Laman

Thursday, March 2, 2017

Terhadap Yang Bertobat, Tuhan Beri Ampunan

Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-1 Mara Pra-Paskah
Kejadian 4 : 13 - 16
(Masale, 1 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima)


Selamat pagi dan Shalom bagi anda.
Pagi ini tak lupa saya mengucapkan "Selamat Merayakan Rabu Abu" (bhs. Ing: Ash Wednesday, bhs. Lat: Dies Cinerum).
Kiranyanya pemaknaan ibadah Rabu Abu akan semakin menumbuhkan rasa Cinta anda pada Allah, Cinta akan HadiratNya dan Cinta akan FirmanNya.

Saudaraku....
Ketika kita merayakan Rabu Abu, sesungguhnya kita sedang merenungkan realita kehidupan kita sebagai "Makhluk yang Fana", yang diambil dan dibentuk dari Debu/Tanah. Dan abu sekaligus menjadi sebuah tanda dari "Pengakuan akan realitas Keberdosaan"; bahwa kita yang dari debu ini tak berdaya dalam mempertahankan kekudusan diri. Siapa pun kita, kita tidak luput dari kesalahan dan dosa. Dan jujur kita harus akui bahwa, setiap kita tahu apa yang baik, namun dalam pikiran, kata dan perbuatan; justru yang jahat itulah yang kita pertontonkan. Dan abu juga adalah simbol dari kerendahan hati untuk menyatakan "Penyesalan dan Pertobatan" sehingga kita berharap akan "Kasih dan Keampunan" dari Allah.

Saudaraku...
Memasuki hari ke-1 Masa Pra-Paskah, saya memilih bahan refleksi dari kehidupan Kain, yang sesungguhnya adalah kehidupan kita semua. Kita tidak lebih dari Kain yang sudah membunuh Habel lalu berusaha mencari alasan untuk pembenaran diri. Kita terlalu sering membunuh kebenaran namun selalu berusaha untuk memposisikan diri pada pihak yang benar. Tapi yang pasti bahwa, Allah tidak bisa kita kibuli. Segala sesuatu yang kita pikirkan dan yang kita lakukan; semuanya Allah tahu. Dan untuk segala tindakan yang tidak berpadanan dengan kehendak Allah, akan memposisikan diri kita sebagai TERDAKWA yang sedang menantikan jatuhnya palu hukuman dari Sang Hakin Agung. Ingatlah bahwa tidak ada satu pun kuasa yang dapat membebaskan kita dari hukuman atas dosa. Kita adalah orang-orang yang terbuang dari hadapan Allah, menjadi seorang pelarian yang terus dikejar oleh "Rasa Bersalah" dan bayang-bayang API NERAKA ada di depan mata.

Kondisi inilah yang harus membuat kita tersungkur di hadapan Allah, memohon belas kasihan: "hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung (Kej. 4:13)". Ya...kondisi ini harus melahirkan tanda-tanya di hati masing-masing, sama seperti Rasul Paulus bertanya dan berkata pada dirinya sendiri: "aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma 7:24)".

Kondisi sebagai PENDOSA harus membawa setiap kita untuk melakukan "Censura Morum". Kita diajak untuk membuka diri, dan mengakui kesalahan, menyatakan penyesalan serta pertobatan yang sungguh. Yang jelas bahwa, tidak ada yang dapat menolong kita, selain Allah.

Saudaraku...
Hanya mereka yang datang kepada Allah dalam penyesalan dan pertobatan, merekalah yang mendapat ampunan. Hanya mereka yang sungguh-sungguh datang di hadapan Allah dengan mengakui dosa-dosanya, maka darah Kristus menjadi tanda abadi untuk membasuh dosa-dosa itu sehingga mereka layak menjadi bahagian dari KELUARGA ALLAH.

Selamat memaknai Rabu Abu.
Tuhan Yesus memberkati.

(Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale)

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love