ini adalah hari ke-5?

Saudaraku...setiap hari minggu kita memperingati Kebangkitan Kristus, kita memperingati kemenangan kita. Namun sepanjang hari-hari yang tersisa di luar hari minggu, kita terkadang lupa akan kebaikan dan kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan kita. Dan karena itu, untuk segala hal yang kita lakukan, yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan jahat di mata Tuhan, itulah yang disimbolkan dengan pemadaman lilin di setiap minggu masa-masa Pra-Paskah.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Tema perenungan kita di Minggu Pra-Paskah yang pertama yakni Kebahagiaan Karena Diampuni, dan itulah sesungguhnya Kebahagiaan Yang Sejati. Saya percaya bahwa tidak satu pun dari pada kita yang tidak merindukan "Kebahagiaan". Setiap kita pastilah bermohon kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan: "berikanlah kepada kami ya Tuhan, hidup yang berkemenangan, buatlah kami sukses dalam segala hal agar kami dapat menikmati apa yang disebut BAHAGIA!".

Tetapi saudara-saudara, dari sudut pandang mana anda mengatakan bahwa: "hidup saya sudah berbahagia, pak pendeta".

Memang saudara-saudara, setiap orang mempunyai tolok ukur tentang kebahagiaan. Ada yang mengatakan bahwa saya sudah berbahagia pak pendeta jika saya sudah menikah. Dan fakta menyatakan bahwa setelah ia menikah, kebahagiaan semakin jauh, sebab rumah tangga yang dibangun mulai diwarnai riak-riak percekcokan dan perkelahian karena masing-masing berjuang mempertahankan ego. Memang ketika sepasang anak manusia datang di altar Tuhan, memohon perkenaan atas rumah tangga yang dibangun; mereka ditumpangi tangan, wajah mereka sumbringah, serasa dunia penuh dengan kembang, dan orang-orang yang menyaksikan hal tersebut pun menaikkan doa semoga mereka berdua menjadi keluarga yang "sakinah mawaddah wa rahmah". Kita harus jujur mengakui bahwa setiap kita yang sudah menjalani kehidupan berumah-tangga, tidak satu pun dari kita yang luput dari berbagai masalah yang membuat antar pribadi saling bergesekan. Tidak ada rumah tangga yang seteril dari pertengkaran, amarah; syukur-syukur jika tidak mengambil tindakan merusak barang-barang yang ada di dekatnya, atau menampar pasangannya atau pun menyakiti orang-orang seisi rumahnya. Realita seperti ini tentu tidak bisa kita jadikan tolok ukur bahwa keluarga tersebut sudah berbahagia.

Ada juga yang mengatakan bahwa saya sudah berbahagia pak pendeta jika saya sudah mencapai apa yang saya idam-idamkan; saya menjadi orang yang sukses, dapat meraih gelar ini dan itu, punya mobil, punya rumah, punya segalanya, maka bahagialah saya.
Saudaraku...dalam dunia yang sudah dirusakkan oleh dosa, tidak ada yang namanya bahagia. Kurang apa seorang Steve Jobs; ia dapat meraih banyak hal dalam hidupnya dan mengklaim dirinya sebagai orang yang tersukses dalam hidup; tetapi ketika kekuatannya semakin merosot dan kesehatannya semakin pudar, barulah ia tersadar bahwa ternyata kebahagiaan yang sesungguhnya itu dengan berharap kepada dunia adalah kesia-siaan. Sehebat apapun seseorang meraih sukses dalam kehidupannya, ada satu waktu mereka akan mengiyah apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yakni saat kondisi fisik semakin merosot: "apalah gunanya engkau menguasai dunia ini, jika hidupmu sendiri binasa". Benar apa yang dikatakan sang Filsuf, Aristoteles, bahwa "tujuan atau TELEOS hidup manusia adalah terus mencari dan mengejar kebahagiaan dari dulu sampai sekarang. Seluruh potensi yang dimiliki, dikerahkan untuk mengejar kebahagiaan. Namun apa yang ia alami? Ia tidak akan pernah bisa menjadi Sang Empunya Kebahagiaan? Ia hanya meraih kesia-siaan". Kebahagiaan itu adalah milik Sang Penguasa Tunggal yakni Tuhan, dan Tuhan bebas untuk memberikan kepada siapa pun yang kepadanya hati Tuhan berkenan.

Karena itu saudara-saudara...
Tiga bacaan kita, sungguh sangat baik untuk merefleksikan satu persoalan yang paling hakiki dan itu yang dicari manusia, siapa pun dia, yakni "Mengalami Kebahagiaan".

Bapak, ibu, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan!
Kurang apa Tuhan terhadap Adam dan Hawa? Kurang apa Tuhan terhadap mereka? Bahkan ketika Adam dan Hawa sudah jatuh ke dalam dosa; kurang apa Tuhan terhadap mereka? Fakta Alkitab menyatakan bahwa sebelum Adam dan Hawa diciptakan, Allah telah mempersiapkan sebuah Eden bagi mereka. Sebelum manusia itu ada, Allah sudah memikirkan apa yang dibutuhkan oleh manusia; sama seperti seorang ibu yang sedang mengandung, di mana sebelum anak yang dikandungnya itu lahir, ia dan orang-orang seisi rumahnya telah mempersiapkan ini dan itu untuk sebuah penyambutan. Karena jabang bayi itu, semua orang disibukkan mempersiapkan ini dan itu. Itulah tindakan Allah, Ia mempersiapkan segala sesuatunya dan membuat Taman Kesenangan (EDEN atau FIRDAUS) bagi manusia. Karena itu, pertanyaan ini kembali: kurang apa Tuhan terhadap manusia?
Bahkan ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa; apa yang dilakukan manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya sifatnya hanya sementara; Tuhan menggantikan hal tersebut dengan hal yang bersifat kekal. Cawat dari dedaunan yang menjadi buah tangan manusia, digantikan dengan cawat dari kulit binatang yang menjadi buah tangan Ilahi.

Tetapi saudara-saudara...ada satu hal yang tidak bisa kita pungkiri yakni "kecenderungan hati yang merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki". Inilah celah yang membuar Iblis dapat masuk dalam hati manusia dan menghancurkan cara berpikir manusia tentang "Apa itu Bahagia". Iblis tahu bahwa manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki, karena itu ia menawarkan hal yang paling dibutuhkan dan hal itu sangat....sangaaaatlah  menggiurkan, yakni: "sekali-kali kamu tidak akan mati...pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah". Wouw....sangat menggiurkan, bukan?

Manusia pertama tergiur karena kenikmatan dibalik bujuk rayu si pencoba. Karena itu, sifat manusia menjadi suka "coba-coba" sehingga dosa pun dipandang enteng lalu ia "coba-coba". Ya...seperti membeli buah langsat di pasar: "coba dulu baru beli". Tanpa manusia sadari bahwa "Dosa itu Nikmat", sehingga sekali coba maka ia akan terus mencoba hingga menjadi sebuah "Kebiasaan".

Saudaraku...
Untuk menggagalkan rencana Tuhan dalam menyelamatkan manusia serta dunia seanteronya, maka sang pencoba pun mempergunakan taktik yang sama dalam menjebak Tuhan Yesus. Ada tawaran yang sangat menggiurkan, sebuah tawaran yang dikemas dalam bungkusan "Firman Tuhan" yang sama halnya ketika sang pencoba menjebak manusia pertama. Kita harus berhati-hati untuk setiap bungkusan yang "dilabeli Firman Tuhan". Jika Iblis begitu lihai mempergunakan firman Tuhan, maki saudara dan saya juga dituntut untuk rajin membaca Firman Tuhan agar kita mempunyai senjata untuk menangkal setiap bujuk rayu Iblis yang juga mempergunakan Firman Tuhan. Hati-hati, dalam konteks dunia kita sekarang, orang begitu mudahnya mencomot sana-sini Firman Tuhan demi mencapai maksud atau niatnya yang jahat. Dan itulah juga yang tergambar dalam Injil Matius yang menjadi bagian dari perikop bacaan kita minggu ini; Tuhan Yesus mempergunakan Firman Tuhan untuk maksud yang benar dalam rangka menangkal godaan Iblis yang juga mempergunakan Firman Tuhan tetapi untuk maksud yang jahat. Dan saudara harus ingat, Iblis tidak akan pernah berhenti untuk menghancurkan hidup kita dan ia akan terus berusaha untuk merusak hubungan kita dengan Tuhan; dan Rasul Petrus memberi awasan kepada kita: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan berkeliling sama seperti sianga yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh (1 Ptr. 5:8, 9)". Kunci untuk melawan Iblis adalah "terus belajar akan Firman Tuhan" sehingga hal itu akan menjaga hubungan anda yang baik dengan Tuhan. Tetapi kalau tidak, maka anda akan begitu mudah ditaklukkannya dan rusaklah hubungan anda dengan Tuhan sehingga dosa akan menghancurkan hidup anda.

Saudaraku....
Kita sangat bersyukur, bahwa Tuhan begitu baik bagi kita. Ia tidak memperhitungkan segala dosa dan pelanggaran kita. Dan Mazmur 32 mau membuka sebuah kenyataan yang baru tentang makna kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni "Hidup Yang Diampuni". Kitalah orang-orang yang paling berbahagia dalam dunia ini, karena kitalah orang-orang yang sudah dibaharui dan dimenangkan dalam Kristus. Minggu-minggu Pra-Paskah, adalah minggu-minggu di mana kita mau merenungkan bagaimana perjuangan Tuhan untuk saudara dan saya. Minggu-minggu Pra-Paskah adalah minggu-minggu di mana kita mau merefleksikan bagaimana kasih Tuhan yang begitu dahsyat berusaha memenangkan saudara dan saya. Ia tidak memperhitungkan harga yang harus Dia bayar demi saudara dan saya. Dan harga dari keselamatan untuk manusia berdosa adalah "Korban Yesus Kristus". Orangtua mana yang merelakan anaknya untuk menjadi tebusan bagi orang yang bejat. Tetapi Allah melakukan hal yang tidak mungkin dilakukan manusia bahkan makhluk serupa malaikat sekali pun; Allah membayar lunas hutang kita atas dosa dan Ia mengatakan "Sudah selesai". Tetapi saya lebih suka memakai kata dalam bahasa aslinya "TETELESTAI", dari kata "Teleo = mencapai tujuan akhir" atau tepatnya: "Sudahlah genap", ya...karya Tuhan sempurna adanya; Tuhan Yesus sudah menyelesaikannya. Karya penyelamatanNya atas manusia berdosa itu telah mencapai tujuan akhir dan sempurna adanya. Karena itu, saudara dan saya adalah orang-orang yang sudah diampuni, dan inilah "Kebahagiaan Sejati". Untuk hal ini saya sangat bangga dan mudah-mudahan juga menjadi kebanggaan saudara. Dan inilah doa Tuhan Yesus buat saudara dan saya: "Aku telah menjaga mereka dan tidak seorang pun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah ditentukan untuk binasa...Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat...kuduskanlah mereka dalam kebenaran; FirmanMu adalah kebenaran...Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna...Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku...(Yoh. 17:12, 15, 23, 24)".

Karena itu, marilah kita meletakkan keyakinan kita bahwa kita adalah orang-orang yang sudah dimenangkan oleh Tuhan. Selamat menikmati dan memaknai Masa-masa Pra-Paskah. Tuhan Yesus memberkati.

(Khotbah ini disampaikan dalam Ibadah Raya Jemaat jam 07.00 di Gereja Toraja Jemaat Masale tgl. 5 Maret 2017. Semoga menjadi bahan referensi buat semua orang yang membacanya).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love