
Hari Ke-34 Masa Pra Paskah
(7 Ucapan Sang Raja Agung Dari Salib)
Bacaan : Lukas 23:43
(Masale, 8 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagimu.
Semoga hari ini anda bersukacita dalam kelimpahan kasih dan ampunanNya.
Saudaraku...
Saya kembali mengajak anda untuk hening sejenak. Pejamkan mata, kosongkan batin anda dan berusahalah untuk masuk dalam situasi nyata di mana anda sungguh-sungguh menjadi bagian dari saksi mata peristiwa Golguta saat itu. Biarkanlah pikiran dan perasaan anda hanyut dalam hiruk-pikuk yang bercampur-aduk di antara kelompok yang tertunduk lesuh berurai airmata sambil memukul-mukul dirinya, dan di antara mereka yang tertawa terpingkal-pingkal karena merasa puas memperlakukan Yesus Sang Raja Agung seperti seekor binatang yang tak punyai nilai.
Sekarang saya mengajak anda untuk mengarahkan pandangan anda pada tiga salib itu. Tatap mata Yesus Sang Raja Agung dalam-dalam. Rasakan kerelahan hatiNya untuk berkorban demi anda. Tidakkah tatapan mataNya seperti sumber mata air yang memberi kesejukan bagi dahaga anda dalam perziarahan mencari makna hidup dan keselamatan tubuh, roh dan jiwa anda?
Sekarang, arahkan pandangan anda pada kedua sisi yang ada. Tidakkah tampak hal yang kontras? Dua orang yang punya status sama: "PENJAHAT", punya harapan yang sama: "Semoga Bebas Dari Penyiksaan". Pada awalnya, keduanya terprovokasi oleh cemoohan para ahli Taurat yang dialamatkan kepada Yesus Sang Raja Agung: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Dia selamatkan. Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya (Mark. 15:31-32)". Tetapi pada saat Yesus Sang Raja Agung memohonkan ampun kepada Bapa atas perlakuan tersebut (Luk. 23:34), maka keduanya punya persepsi yang berbeda tentang makna "PEMBEBASAN". Yang satu hanya fokus pada masalah KEKINIAN. Ia mau percaya kepada Yesus Sang Raja Agung jika hal ini terjadi: "Bukankah Engkau Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami (Luk. 23:39)"; tetapi yang satu punya visi "KEABADIAN atau KEKEKALAN" yang dia rindukan di masa yang akan datang. Visi inilah yang mengubah mindset penjahat yang satu ini sehingga ia pasrah menerima hukuman sebagai upah dari perbuatannya, tetapi sisa nafas yang ada merupakan kesempatan baginya untuk bertobat dan menorehkan kebajikan dengan menegor temannya itu: "tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama. Kita memang selayaknya dihukum sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah (Luk. 23:40-41)".
Coba anda berusaha untuk merasakan desahan nafas penjahat yang satu ini. Ia dengan tenaga yang masih tersisa berusaha untuk kuat menerima hukuman. Justru hal ini mengingatkan saya pada ketiga tokoh iman (sahabat Daniel: Sadrakh, Mesakh dan Abednego) yang tidak punya daya untuk menghindar dari siksaan api yang menyala-nyala itu. Mereka tetap tegar berdiri dalam iman walau tubuh mereka harus dicampakkan ke dalam perapian itu (Dan. 3:16-21).
Sekarang... tatap terus mata penjahat itu dalam-dalam dan cemburkan diri anda ke kedalaman batinnya. Tidakkah anda akan merasakan kebutuhan yang paling hekiki dari seseorang yang tinggal menanti ajal menjemput, yakni; "ia dapat meninggal dengan suasana hati yang tenang dan tenteram karena sudah menerima kepastian akan keselamatan tubuh, roh dan jiwanya". Dan dalam hal ini saya mulai mengerti ucapan Simeon: "Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera...sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu (Luk. 2:29-30)".
Tetaplah tatap mata itu. Kerinduan batinnya tidak muluk-muluk. Ia hanya meminta untuk DIINGAT oleh Yesus Sang Raja Agung sekali pun ia harus dicampakkan ke dalam Siksa Api Neraka. Tatapannya begitu kuat tertuju pada Yesus Sang Raja Agung, dan tatapan itu sangat teduh sambil berharap respons: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (Luk. 23:42)". Tetapi ternyata, ia menerima lebih dari yang ia minta: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Luk. 23:43)".
Saudaraku...
Anda sesungguhnya tinggal memilih pada sisi mana anda berada di samping salib Yesus Sang Raja Agung. Apakah anda ada pada salib yang hanya memikirkan KEKINIAN, ataukah anda ada pada salib yang mengarah pada KEKEKALAN?.
Selamat beraktivitas.
Selamat berharap kasih dan ampunanNya.
Tuhan memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment