
Hari Ketiga Minggu Paskah
Bacaan: Yohanes 20:14-17.
(Masale, 18 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Saya berdoa buat anda kepada Rajaku, semoga hati anda diteguh-kuatkan untuk terus percaya bahwa kebangkitanNya menjadi jaminan keselamatan anda.
Saudaraku...
Ada saat di mana anda mengalami kesedihan yang amat sangat, sehingga pikiran anda kalut dan anda merasa hidup anda hampa dan tak berarti lagi. Dan kesedihan yang tak dapat dilukiskan adalah "Rasa Kehilangan" sosok yang menjadi tumpuhan harapan masa depan; misalnya, kehilangan anak satu-satunya sebagaimana Ibu Janda di Nain, atau seperti Martha dan Maria yang ditinggal mati saudaranya, Lazarus. Dan bisa anda bayangkan jika anda masih kecil, tiba-tiba anda ditinggal pergi atau ditinggal mati oleh orangtua anda. Tidakkah dunia ini serasa runtuh bagi anda, bukan?.
Saudaraku...
Saya dapat memakhlumi kesedihan yang dialami Maria Magdalena ketika Tuhan Yesus meregang nyawa di atas kayu salib. Hati Maria Magdalena hancur menyaksikan tubuh yang penuh luka yang kemudian dibaringkan di kubur Yusuf Arimatea. Dari sekian wanita yang ditolong Tuhan Yesus, dialah satu-satunya wanita yang benar-benar merasa kehilangan harapan karena kematian Tuhan Yesus. Penulis kitab Injil Lukas mencatat mengapa Maria Magdalena sangat mengasihi Tuhan Yesus dan merasa hidupnya hampa karena kematian itu. Ya...karena Tuhan Yesus telah membebaskan dia dari Tujuh Roh Jahat (Lukas 8:2). Maria merasa berutang budi karena martabat atau harga dirinya sudah dipulihkan. Itulah sebabnya, saat perempuan-perempuan yang lain bersama dengan Petrus dan murid-murid yang lainnya kembali ke kota, Maria Magdalena tetap berdiri seorang diri sambil meratap di kubur itu.
Saudaraku...
Ada hal yang, -(bagi saya)-, sangat positif dari tindakan Maria Magdalena yang patut diteladani, yakni "kasih yang lahir dari KASIH". Tidakkah banyak di antara kita yang memiliki kecenderungan "hanya mau dikasihi namun sulit untuk mengasihi; hanya mau diberi namun sangat sulit untuk memberi; hanya mau diperhatikan namun sangat berat untuk memperhatikan". Maria Magdalena memandang Tuhan Yesus sebagai milik yang paling berharga dan itulah milik satu-satunya yang ada padanya. Hatinya tidak akan tenang jika ia belum menemukanNya. Hatinya remuk jika ia belum mendapatkanNya. Hidupnya akan hacur jika ia tidak berjumpa dan tidak memelukNya. Hati Maria Magdalena adalah hati Simeon dan Hana, yang tidak akan tenang sebelum bertatap muka dengan Sang Mesias. Simeon dan Hana tetap setia dan setiap saat ada di Bait Allah, mencari dan terus mencari, sampai harapan mereka terkabul; hingga Simeon harus melantunkan syair ini: "Sekarang Tuhan, biarkan hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera...sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu (Luk. 2:29-30)".
Hati Maria Magdalena adalah hati sang bapa yang tetap setia menanti dengan sabar kembalinya anak yang bungsu, dan saat waktunya telah tiba, anak itu kembali: "Hati sang bapa tergerak oleh belas-kasihan. Ia berlari mendapatkan anaknya lalu merangkul dan menciumnya (Luk. 15:20)".
Ya...sekali lagi, saya hendak katakan bahwa ada hal yang positif yang patut kita teladani dari Maria Magdalena, yakni hatinya yang hancur atau remuk apabila ia tidak mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus. Tidakkah hal ini menjadi koreksian bagi banyak umat Kristen yang hanya memandang hubungan pribadi dengan Tuhan sebatas TUNTUTAN, -(ya...karena hari minggu, maka malu rasanya jika tidak ke Gereja; malu karena saudara yang lain pergi lalu ia duduk-duduk seorang diri di rumah)-, hubungan dengan Tuhan belum dianggap sebagai KEBUTUHAN PRIMER. Karena itu, jangan heran jika dalam setiap kegiatan ibadah, kita akan melihat mana yang setia dan mana yang tidak setia. Untuk yang tidak setia akan nampak ketika kegiatan ibadah molor, hati jadi dongkol; pembacaan cukup panjang, seperti rasanya duduk di kursi goyang; acara terlalu panjang dan berbelit-belit, ditambah lagi khotbah pendeta yang tidak ditahu ujung pangkalnya, kaki mulai kesemutan; pujian tidak beraturan, ruangan ber-AC pun berubah jadi panas, kipas kiri-kipas kanan.
Saudaraku...
Hati Maria Magdalena adalah hati yang mencari dan terus mencari tanpa keluh, tanpa sungut: "tuan, jika tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya". Dan hati yang mencari inilah yang akan mengalami indahnya perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Hati yang mencari adalah HATI MELEKAT PADA TUHAN, dan Tuhan akan memberi jawaban: "sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya... membentenginya...bila ia berseru, Aku akan menjawab... Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia dan akan Kuperlihatkan keselamatan dari padaKu (Mzm. 91:14-16)".
Selamat Paskah.
Selamat beraktivitas.
Tuhan memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment