Laman

Thursday, March 9, 2017

Raja Yang Dibarter Sang Penjahat

Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-8 Masa Pra-Paskah
Bacaan : Matius 27:19-22
(Masale, 9 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)


Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Semoga hari ini,  Damai Sang Kristus Raja melingkupi hidup anda, sehingga hari ini saudara menyambut pagi dengan senyum dan bergembira untuk berbagi canda dengan semua orang yang diperjumpakan Tuhan dalam hidup anda sepanjang hari ini.

Saudaraku...
Saya mengajak anda untuk membuka mata dan melihat situasi kehidupan di sekitar anda. Tidakkah tampak dengan jelas bahkan sudah menjadi tontonan harian, bagaimana orang-orang jujur dan orang-orang benar diperlakukan dengan tidak adil. Begitu banyak musuh yang menghendaki kematian orang-orang yang berkata benar karena dianggap merecoki atau mengganggu kebebasan dan kenyamanan orang lain. Justru mereka lebih mudah menerima dan berpihak kepada orang-orang yang berlaku curang dengan fitnah mereka yang sangat keji dalam bungkusan agama atau aqidah, lalu menuding orang benar sebagai kaum PENISTA yang harus disingkirkan. Lembaga Peradilan dan Hukum pun tidak berdaya karena sudah berada di pihak yang berkepentingan dan kebenaran pun bergantung pada suara mayoritas (Majority Rule).

Ya...
Nurani Hukum dibungkam karena nafsu kekuasaan dan kebenaran pun membisu karena takluk di bawah desakan massa. Dan pada posisi ini, Hakim tidak lagi berfungsi sebagai Hakim; tetapi semua orang menjadi hakim sehingga "yang benar dipersalahkan dan yang salah dibenarkan". Tepat apa yang diungkapkan Publilius Syrus: "Ubi iudicat qui accusat, vis, lex, valet = di mana orang yang menuduh juga menjadi hakim, pemenangnya bukanlah hukum, tetapi kekuasaan".

Saudaraku...
Fakta pengadilan "Yesus, Sang Raja, adalah realita kehidupan keseharian kita". Terlalu sering kita membungkam nurani demi memposisikan diri pada pihak yang benar padahal diri kita berada pada pihak yang salah. Kebenaran terkadang dibengkokkan hanya demi mempertahankan Status Quo, sehingga begitu mudahnya kita menghakimi orang dan sangat sulit bahkan kita tidak siap memposisikan diri sendiri pada pihak yang dihakimi. Inilah fakta dari kecenderungan setiap kita: "mudah mengoreksi orang namun sangat sulit untuk dikoreksi orang".

Jika demikian adanya, tak ada pilihan lain: "Kebenaran kita tolak dan kejahatan yang kita sambut; Yesus (Sang Raja Kebenaran) harus dibarter dengan Barabas (Gembong Kejahatan)". Kita lebih senang memilih hidup dalam kegelapan, -(agar borok kita tak terlihat)-, dibandingkan hidup dalam terang, -(di mana kebejatan diri tampak jelas di mata orang lain)-, dan akhirnya dosa dianggap hal biasa.

Saudaraku...
Saya hanya mau jujur mengatakan kepada anda bahwa dalam diri kita, ada dua tokoh yang menentukan endingnya kehidupan: Yesus atau Barabas.

Jika nurani yang menyuarakan kebenaran lebih dominan menguasai hidup anda, maka tidak ada pilihan lain; hanya YESUS.

Tetapi jika nafsu akan kekuasaan dan dorongan untuk mempertahankan status quo yang lebih dominan menguasai hidup anda, maka tidak ada pilihan lain; hanya BARABAS.

Saya tidak tahu, apakah anda ada pada posisi Isteri Pontius Pilatus, ataukah anda ada pada posisi Pontius Pilatus yang cuci tangan dari persoalan, ataukah ada pada posisi para Imam dan orang banyak yang siap menanggung resiko atas darah Yesus yang tertumpah.

Tapi ingat:
"hidup di dunia ini hanya sekali dan akan berakhir; tetapi yang tahu bagaimana endingnya hidup anda, hanya anda sendiri". Tinggal pilih ending kehidupan: mau SORGA atau mau NERAKA.

Selamat beraktivitas.
Tuhan Yesus memberkati.

(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love