Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-10 Masa Pra-Paskah
Bacaan : Lukas 19:41-44
(Masale, 11 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagimu.
Semoga berkatNya terus dinyatakan dalam kehidupan anda; berkat Shabbat untuk kekuatan, berkat Shabbat untuk berbagi kasih dan sukacita, berkat Shabbat untuk hikmat yang benar dalam mengelolah dan menjalani hidup, dan berkat Shabbat untuk kebersamaan penuh canda dengan keluarga.
Saudaraku...
Pernah saya diledek oleh teman;
Koq Yesusmu itu cengeng ya...katanya Tuhan dan Raja...lo koq nangis?.
Saudaraku...
Setiap kita pastilah mengalami puncak emosi sehingga tanpa sadar hal tersebut membuat kita marah atau pun menangis. Sebagai Allah yang ber-INKARNASI dalam kemanusiaan; MARAH dan MENANGIS ternyata juga dialami oleh Yesus.
Dalam Alkitab dicatat dua kali Yesus Sang Raja Agung itu menangis.
Yang pertama terjadi pada peristiwa meninggalnya Lazarus sahabatNya itu (Yoh. 11:35).
Dan peristiwa yang kedua berlangsung saat Tuhan Yesus memasuki Yerusalem, diiringi gegap gempita sorak-sorai, bagaikan seorang raja yang baru saja kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan besar bagi rakyatnya (Luk. 19:41).
Saudaraku...
Tentu anda bertanya dalam hati:
"Ada apa sehingga Yesus Sang Raja Agung itu MENANGIS?".
Ketika peristiwa Lazarus, Yesus Sang Raja Agung itu menangis bukan karena Lazarus yang sangat dikasihi itu meninggal. Dicatat bahwa ketika Yesus melihat Maria dan juga orang banyak itu menangis, Masygullah hatiNya (Yoh. 11:33). Jadi yang ditangisi oleh Yesus adalah Kondisi Iman Martha, Maria dan orang banyak; iman mereka goncang karena kematian Lazarus. Iman Yang Goncang menghasilkan kekecewaan: "seandainya Engkau ada di sini...ya, -(pada saat Lazarus sekarat)-, maka pastilah ia tidak mati (Yoh. 11:32)".
Iman Yang Goncang menghasilkan Prasangka Buruk terhadap Allah; "mengapa Allah menbuat kami seperti ini? Apa salah kami? Tidakkah kami sudah melayani Tuhan, tetapi mengapa Tuhan tidak menaruh peduli di saat kami berseru dari dalam pergumulan dan kesesakan?".
Puncak dari rasa kecewa adalah "Sungut-sungut", dan hal ini sangat menyedihkan hati Tuhan. Setiap kali kita kecewa, sedih dan pada akhirnya bersungut-sungut; saat itulah kita membuat Yesus Sang Raja Agung itu MENANGIS.
Saudaraku...
Pada saat Yesus Sang Raja Agung itu sudah dekat ke Yerusalem, Ia MENANGIS; karena pandanganNya menembus apa yang ada dan yang terjadi di dalam Bait Allah. Ya...Yesus Sang Raja Agung itu melihat jauh ke dalam hati kita. Ternyata PENYEMBAHAN yang selama ini kita lakukan hanya sebatas RITUALISME yang menghasilkan buah KESOMBONGAN; sedang Kelakuan, Pikiran dan Kata-kata kita tidak berpadanan dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Ketika kita datang berbakti, hal itu hanya sebatas berbakti; tetapi kehidupan keseharian penuh dengan intrik-intrik yang menistakan Firman Tuhan. Kita berseru: Tuhan...Tuhan..., tetapi hati kita masih menyimpan amarah dan dendam terhadap sesama.
"Yesus Sang Raja Agung itu MENANGIS, karena Ia tidak rela hidup kita binasa oleh tingkah langkah yang jahat".
Karena itu, saudaraku...pertanyaannya sekarang:
Haruskah Yesus Sang Raja Agung itu menangis lagi karena melihat hati kita yang masih ragu dan bimbang pada kuasa kasihNya?.
Haruskah Yesus Sang Raja Yang Agusng itu menangis lagi karena melihat hati kita yang penuh dengan amarah dan dendam sekalipun kita berusaha membalutnya dalam bungkusan agama?.
Haruskah Yesus Sang Raja Agung itu menangis lagi ketika kita tidak mengerti untuk apa kita beribadah, berdoa dan membaca firmanNya?.
Selamat menjawab sendiri.
Selamat beraktivitas.
Selamat mempersiapkan diri menyambut Minggu Pra Paskah II.
Tuhan Yesus memberkati.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
Hari Ke-10 Masa Pra-Paskah
Bacaan : Lukas 19:41-44
(Masale, 11 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagimu.
Semoga berkatNya terus dinyatakan dalam kehidupan anda; berkat Shabbat untuk kekuatan, berkat Shabbat untuk berbagi kasih dan sukacita, berkat Shabbat untuk hikmat yang benar dalam mengelolah dan menjalani hidup, dan berkat Shabbat untuk kebersamaan penuh canda dengan keluarga.
Saudaraku...
Pernah saya diledek oleh teman;
Koq Yesusmu itu cengeng ya...katanya Tuhan dan Raja...lo koq nangis?.
Saudaraku...
Setiap kita pastilah mengalami puncak emosi sehingga tanpa sadar hal tersebut membuat kita marah atau pun menangis. Sebagai Allah yang ber-INKARNASI dalam kemanusiaan; MARAH dan MENANGIS ternyata juga dialami oleh Yesus.
Dalam Alkitab dicatat dua kali Yesus Sang Raja Agung itu menangis.
Yang pertama terjadi pada peristiwa meninggalnya Lazarus sahabatNya itu (Yoh. 11:35).
Dan peristiwa yang kedua berlangsung saat Tuhan Yesus memasuki Yerusalem, diiringi gegap gempita sorak-sorai, bagaikan seorang raja yang baru saja kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan besar bagi rakyatnya (Luk. 19:41).
Saudaraku...
Tentu anda bertanya dalam hati:
"Ada apa sehingga Yesus Sang Raja Agung itu MENANGIS?".
Ketika peristiwa Lazarus, Yesus Sang Raja Agung itu menangis bukan karena Lazarus yang sangat dikasihi itu meninggal. Dicatat bahwa ketika Yesus melihat Maria dan juga orang banyak itu menangis, Masygullah hatiNya (Yoh. 11:33). Jadi yang ditangisi oleh Yesus adalah Kondisi Iman Martha, Maria dan orang banyak; iman mereka goncang karena kematian Lazarus. Iman Yang Goncang menghasilkan kekecewaan: "seandainya Engkau ada di sini...ya, -(pada saat Lazarus sekarat)-, maka pastilah ia tidak mati (Yoh. 11:32)".
Iman Yang Goncang menghasilkan Prasangka Buruk terhadap Allah; "mengapa Allah menbuat kami seperti ini? Apa salah kami? Tidakkah kami sudah melayani Tuhan, tetapi mengapa Tuhan tidak menaruh peduli di saat kami berseru dari dalam pergumulan dan kesesakan?".
Puncak dari rasa kecewa adalah "Sungut-sungut", dan hal ini sangat menyedihkan hati Tuhan. Setiap kali kita kecewa, sedih dan pada akhirnya bersungut-sungut; saat itulah kita membuat Yesus Sang Raja Agung itu MENANGIS.
Saudaraku...
Pada saat Yesus Sang Raja Agung itu sudah dekat ke Yerusalem, Ia MENANGIS; karena pandanganNya menembus apa yang ada dan yang terjadi di dalam Bait Allah. Ya...Yesus Sang Raja Agung itu melihat jauh ke dalam hati kita. Ternyata PENYEMBAHAN yang selama ini kita lakukan hanya sebatas RITUALISME yang menghasilkan buah KESOMBONGAN; sedang Kelakuan, Pikiran dan Kata-kata kita tidak berpadanan dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Ketika kita datang berbakti, hal itu hanya sebatas berbakti; tetapi kehidupan keseharian penuh dengan intrik-intrik yang menistakan Firman Tuhan. Kita berseru: Tuhan...Tuhan..., tetapi hati kita masih menyimpan amarah dan dendam terhadap sesama.
"Yesus Sang Raja Agung itu MENANGIS, karena Ia tidak rela hidup kita binasa oleh tingkah langkah yang jahat".
Karena itu, saudaraku...pertanyaannya sekarang:
Haruskah Yesus Sang Raja Agung itu menangis lagi karena melihat hati kita yang masih ragu dan bimbang pada kuasa kasihNya?.
Haruskah Yesus Sang Raja Yang Agusng itu menangis lagi karena melihat hati kita yang penuh dengan amarah dan dendam sekalipun kita berusaha membalutnya dalam bungkusan agama?.
Haruskah Yesus Sang Raja Agung itu menangis lagi ketika kita tidak mengerti untuk apa kita beribadah, berdoa dan membaca firmanNya?.
Selamat menjawab sendiri.
Selamat beraktivitas.
Selamat mempersiapkan diri menyambut Minggu Pra Paskah II.
Tuhan Yesus memberkati.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment