Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-11 Masa Pra-Paskah
Bacaan : Matius 26:59-61
(Masale, 13 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Semoga hari ini anda tetap fresh dan dalam iman anda terus melangkah meraih asa. Yang pasti bagi saya secara pribadi; bahwa harapan setiap orang yang percaya kepada Yesus Sang Raja Agung itu tidak akan sia-sia.
Saudaraku...
Ini pengalaman saya yang mendorong saya untuk menuliskan refleksi di hari ke-11 masa Pra Paskah. Setelah saya selesai melaksanakan pelayanan pemberitaan firman dalam Ibadah Raya Jemaat Minggu Pra Paskah II di Gereja Toraja Jemaat Bawakaraeng (Jam Ibadah 16.30), saya sempat menyaksikan wawancara dengan Prof. DR. Ahmad Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan panggilan Buya Syafii Maarif, yang ditayangkan di televisi. Ada kritik yang begitu keras dari beliau tentang kecenderungan sekelompok orang yang mempergunakan isu agama sebagai alat propaganda dalam mencuci otak banyak orang. Sekelompok orang ini mempergunakan isu agama untuk mewujudkan nafsunya pada kekuasaan, dan hal ini menjadi ancaman bagi penegakan hukum, keadilan dan kebenaran di Indonesia. Jalannya Persidangan Kasus Penistaan Agama telah menghadirkan sejumlah saksi, dan sungguh menjadi sebuah panggung tontonan yang diwarnai intrik-intrik kepentingan kelompok tertentu demi nafsu kekuasaan. Siapa pun orang yang masih berpikiran normal dan nurani mereka belum terkontaminasi dengan "Virus Kepentingan" akan mengatakan bahwa "ini adalah dagelan politik yang dibungkus atau dikemas dalam bingkai agama". Dan bagi mereka yang telah terkontaminasi dengan "Virus Kepentingan", akal sehat mereka telah hilang dan dan saraf malu mereka telah putus.
Saudaraku...
Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa dunia ini telah dipenuhi dengan "orang-orang aneh". Ya...,-(menurut Pdt. Eka Darmaputera)-, dunia ini telah dipenuhi dengan orang-orang yang suka dibodohi dan membodohi dirinya sendiri oleh karena iming-iming hampa, ketimbang percaya pada realitas sebenarnya. Dunia di mana kita hidup dan berada, sungguh-sungguh menjadi panggung kejahatan, di mana setiap orang punya kecenderungan untuk memutar-balikkan fakta karena dorongan "kepentingan dan nafsu kekuasaan". Dan dalam konteks dunia seperti ini; yang Benar belum tentu Benar dan yang Salah belum tentu Salah. Benar atau Salah tidak membutuhkan pembuktian berdasarkan realitas/fakta, tetapi bergantung pada istilah "Wani Piro". Dan fakta ini menampilkan wajah peradilan yang sesungguhnya di negeri kita, di mana Hukum, Kebenaran dan Keadilan dikendalikan oleh Kepentingan pada Kekuasaan, sehingga semua hal dipolitisasi (termasuk isu Agama) untuk menuntaskan "nafsu birahi kekuasaan".
Tentu kondisi dunia seperti ini sangat LANGKA untuk kita bertemu dengan "Orang Jujur". Kalau pun itu ada, maka kehadirannya tidak diharapkan. Orang Jujur akan menghadapi banyak lawan, sama seperti nabi Elia menghadapi 450 nabi Baal (1 Raja-raja 18:22), atau sama seperti nabi Yeremia berhadapan dengan Hanaya yang mengklaim diri sebagai nabi dan yang mendapat dukungan Imam-Imam (Yer. 28:1), atau pun sama seperti Yesus yang dihadapkan ke Wali Negeri dengan tuduhan Penistaan Agama oleh para Imam yang sudah mencuci-otak massa (Mark. 15:11) sehingga mereka menghendaki pembebasan Barabas dan menuntut Yesus dengan berteriak: "Salibkan Dia (Mark. 15:13)". Orang Jujur susah mendapat tempat di hati manusia yang hatinya cenderung pada kejahatan; Orang Jujur harus disingkirkan, dan jika Orang Jujur tetap ngotot, maka ia akan dikeroyok lalu dihancurkan.
Saudaraku...
Pengadilan terhadap Yesus Sang Raja Agung itu adalah sebuah cermin dari kehidupan kita yang sesungguhnya. Kita sangat sulit bahkan tidak suka untuk hidup dalam kebenaran. Kita tahu apa itu BENAR & SALAH, serta tahu membedakan mana yang disebut KEBAJIKAN dan mana yang disebut KEJAHATAN; tetapi dalam kenyataannya, kita cenderung melakukan yang SALAH dan sulit untuk berbagi bersama orang lain tentang hal-hal yang berhubungan dengan KEBAJIKAN.
Saya sungguh melihat hal-hal ini di dalam keseharian:
Kita sangat responsif terhadap kesalahan yang dilakukan orang lain, bahkan cenderung untuk membesar-besarkan kesalahan itu; tetapi sangat disayangkan bahwa kita cenderung berusaha dengan menghalalkan banyak cara untuk menutupi kesalahan diri sendiri. Dan anehnya, siapa pun yang berani mengungkit kesalahan kita, maka yang bersangkutan kita cap sebagai MUSUH sehingga orang tersebut harus disingkirkan dari kehidupan kita.
Kita sangat sulit untuk memposisikan diri sebagai SAKSI FAKTA atau SAKSI KEBENARAN, namun begitu mudahnya kita menjual harga diri kita dengan menjadi saksi dusta, memutar-balikkan fakta ketika mendapat iming-iming: "Harta, Kedudukan atau Pangkat serta Pujian".
Kita sangat sulit menerima alasan orang lain ketika orang tersebut kita butuhkan kehadirannya namun mefreka tidak hadir pada saat yang tepat; tetapi kita begitu mudahnya membuat banyak alasan ketika kita mengingkari janji dengan orang lain.
Saudaraku...
Yesus dalam hal apa pun tetap BENAR sehingga Sang Wali Negeri tidak menemukan sedikit pun kesalahan yang dapat membuat Dia dijatuhi hukuman.
Mengapa?.
Karena Dia adalah KEBENARAN, sehingga di hadapanNya, segala niat jahat yang tertutup rapi dalam hati kita, tampak jelas dan semuanya terbongkar.
Tinggal persoalannya:
"Apakah anda dan saya mau bersaksi pada diri sendiri dan mengakui dengan jujur bahwa AKU INI MANUSIA DOSA, ataukah kita berusaha membenarkan diri dengan 1001 macam alasan bahwa kita ini ORANG TIDAK BERDOSA. Apa pun alasan pembenaran diri akan membuat kita memposisikan Yesus sebagai PELAKU KEJAHATAN".
Ingat dan camkanlah akan hal ini:
"Yesus hanya sekali dikorbankan dan itu TETELESTAI (sudah selesai); kelak Ia kembali untuk memisahkan DOMBA dari KAMBING dan saat itu anda dan saya tidak dapat lagi membuat-buat alasan untuk pembenaran diri, karena semua kejahatan yang terselubung akan dibongkar dan disingkapkan".
Selamat beraktivitas.
Selamat menjadi Saksi Kebenaran.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
Hari Ke-11 Masa Pra-Paskah
Bacaan : Matius 26:59-61
(Masale, 13 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Semoga hari ini anda tetap fresh dan dalam iman anda terus melangkah meraih asa. Yang pasti bagi saya secara pribadi; bahwa harapan setiap orang yang percaya kepada Yesus Sang Raja Agung itu tidak akan sia-sia.
Saudaraku...
Ini pengalaman saya yang mendorong saya untuk menuliskan refleksi di hari ke-11 masa Pra Paskah. Setelah saya selesai melaksanakan pelayanan pemberitaan firman dalam Ibadah Raya Jemaat Minggu Pra Paskah II di Gereja Toraja Jemaat Bawakaraeng (Jam Ibadah 16.30), saya sempat menyaksikan wawancara dengan Prof. DR. Ahmad Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan panggilan Buya Syafii Maarif, yang ditayangkan di televisi. Ada kritik yang begitu keras dari beliau tentang kecenderungan sekelompok orang yang mempergunakan isu agama sebagai alat propaganda dalam mencuci otak banyak orang. Sekelompok orang ini mempergunakan isu agama untuk mewujudkan nafsunya pada kekuasaan, dan hal ini menjadi ancaman bagi penegakan hukum, keadilan dan kebenaran di Indonesia. Jalannya Persidangan Kasus Penistaan Agama telah menghadirkan sejumlah saksi, dan sungguh menjadi sebuah panggung tontonan yang diwarnai intrik-intrik kepentingan kelompok tertentu demi nafsu kekuasaan. Siapa pun orang yang masih berpikiran normal dan nurani mereka belum terkontaminasi dengan "Virus Kepentingan" akan mengatakan bahwa "ini adalah dagelan politik yang dibungkus atau dikemas dalam bingkai agama". Dan bagi mereka yang telah terkontaminasi dengan "Virus Kepentingan", akal sehat mereka telah hilang dan dan saraf malu mereka telah putus.
Saudaraku...
Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa dunia ini telah dipenuhi dengan "orang-orang aneh". Ya...,-(menurut Pdt. Eka Darmaputera)-, dunia ini telah dipenuhi dengan orang-orang yang suka dibodohi dan membodohi dirinya sendiri oleh karena iming-iming hampa, ketimbang percaya pada realitas sebenarnya. Dunia di mana kita hidup dan berada, sungguh-sungguh menjadi panggung kejahatan, di mana setiap orang punya kecenderungan untuk memutar-balikkan fakta karena dorongan "kepentingan dan nafsu kekuasaan". Dan dalam konteks dunia seperti ini; yang Benar belum tentu Benar dan yang Salah belum tentu Salah. Benar atau Salah tidak membutuhkan pembuktian berdasarkan realitas/fakta, tetapi bergantung pada istilah "Wani Piro". Dan fakta ini menampilkan wajah peradilan yang sesungguhnya di negeri kita, di mana Hukum, Kebenaran dan Keadilan dikendalikan oleh Kepentingan pada Kekuasaan, sehingga semua hal dipolitisasi (termasuk isu Agama) untuk menuntaskan "nafsu birahi kekuasaan".
Tentu kondisi dunia seperti ini sangat LANGKA untuk kita bertemu dengan "Orang Jujur". Kalau pun itu ada, maka kehadirannya tidak diharapkan. Orang Jujur akan menghadapi banyak lawan, sama seperti nabi Elia menghadapi 450 nabi Baal (1 Raja-raja 18:22), atau sama seperti nabi Yeremia berhadapan dengan Hanaya yang mengklaim diri sebagai nabi dan yang mendapat dukungan Imam-Imam (Yer. 28:1), atau pun sama seperti Yesus yang dihadapkan ke Wali Negeri dengan tuduhan Penistaan Agama oleh para Imam yang sudah mencuci-otak massa (Mark. 15:11) sehingga mereka menghendaki pembebasan Barabas dan menuntut Yesus dengan berteriak: "Salibkan Dia (Mark. 15:13)". Orang Jujur susah mendapat tempat di hati manusia yang hatinya cenderung pada kejahatan; Orang Jujur harus disingkirkan, dan jika Orang Jujur tetap ngotot, maka ia akan dikeroyok lalu dihancurkan.
Saudaraku...
Pengadilan terhadap Yesus Sang Raja Agung itu adalah sebuah cermin dari kehidupan kita yang sesungguhnya. Kita sangat sulit bahkan tidak suka untuk hidup dalam kebenaran. Kita tahu apa itu BENAR & SALAH, serta tahu membedakan mana yang disebut KEBAJIKAN dan mana yang disebut KEJAHATAN; tetapi dalam kenyataannya, kita cenderung melakukan yang SALAH dan sulit untuk berbagi bersama orang lain tentang hal-hal yang berhubungan dengan KEBAJIKAN.
Saya sungguh melihat hal-hal ini di dalam keseharian:
Kita sangat responsif terhadap kesalahan yang dilakukan orang lain, bahkan cenderung untuk membesar-besarkan kesalahan itu; tetapi sangat disayangkan bahwa kita cenderung berusaha dengan menghalalkan banyak cara untuk menutupi kesalahan diri sendiri. Dan anehnya, siapa pun yang berani mengungkit kesalahan kita, maka yang bersangkutan kita cap sebagai MUSUH sehingga orang tersebut harus disingkirkan dari kehidupan kita.
Kita sangat sulit untuk memposisikan diri sebagai SAKSI FAKTA atau SAKSI KEBENARAN, namun begitu mudahnya kita menjual harga diri kita dengan menjadi saksi dusta, memutar-balikkan fakta ketika mendapat iming-iming: "Harta, Kedudukan atau Pangkat serta Pujian".
Kita sangat sulit menerima alasan orang lain ketika orang tersebut kita butuhkan kehadirannya namun mefreka tidak hadir pada saat yang tepat; tetapi kita begitu mudahnya membuat banyak alasan ketika kita mengingkari janji dengan orang lain.
Saudaraku...
Yesus dalam hal apa pun tetap BENAR sehingga Sang Wali Negeri tidak menemukan sedikit pun kesalahan yang dapat membuat Dia dijatuhi hukuman.
Mengapa?.
Karena Dia adalah KEBENARAN, sehingga di hadapanNya, segala niat jahat yang tertutup rapi dalam hati kita, tampak jelas dan semuanya terbongkar.
Tinggal persoalannya:
"Apakah anda dan saya mau bersaksi pada diri sendiri dan mengakui dengan jujur bahwa AKU INI MANUSIA DOSA, ataukah kita berusaha membenarkan diri dengan 1001 macam alasan bahwa kita ini ORANG TIDAK BERDOSA. Apa pun alasan pembenaran diri akan membuat kita memposisikan Yesus sebagai PELAKU KEJAHATAN".
Ingat dan camkanlah akan hal ini:
"Yesus hanya sekali dikorbankan dan itu TETELESTAI (sudah selesai); kelak Ia kembali untuk memisahkan DOMBA dari KAMBING dan saat itu anda dan saya tidak dapat lagi membuat-buat alasan untuk pembenaran diri, karena semua kejahatan yang terselubung akan dibongkar dan disingkapkan".
Selamat beraktivitas.
Selamat menjadi Saksi Kebenaran.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment