
Hari Ke-25 Masa Pra Paskah
Bacaan : Matius 27:24
(Masale, 29 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Semoga damai sejahtera Kristus, Yesus Sang Raja Agung akan melingkupi kehidupanmu pada hari ini.
Saudaraku
Keraguan adalah sesuatu yang pernah kita alami.
Ketika kita hendak ke pesta, kita mulai bertanya dalam hati: "kira-kira pakaian apa yang harus saya kenakan dan yang pas dengan pesta ini?".
Ketika kita diperhadapkan pada dua pilihan yang tidak kita harapkan, kita bertanya dalam hati: "mana yang harus saya pilih, ini atau itu, atau apakah saya harus menolak kedua-duanya?".
Ketika kita baru bangun dari tidur, sesungguhnya kita sudah diperhadapkan dengan berbagai pilihan: "apakah ini yang harus saya lakukan terlebih dahulu atau itu; apakah saya harus langsung mandi ataukah duduk-duduk ngopi sambil baca koran, dan lain sebagainya?".
Kadang kala keraguan mendatangkan konsekwensi yang signifikan, tetapi kadangkala juga tidak. Tetapi jika pilihan yang membuat kita ragu itu mengandung konsekwensi yang sangat signifikan, maka kita seperti diperhadapkan pada Buah SIMALAKAMA; dimakan maka ibu mati, tidak dimakan maka ayah yang mati.
Saudaraku...
ketika anda dipenuhi keraguan, anda mencoba untuk hidup di dalam dua dunia; pada satu sisi anda ingin mempertahankan reputasi anda namun anda harus menghadapi perlawanan dari orang lain, dan pada sisi yang lain, anda ingin menyenangkan orang lain namun anda harus mengorbankan harga diri anda sendiri. Itulah yang sedang dihadapi oleh Pontius Pilatus. Namun Pilatus menjatuhkan pilihannya yakni menyenangkan hati orang banyak lalu menentang hati nuraninya. Dalam Matius 27:24, kita menyaksikan bagaimana kebimbangan Pilatus justru mendatangkan konsekwensi yang paling fatal. Dia ingin orang lain senang dengan keputusannya. Dia ingin semua orang rukun-rukun saja. Tetapi akibatnya ia menjadi enggan untuk memutuskan apa yang benar-benar tepat.
Pilatus sebenarnya tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Pada kenyataannya bukan Yesus Sang Raja Agung yang sedang berdiri di hadapan Pilatus, tetapi sebaliknya, Pilatuslah yang sedang berdiri di hadapan Yesus Sang Raja Agung. Pilatus sedang berada di Pengadilan Allah, dan ia memilih kesempatan emas untuk percaya, ya...kesempatan emas untuk percaya kepada Dia, Sang Juruselamat yang datang ke dunia untuk mati bagi seluruh umat manusia.
Pilatus sesungguhnya harus mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, ia harus menjawab sendiri pertanyaannya: "apa yang harus kuperbuat dengan Yesus?", jasngan melempar pertanyaan itu kepada orang lain yang hati nuraninya telah dipenuhi dendam kesumat.
Sungguh ia telah mendengarkan banyak suara di hari itu. Dia mendengar suara semua orang yang berseru: "salibkan Dia", padahal ia sendiri tahu bahwa orang banyak itu menyerahkan Yesus Sang Raja Agung untuk diadili dan dihukum mati hanya karena persoalan DENGKI (Mat. 27:18). Tetapi dia juga mendengar suara isterinya yang berkata: "jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu (Mat. 27:19)". Dan tentu saja Pilatus berusaha mendengar suara hati nuraninya sendiri yang dengan tegas dan jelas menyatakan dengan benar bahwa Yesus sebenarnya tidak bersalah. Dan dia pasti juga mendengar suara Yesus sendiri.
Tapi sayangnya, Pilatus memilih untuk mendengar suara yang salah. Sekali pun ia berusaha cuci tangan dari persoalan itu, namun batinkan akan teryus memberontak dan nuraninya akan mendakwah bahwa keputusannya itu SALAH. Menyerahkan Yesus Sang Raja Agung, -(mengorbankan orang benar)-, untuk dihukum mati lalu membebaskan Barabas, -(memberi grasi pada orang jahat)-, adalah keputusan yang sudah pasti akan disesali seumur hidup.
Saudaraku...
Masing-masing kita harus membuat keputusan dengan apa yang akan kita perbuat. Apakah kita memilih untuk mengikut Dia atau menuruti keinginan orang lain. Namun, seperti halnya Pilatus, begitu banyak orang yang membiarkan orang lain berpikir untuk mereka. Pilatus dan biasa jadi saudara dan saya, akan membiarkan orang lain membuat keputusan untuk diri kita sendiri, tanpa kita sadari bahwa kita harus membayar segala konsekwensinya.
Masing-masing kita diberi kebebasan untuk menentukan pilihan; apakah kita mau berada pada jalur yang benar sekali pun sangat sulit untuk kita jalani, ataukah kita mau mengikuti arus dunia yang cenderung pada kejahatan. Anda dan saya tidak dapat bertindak sepeti Pilatus; CUCI TANGAN dari setiap masalah, lalu mengklaim diri BENAR. Dan inilah yang anda harus mengerti, KEBENARAN akan terpancar dari diri anda dan saya ketika kita berani berkata "TIDAK", -(dalam arti menolak)-, untuk segala sesuatu yang mengarah kepada kejahatan.
Pilihan ada di tangan anda!.
Sekarang bergantung pada anda: apakah anda ingin menyenangkan manusia, atau ingin menyenangkan hati Tuhan.
Selamat beraktivitas.
Tuhan memberkati.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment