Sebuah Refleksi Pribadi.
Hari Ke-3 Masa Pra-Paskah.
Bacaan : Yohanes 13 : 12 - 17.
(Masale, 3 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima).
Selamat pagi dan Shalom.
Inilah harapan dan doaku: semoga hidup anda terus diberkati dan hidup yang diberkati itu terus dimaknai dalam iman kepada Kristus yang menderita, mati dan yang bangkit; agar anda pun menjadi berkat bagi sesama.
Saudaraku...
Setiap orang punya kecenderungan untuk dilayani, bukan untuk melayani; menjadi tuan, bukan menjadi hamba. Posisi melayani atau menjadi hamba itu sangat rendah nilainya di mata dunia, sebab ia harus mengorbankan kesenangannya bahkan harga dirinya demi menyenangkan atau mempertahankan nama baik atau harga diri dari orang yang dilayaninya. Dan masih begitu segar dalam ingatan kita, bagaimana kegaduhan terjadi ketika seorang public figur mengeluarkan statement bahwa TKI telah menjual harga diri dan martabat bangsa ini hanya untuk menjadi BABU di negeri orang. Tidakkah hal ini sudah menjadi bukti yang sangat valid bahwa menjadi pelayan atau hamba adalah sesuatu yang sangat hina di mata dunia.
Saudaraku...
Ternyata Allah mempunyai sudut pandang yang berbeda. Apa yang hina bagi dunia, itulah yang Allah pilih untuk mendemonstrasikan kasih dan kekuasaanNya. Ketika tidak satu pun dari murid-muridNya menyatakan kesediaan untuk menjadi hamba bagi yang lain; maka Tuhan Yesus "menanggalkan jubahNya dan mengikat kain lenan pada pinggangNya dan membasuh kaki mereka (Yoh. 13:4-5)".
Jubah adalah simbol "Kebesaran dan Kemuliaan".
Kain Lenan adalah simbol "Kerelaan Melayani"
Sedang Membasuh adalah tindakan untuk "Merendahkan Diri".
Coba anda renungkan:
Apa nikmatnya membasuh kaki seseorang yang statusnya lebih rendah dari pada anda?.
Tidak ada, bukan?.
Dan sungguh tindakan bodoh ketika kursi anda ditempati sang pelayan lalu anda sendiri ada di bawah tumpuan kakinya?.
Sangat bodoh, bukan?.
Apakah mungkin anda dapat bersujud di hadapan seseorang yang anda pekerjakan sebagai pelayan di rumah anda, dan anda memperlakukan dirinya seperti seorang raja, sedang anda sendiri menjadi pelayannya?.
Tidak mungkin, bukan?.
Saya sendiri yakin bahwa anda tidak akan pernah menerima seorang pelayan di rumah anda yang tidak siap melakukan tugas yang anda berikan kepadanya. Tentu anda berkata: untuk apa saya mempekerjakan seorang yang tidak dapat bekerja.
Saudaraku...
Di Hari Ke-3 Masa Pra-Paskah ini, saya mengajak anda untuk melakukan perenungan diri atas pilihan Allah yang bertolak-belakang dengan kebiasaan yang ada. Allah yang seharusnya diposisikan sebagai RAJA , justru meninggalkan posisi itu dan menempatkan anda sebagai raja pada tempatNya, lalu Allah berada di bawah tumpuan kaki anda untuk membasuh kaki anda. Dia yang seharusnya dilayani, justru melayani; Ia mengorbankan martabatNya agar anda yang hina dijadikan manusia yang bermartabat; mengorbankan kesenanganNya, agar anda mengalami sukacita dalam hidup.
Jika Tuhan sedemikian rupa memperlakukan anda seperti itu, maka sepatutnya anda pun melakukan hal yang sama tanpa memperhitungkan untung atau rugi.
Karena itu, camkan kata-kata Tuhan Yesus:
"Aku telah memberi suatu teladan kepada kamu, supaya kamu berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu...berbahagialah kamu jika kamu melakukannya".
Selamat beraktivitas.
Selamat mempraktekkan kerendahan hati untuk melayani.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Cat: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
Hari Ke-3 Masa Pra-Paskah.
Bacaan : Yohanes 13 : 12 - 17.
(Masale, 3 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima).
Selamat pagi dan Shalom.
Inilah harapan dan doaku: semoga hidup anda terus diberkati dan hidup yang diberkati itu terus dimaknai dalam iman kepada Kristus yang menderita, mati dan yang bangkit; agar anda pun menjadi berkat bagi sesama.
Saudaraku...
Setiap orang punya kecenderungan untuk dilayani, bukan untuk melayani; menjadi tuan, bukan menjadi hamba. Posisi melayani atau menjadi hamba itu sangat rendah nilainya di mata dunia, sebab ia harus mengorbankan kesenangannya bahkan harga dirinya demi menyenangkan atau mempertahankan nama baik atau harga diri dari orang yang dilayaninya. Dan masih begitu segar dalam ingatan kita, bagaimana kegaduhan terjadi ketika seorang public figur mengeluarkan statement bahwa TKI telah menjual harga diri dan martabat bangsa ini hanya untuk menjadi BABU di negeri orang. Tidakkah hal ini sudah menjadi bukti yang sangat valid bahwa menjadi pelayan atau hamba adalah sesuatu yang sangat hina di mata dunia.
Saudaraku...
Ternyata Allah mempunyai sudut pandang yang berbeda. Apa yang hina bagi dunia, itulah yang Allah pilih untuk mendemonstrasikan kasih dan kekuasaanNya. Ketika tidak satu pun dari murid-muridNya menyatakan kesediaan untuk menjadi hamba bagi yang lain; maka Tuhan Yesus "menanggalkan jubahNya dan mengikat kain lenan pada pinggangNya dan membasuh kaki mereka (Yoh. 13:4-5)".
Jubah adalah simbol "Kebesaran dan Kemuliaan".
Kain Lenan adalah simbol "Kerelaan Melayani"
Sedang Membasuh adalah tindakan untuk "Merendahkan Diri".
Coba anda renungkan:
Apa nikmatnya membasuh kaki seseorang yang statusnya lebih rendah dari pada anda?.
Tidak ada, bukan?.
Dan sungguh tindakan bodoh ketika kursi anda ditempati sang pelayan lalu anda sendiri ada di bawah tumpuan kakinya?.
Sangat bodoh, bukan?.
Apakah mungkin anda dapat bersujud di hadapan seseorang yang anda pekerjakan sebagai pelayan di rumah anda, dan anda memperlakukan dirinya seperti seorang raja, sedang anda sendiri menjadi pelayannya?.
Tidak mungkin, bukan?.
Saya sendiri yakin bahwa anda tidak akan pernah menerima seorang pelayan di rumah anda yang tidak siap melakukan tugas yang anda berikan kepadanya. Tentu anda berkata: untuk apa saya mempekerjakan seorang yang tidak dapat bekerja.
Saudaraku...
Di Hari Ke-3 Masa Pra-Paskah ini, saya mengajak anda untuk melakukan perenungan diri atas pilihan Allah yang bertolak-belakang dengan kebiasaan yang ada. Allah yang seharusnya diposisikan sebagai RAJA , justru meninggalkan posisi itu dan menempatkan anda sebagai raja pada tempatNya, lalu Allah berada di bawah tumpuan kaki anda untuk membasuh kaki anda. Dia yang seharusnya dilayani, justru melayani; Ia mengorbankan martabatNya agar anda yang hina dijadikan manusia yang bermartabat; mengorbankan kesenanganNya, agar anda mengalami sukacita dalam hidup.
Jika Tuhan sedemikian rupa memperlakukan anda seperti itu, maka sepatutnya anda pun melakukan hal yang sama tanpa memperhitungkan untung atau rugi.
Karena itu, camkan kata-kata Tuhan Yesus:
"Aku telah memberi suatu teladan kepada kamu, supaya kamu berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu...berbahagialah kamu jika kamu melakukannya".
Selamat beraktivitas.
Selamat mempraktekkan kerendahan hati untuk melayani.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Cat: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment