Laman

Sunday, July 23, 2017

Antara Yang Asli Dan Imitasi

Sebuah Refleksi Pribadi
(Untuk Menjadi Sebuah Perenungan)

Bacaan : Wahyu 13 : 11 - 18
(Masale, 1 Pebruari 2017 - Pdt. Joni Delima)

Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Semoga hari ini menjadi hari sukacita bagi anda dan anda terus diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Sekarang ini banyak orang terpesona, -(atau tepatnya)-, terjebak dengan tampilan luar dari suatu barang sehingga tidak memperhatikan kualitas dari barang itu sendiri; apakah barang tersebut Asli (ORI) atau Imitasi (KW). Sebab terkadang yang Imitasi, penampilannya lebih mewah dan menakjubkan dari pada yang Asli. Karena itu, anda harus berhati-hati dengan barang Imitasi, sebab yang Imitasi, sepintas persis sama dengan yang Asli dalam tampilan, tetapi bertolak-belakang dengan yang Asli dalam hal Isinya atau Kwalitasnya.

Saudaraku...
Memanasnya suhu politik sekarang ini yang melibatkan elemen masyarakat, birokrat, politikus bahkan alim/ulama; sangat menari bagi saya untuk merefleksikan tentang Yang Asli dan Yang Imitasi. Tapi mohon maaf, saya tidak mempunyai kepentingan sedikit pun dengan kondisi yang ada dan saya tidak mau terlibat dalam kisruh Ulama vs Ulama, atau Ulama vs Kaum Awam. Saya hanya mau mengatakan bahwa "EFEK AHOK" telah memunculkan kekuatan latent yang kuasanya selama ini masih terselubung. Karena "EFEK AHOK" maka hal tersebut sudah semakin transparan (tidak dapat disembunyikan lagi). Selama ini kita tidak dapat membedakan mana domba yang sesungguhnya dan mana domba-dombaan (berlagak domba tetapi berhati serigala). Selama ini kita tidak dapat membedakan mana ulama yang sesungguhnya dan mana itu ulama-ulamaan (tampilannya lebih dari pada seorang ulama, tetapi hatinya beringas dan rakus). Selama ini kita tidak dapat membedakan mana "Hamba Allah" yang sesungguhnya dengan hamba yang mengatasnamakan Allah tetapi dia sesungguhnya adalah "Hamba Mammon".

Saya tidak mau mengklaim bahwa apa yang dipikirkan, diucapkan dan yang dilakukan AHOK adalah 100% benar, sebab kebenaran adalah otoritas Allah. Saya hanya mau mengatakan bahwa Efek Ahok telah membuka mata kita untuk membedakan mana pribadi yang tulus berjuang demi tegaknya kebenaran bagi kemaslahatan hidup bersama dan mana pribadi yang berjuang dengan mengatas-namakan kebenaran namun tujuan akhirnya adalah kepentingan pribadi atau kelompok atau demi mempertahankan status quo.

Jujur...saya tidak terperanjat menyaksikan kondisi yang terjadi. Saya hanya mau mengatakan kepada anda bahwa Firman Tuhan itu "YA & AMIN".
Bukankah dari sejak awal penciptaan, kedamaian dan keharmonisan hidup antar ciptaan diusik oleh kepentingan dan hawa nafsu dari Iblis dan kroni-kroninya..."pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka dan kamu akan seperti Allah (Kej. 3:5)". Dan untuk mencapai tujuan ini (kepentingan dan hawa nafsu), Firman Allah yang merupakan kebenaran yang absolut dipelintir: "Tentu Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya, bukan? (Kej. 3:1b)".

Memang tidak ada yang salah dalam Firman Allah sebab Allah sendiri yang mengatakannya (Kej. 2:16). Tetapi karena kepentingan dan demi pemuasan hawa nafsu, maka ayat atau kalimat selanjutnya sengaja dihilangkan oleh Iblis, yakni: "...tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu janganlah kamu makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati (Kej. 2:17)".

Benar...
Iblis tidak salah dalam melafalkan Firman Allah, tetapi apa yang dilafalkan itu tidak utuh, sebab Iblis menyembunyikan hal yang paling esensi dari Firman itu. Iblis sangat lihai memperdaya manusia dengan menyembunyikan yang lainnya dan yang disembunyikan itu sesungguhnya menjadi awasan bagi manusia agar jangan sampai manusia membinasakan dirinya sendiri dengan nafsunya untuk berkuasa sama seperti Allah atau jika memungkinkan, melebihi kuasa Allah.

Hal yang sama sering dipakai oleh Iblis untuk menjatuhkan manusia dengan menawarkan kenikmatan; dan khusus bagi kaum muda, saya hendak menyampaikannya. Hati-hati, sebab terkadang Iblis menjebak anak-anak muda dengan menjadikan senjata Firman Tuhan yang tercatat dalam Pengkhotbah 11:9a..."Bersukarialah hai pemuda dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu". Bisa saja dengan sepenggal Firman Tuhan yang dipelintir ini untuk pemuasan hawa nafsu kemudaan, akan dijadikan pembenaran diri. Tetapi tanpa anak-anak muda sadari, bahwa ada kalimat lanjutan, dan kalimat itu menjadi esensi dari Firman Tuhan..."tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan (Pengkh. 11:9b)".

Dan untuk zaman sekarang ini, penulis kitab Wahyu mengingatkan kita tentang kelihaian Iblis menyamar sebagai sosok tanpa dosa untuk memperdayai manusia dengan kata-kata yang penuh kuasa dan wibawa. Penulis kitab Wahyu menyebut Iblis itu seperti anak domba.
Tentu saudara ingat salah satu gelar yang melekat pada diri Tuhan Yesus, yakni "Anak Domba".
Nah...
Jauh-jauh hari, Tuhan Yesus telah mengingatkan muridNya bahwa akan tiba masanya di mana penyesatan itu akan terjadi dengan mengatas-namakan Allah atau mengatas-namakan Mesias/Tuhan Yesus (baca - Matius 24:5, 24).

Saudaraku...
Iblis yang notabene "domba imitasi" merasa terusik, dan hatinya tidak akan pernah tenteram jika dunia dan semua ciptaan yang ada, dapat menikmati keindahan hidup damai dalam harmoni kepelbagaian. Iblis dan pengikutnya akan selalu membungkus niat jahat mereka dengan Firman Tuhan dengan maksud untuk menipu dan menghancurkan. Karena itu....waspadalah.

Selamat beraktivitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love