Laman

Tuesday, March 28, 2017

Sang Raja dan Simon Dari Kirene

Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-24 Masa Pra Paskah
Bacaan : Mat. 27:32, Mark. 15:21, Luk. 23:26
(Masale, 28 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)


Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Kasih karunia Allah kiranya menyertaimu dalam segala karya dan karsa. Tetaplah jadi berkat bagi yang lain.

Saudaraku...
Tiga penulis kitab Injil mencatat seorang tokoh FIGURAN dalam prosesi penyaliban Yesus Sang Raja Agung. Karena ia hanya seorang FIGURAN, sehingga tentang dia hanya disebutkan dalam satu ayat saja. Namun pun demikian, -(bagi saya)-, yang bersangkutan justru memainkan Peran Utama dalam Perjalanan Sejarah Penyelamatan Allah. Dari tokoh inilah, -(menurut saya; terserah penilaian anda)-, justru merupakan Garis Start Sejarah Gereja Mula-mula. Dia adalah Simon dari Kirene.

Siapakah sesungguhnya orang yang bernama Simon dari Kirene ini?.

Mengapa tiba-tiba ia muncul dalam kisah itu?.

Saudaraku...
Bagi sebagian orang bahkan umumnya orang pada waktu itu, Simon bukan siapa-siapa. Simon "hanyalah orang lain atau orang asing" yang tidak punya kepentingan apa-apa dalam proses peradilan Yesus Sang Raja Agung; ia hanya tiba-tiba muncul di tengah-tengah kerumunan massa yang lagi beringas dan bertindak kasar terhadap Yesus Sang Raja Agung yang sedang jatuh-bangun memanggul salibNya menuju Golguta. Kerumunan massa yang berdesak-desakan tidak membuat Simon sama atau menjadi bagian dari orang banyak itu. Simon tetap tampak di mata orang banyak bahwa dia "orang lain atau "orang asing", sehingga dia ditangkap dan dipaksa untuk mengambil-alih memanggul salib itu menuju Golguta.

Dan dalam peristiwa ini, saya mulai menyadari bahwa "jikalau hati seseorang atau sekelompok orang telah dikuasai oleh dendam kesumat, maka mereka kehilangan kesadaran akan kebenaran". Sebab di kalangan bangsa Israel berlaku hukum ini: "Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah Tuhan Allahmu (Imamat 19:33-34)".
Ya...ketika hati anda sudah diliputi rasa dengki, maka segala tindakan anda akan melanggar atau melangkahi kebenaran, termasuk anda melanggar apa yang sudah ditetapkan Tuhan. Karena itu, berhati-hatilah ketika hati anda sudah menaruh rasa iri, dendam dan dengki terhadap sesamamu. Bertindaklah bijaksana dan berusahalah untuk tenang; sebab jikalau tidak, maka anda akan sama seperti orang banyak itu telah memperlakukan Simon dari Kirene yang sama sekali tidak tahu-menahu dengan persoalan. Anda pun dapat mengorbankan orang lain karena sikap anda.

Saudaraku...
Sesungguhnya Simon mempunyai kekuatan hukum untuk banding. Ya...ia punya kekuatan untuk menolak paksaan memikul salib itu berdasarkan hukum yang berlaku di kalangan Israel. Tetapi ia tidak melakukannya. Ia rela diperlakukan tidak adil dalam peristiwa itu.

Hal ini membuat saya semakin penasaran untuk mengetahui siapa sesungguhnya tokoh yang hebat dan pemberani ini?.

Saya bersyukur bahwa ditengah minimnya fakta untuk mengungkapkan identitas Simon, ternyata penulis kitab Injil Markus (sebagai Injil yang tertua) memberikan keterangan tambahan, yakni menyebut nama dua orang anaknya, yakni Aleksander dan Rufus.

Keterangan ini sangat penting, karena kita tidak akan mungkin dapat mengenal seseorang dari nama anak-anaknya kecuali jikalau anak-anaknya itu adalah seorang tokoh yang punya pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat di mana sang penulis berada. Misalnya saja, kita tidak akan pernah tahu siapa itu bapak Noto Mihardjo dan ibu Sudjiatmi jikalau tidak disebutkan nama Jokowi. Dan siapa itu Jokowi tidak akan kita kenal seandainya dia hanyalah orang biasa. Tetapi karena dia adalah seorang yang berpengaruh dan dikenal luas maka kita akan berkata: "oh...itu toh". Ya...dengan menyebut nama anaknya Jokowi maka kita mengenal bahwa bapak Noto dan Ibu Sudjiatmi itu ternyata orang tua dari Presiden RI sekarang yakni Ir. Joko Widodo.

Jadi kedua nama inilah, Aleksander dan Rufus, yang menjadi titik terang untuk mengungkapkan siapa sesungguhnya Simon dari Kirene.

Saudaraku...
Saya sangat setuju dengan pandangan William Barclay tentang kerelaan Simon untuk mengambil-alih memanggul salib Yesus Sang Raja Agung. Dan kerelaannya itulah yang kemudian menentukan keadaan hidupnya sebagai seorang pengembara yang mencari kebenaran dan juga menentukan hidup keluarga dan anak-anaknya menjadi orang-orang yang sangat dihormati dan dihargai di tengah-tengah masyarakatnya. Pasca penyaliban itu, kehidupan Simon berubah total, khususnya buat kedua anaknya Aleksander dan Rufus yang menjadi pelaku-pelaku sejarah dalam zaman Gereja Mula-mula, sekali pun nama Simon tidak disinggung-singgung lagi, kecuali dalam Kisah 13:1 ada nama Simeon atau sama dengan Simon disebutkan: "Simeon yang disebut Niger dan Lukius orang Kirene". Namun hal ini masih menimbulkan perdebatan. Memang sebagian besar ahli tafsir dan ahli sejarah gereja sepakat bahwa nama itu menunjukkan Simon dari Kirene, sebab menyebut Niger, maka kita menyebut dari mana asal orang itu, dan Niger pada zaman itu adalah sebutan bagi para pendatang dari Afrika.

Mari kembali ke pokok masalah.
William Barclay mengatakan demikian:
"Bisa jadi bahwa saat ia memandang Yesus, rasa sakit hati karena dipaksa memikul salib itu berubah menjadi KEHERANAN dan akhirnya KEHERANAN itu membangkitkan IMAN; sehingga namanya melegenda sepanjang Via Dolorosa dan membuahkan keharuman bagi keluarganya (anak-anaknya) di mana mereka menjadi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Gereja Mula-mula. Merupakan sesuatu yang memungkinkan bahwa ia akan mewujudkan ambisi hidupnya dengan melakukan perjalanan atau ziarah rohani di Yerusalem yang berpuncak pada perayaan Paskah Yahudi, -(boleh jadi bersama kedua anaknya: Aleksander dan Rufus); dan ternyata ia mendapati dirinya sangat bertentangan dengan kehendaknya dengan dipaksa mengangkat salib seorang yang dicap pelaku kriminal. Namun pada saat ia memandang wajah Yesus, justru membuahkan Iman Yang Baru. Salib yang pada mulanya menjadi aib baginya, justru berubah menjadi tujuan perziarahannya berjumpa dengan Sang Juruselamat yang sesungguhnya".

Sekali pun kisah Simon hanya dicatat dalam satu ayat dalam kisah penyaliban Yesus Sang Raja Agung, namun nama Aleksander dan Rufus menjadikan kisah Simon dari Kirene berlanjut dalam sejarah kekristenan. Dan saya sefakat bahwa ia bersama dengan kedua anaknya tetap berada di Yerusalem sampai pada peristiwa Pentakosta, di mana "murid-murid Yesus diubah sehingga mampu berbicara dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, orang Kreta dan orang Arab (Kis. 2:8-11)". Saya yakin pula bahwa Simon bersama kedua anaknya adalah bagian dari 3000 orang yang seketika percaya ketika mendengar khotbah Rasul Petrus lalu memberi dirinya dibaptis (Kis. 2:41).

Aleksander kemudian tinggal di Yerusalem, sedangkan Rufus kembali bersama dengan ayahnya ke Kirene dan kemudian Rufus setelah ayahnya meninggal, ia memboyong ibunya untuk menetap di kota Roma. Dan kemungkinan inilah bahwa Rufus bersama dengan orang-orang yang menjadi saksi dari penyaliban Yesus Sang Raja Agung dan saksi dari peristiwa Pentakosta dan juga orang-orang Yahudi Diaspora yang sudah menerima Injil, kemudian mendirikan Jemaat Roma. Nama Rufus kembali disebutkan dalam surat yang dikirim oleh Paulus ke Jemaat Roma, dalam rangka persiapan Paulus untuk datang ke Kota Roma walau dalam status sebagai seorang tahanan. Paulus mengatakan demikian: "Salam kepada Rufus, orang pilihan dalam Tuhan, dan salam kepada ibunya, yang bagiku adalah juga ibu (Roma 16:13)". Dari catatan ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa Rufus dan ibunya adalah tokoh yang cukup di segani dan dihormati dalam Jemaat Roma.

Saudaraku...
Mungkin anda merasa diri tidak berarti dalam perjalanan pelayanan berjemaat. Saya mau mengatakan bahwa kehadiran anda dalam persekutuan, -(bagi saya)-, itu sudah cukup dan itu sudah punya pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan gereja.
Ingat hal ini:
"Yesus Sang Raja Agung hanya berharap kerelaan anda untuk berjalan bersamaNya memanggul salib, dan jika anda menyambutnya maka hidup anda pasti diubah dan anak-cucu anda kelak akan menjadi pribadi-pribadi yang diberkati".

Selamat beraktivitas.
Tuhan Yesus memberkati.

(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love