
(Seorang kawan yang sejati dapat dikenali pada saat yang penuh ketidakpastian)
Bacaan : Filipi 2:1-11
(Masale, 28 Januari 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan salam sejahtera bagimu.
Semoga hari ini hidup anda terus diberkati.
Saudaraku...
Ada satu ungkapan yang cukup menarik bagi saya, demikian:
"Your lifestyle, words, and attitudes reveal who truly rules your life - gaya hidup, perkataan dan sikap anda akan menunjukkan siapa sebenarnya yang memerintah hidup anda".
Karena itu, menjadi perenungan bagi anda yang mengklaim diri sebagai manusia agamis bahwa apakah anda sungguh-sungguh taat melakukan kehendak Tuhan sebagai bentuk kesadaran anda bahwa Tuhanlah yang memerintah hidup anda, atau justru sebaliknya, anda merasa otonom atas diri anda sendiri lalu anda merasa berhak mengatur Tuhan dan Tuhanlah yang harus mengikuti apa mau atau apa selera anda.
Anda bisa saja melabeli diri anda sebagai pribadi agamis dengan kehidupan ritual anda, namun hal itu belum menjadi standar moral bahwa anda takluk di bawah kekuasaan atau otoritas Tuhan.
Saudaraku...
Saya sendiri merasa bahwa Tuhan tidak membutuhkan ritualisme atau akta ibadah yang formil dalam menilai hidup anda sebagai pribadi yang agamis, tetapi Tuhan sedang mencari hati yang berempati pada nilai-nilai luhur yang menghargai kehidupan. Jika anda hanya memahami ketaatan anda pada Tuhan hanya sebatas kekushyukan dalam doa dan membaca ayat-ayat suci di ruang yang anda anggap bahwa di situ Tuhan berdiam...ya, semisal Ruang Taberbakel atau pun Altar Suci, maka saya mau katakan bahwa anda adalah manusia picik dan paling munafik.
Mengapa?.
Karena Tuhan lebih besar dari yang mampu anda pikirkan dan jangkauanNya jauh lebih tinggi dari apa yang dituliskan atau terkonsepkan dalam ayat-ayat suci yang anda kumandangkan. Tuhan adalah Mysterium Tremendum (Rahasia yang tak terjangkau) oleh pikiran dan perasaan manusia, namun Dia adalah pribadi yang berimanensi dalam keterpurukan kaum tertindas dan terpinggirkan.
Tak salah jikalau Tuhan Yesus berkata:
"Pada hari terakhir, banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengadakan mujizat demi namaMu Juga? Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan (Mat. 7:22-23)".
Saudaraku...
Sesering apa pun anda menyebut nama Tuhan, bukan menjadi jaminan bahwa anda adalah pengikutNya yang setia. Ingatlah bahwa Iblis pun mengenal dengan baik nama Tuhan Yesus lebih dari pada yang anda kenal, dan Iblis tahu bahwa kuasa yang terkandung dalam nama itu sangat dahsyat untuk menghidupkan mau pun membinasakan, lebih dari pada yang anda tahu.
Tak salah juga jika Tuhan Yesus bersabda: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya (Mat. 8:20)". Supaya ada ruang yang tersedia dalam hidup anda untuk merayakan nilai-nilai kemanusiaan.
Menaklukkan diri untuk berjalan pada maunya Tuhan (bukan maunya anda), berarti kesiapan diri untuk menjadi HAMPA agar ada ruang bersama dengan orang lain untuk merayakan kehidupan. Alkitab membahasakan ke-HAMPA-an sebagai sikap mengosongkan diri untuk menjadi HAMBA dan serupa dalam ke-MANUSIA-an (Flp. 2:7). Jika anda tidak rela meng-HAMPA-kan diri anda agar ada ruang yang kosong bagi orang lain di batin anda untuk mengaktualisasikan hidupnya, maka anda bukanlah pengikutNya.
Karena itu, Tuhan Yesus berkata: "setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat. 16:12)". Menyangkal diri berarti anda harus siap mengorbankan selera anda dan meletakkan seluruh keberadaan anda di bawah otoritas Dia sambil berkata: "Jadilah kehendakMu".
Berdasarkan hal ini, saya hendak mengatakan bahwa Menyangkal Diri dan Memikul Salib sambil mengikut Tuhan Yesus adalah konsekwensi iman untuk meletakkan nilai-nilai luhur kehidupan bersama dengan orang lain. Orang lain dipandang lebih utama dari rasa ego anda sendiri. Dan ketika anda memberi kehidupan kepada orang yang tidak layak dihidupi, sesungguhnya anda sedang menghidupi diri anda sendiri. Atau hal ini sering saya katakan bahwa anda sedang menginvestasikan kehidupan. Sebab kelak, ketika anda tak berdaya, maka akan ada tangan yang terulur mengangkat anda. Dengan demikian, tepatlah ungkapan ini: "Amicus certus in re incerta cernitur = seorang sahabat yang sejati dapat dikenali pada saat yang penuh ketidak-pastian".
Selamat beraktivitas.
Tuhan Yesus memberkati.
(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale)
No comments:
Post a Comment