Laman

Sunday, August 20, 2017

Keselamatan Yang Menjangkau Semua Bangsa

Khotbah Untuk Ibadah Raya Jemaat
Minggu, 20 Agustus 2017

Pelayanan di Gereja Toraja Jemaat Jeneponto

(Tulisan ini hanya pokok-pokok khotbah yang harus dikembangkan sesuai konteks)


Bacaan Alkitab:
1. Yesaya 56 : 6 - 8 (Bahan Utama Khotbah).
2. Roma 11 : 1 - 2, 29 - 32.
3. Matius 15 : 21 - 28.

Selamat pagi dan salam damai sejahtera bagi kamu sekalian....Shalom!

Saudara-saudaraku yang kekasih dan sepengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Kita tidak bisa memungkiri akan kecenderungan hati kita yang selalu mempertanyakan kasih dan kemurahan Tuhan ketika kesesakan atau pun penderitaan melanda hidup kita. Saat kita terpuruk, sadar atau tidak, kita sering bertanya: "benarkah Tuhan itu ada? Dan bahkan pada tingkatan yang lebih ekstrim lagi, tanpa sadar kita memberontak dan mengatakan bahwa Tuhan sudah melupakan saya dan karena itu, untuk apa lagi aku harus berharap kepadaNya?". Ya...kita sering ada pada posisi istri Ayub yang tidak tahan lagi melihat penderitaan itu lalu berkata: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (Ayub 2:9)". Tidakkah dalam kondisi yang sudah sangat parah menurut pandangan mata kita, kita sering bersikap seperti istri Ayub: apa artinya kita hidup bersama jika kondisi kita tidak bisa berubah, lebih baik kita pindah agama saja atau kitau cerai sekalian.

Paulus dalam bacaan kita yang kedua bertanya:
"Adakah Allah mungkin telah menolak umatNya?".

Paulus pun menjawab pertanyaan itu dengan memberi penegasan:
"Sekali-kali TIDAK!"
.

Mengapa Paulus begitu yakin akan kasih dan kesetiaan Tuhan yang tidak akan pernah berubah, sekali pun umatNya sudah begitu jauh menyimpang dari jalan Tuhannya?.

Karena ia percaya bahwa Allah tidak akan pernah membatalkan ikatan perjanjianNya dengan nenek moyang bangsa Israel, yakni Abraham. Hitam putihnya kehidupan masa lalu Paulus, tidak akan pernah mempengaruhi rencana Tuhan untuk mewujudkan dan menghadirkan ShalomNya dalam dunia ini. Kalau Tuhan sedemikian setia kepada umatNya, -(apalagi terhadap Paulus yang sebelum mengenal Tuhan Yesus, menjadi seorang penganiaya pengikut jalan Tuhan)-, maka wajarlah jika Paulus bersyukur karena kerahiman hati Tuhan menyambut dia dan memulihkan hidupnya; dari seorang penganiaya jemaat menjadi orang yang teraniaya karena Injil yang diberitakannya.

Kerahiman hati Tuhanlah yang membuat Paulus berubah, sehingga seluruh hidupnya dipertaruhkan demi Injil. Dengan tegas ia mengatakan: "Bukan lagi aku yang hidup di dalam diriku, tetapi Kristuslah yang hidup di dalam aku", dan karena itu, hidup dan mati Paulus adalah untuk Kristus. Dan dengan sikap yang demikian, maka Tuhan memakai Paulus dengan dahsyatnya untuk menjangkau bangsa-bangsa dan membawanya kepada Kristus.

Saudaraku...
Pada bagian pembacaan Injil Matius, nampak kebutuhan yang paling hakiki dari semua manusia apa pun agamanya, yakni "Mengalami kasih Tuhan". Perempuan Siro Fenisia sebagaimana yang disebut dalam Markus 7:21-28, adalah notabene bukan keturunan Yahudi dan bukan beragama Yahudi; namun ia tidak menyangkali akan kehausan batinnya untuk berjumpa dengan Tuhan dan mengalami pemulihan dari Tuhan.

Melalui kisah ini kita hendak disadarkan bahwa untuk mengalami perjumpaan yang spesial dengan Tuhan serta mengalami pemulihan dari padaNya, maka harus dengan sikap yang serius dan dengan hati yang sungguh-sungguh tulus. Mengalami kuasa dan kasih Tuhan, -(atau yang sering saya sebut dengan istilah: "Mengalami dan menikmati Tuhan")-, bukanlah perkara yang mudah. Terlebih jika anda ada posisi perempuan Siro Fenisia ini. Bisa saja anda di pandang sinis oleh orang lain yang merasa dirinya lebih agamis dari pada anda. Selalu saja ada orang yang akan nyinyir terhadap anda dengan berkata "sok alim atau sok jujur, atau cari muka, dan lain sebagainya". Terlebih ketika mindset orang telah terbentuk sedemikian, seperti mindset kelompok Yahudi yang menganggap bahwa di luar agama Yahudi tidak ada keselamatan, dan hal yang sama terjadi pada perjalanan sejarah Gereja di mana muncul istilah "Extra Ecclesia Nulla Sallus = di luar gereja tidak ada keselamatan", maka orang-orang yang bukan dari kelompoknya dipandangnya sama seperti binatang. Tidakkah mindset kelompok Yahudi inilah yang kemudian diangkat oleh Tuhan Yesus dalam perjumpaanNya dengan perempuan Siro Fenisia, di mana Ia berkata: "Aku diutus HANYA kepada domba-doma yang hilang dari umat Israel (Mat. 15:24)...Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada ANJING (Mat. 15:26)".

Perhatikan kata HANYA dan ANJING.
Inilah mindset orang Yahudi yang beranggapan bahwa rahmat dan anugerah keselamatan yang dari Tuhan HANYA dikhususkan untuk mereka, bukan untuk bangsa lain; dan seiap orang yang tidak berasal dari kelompok mereka, maka orang tersebut tidak lebih terhormat dari pada ANJING.

Semangat iman dari perempuan ini yang tidak mengenal kata "MENYERAH", telah meruntuhkan tembok pemisah; sebab ia yakin bahwa Tuhan sendiri tidak mengadakan pembedaan. Kepada siapa Tuhan hendak menyatakan kasih dan rahmatNya, itu bukan urusan manusia; tetapi itu mutlak kehendak Tuhan. Manusia bisa saja mengatakan kepada sesamanya: "kau KAFIR", tetapi Tuhan sendiri akan berkata: "kau adalah umatKU dan kau adalah milikKU". Semangat dan keteguhan iman inilah yang mengubah kehidupan perempuan Siro Fenisia dan di mata Tuhan Yesus, perempuan ini memiliki "Iman yang Besar" yang tidak ia temukan di antara mereka yang merasa dirinya sebagai umat Allah. Yes...perjuangan yang pantang menyerah dari perempuan ini telah mengubah hidupnya dari status: "yang dulu bukan umat Allah tetapi sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani, tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan (1 Ptr. 2:10)".

Saudara-saudaraku...
Seharusnya, para murid menjadi pembuka jalan bagi perempuan ini untuk mengalami apa yang dia cari; tetapi justru mereka menjadi batu sandungan bagi perempuan ini untuk menikmati kasih Tuhan. Dan jujur kita harus akui bahwa banyak di antara kita menjadi penghalang bagi orang lain untuk berjumpa dengan Tuhan. Kita terkadang mempertontonkan arogansi keagamaan kita dengan memandang sinis orang lain yang berseberangan jalan dengan kita. Kita terkadang merasa diri lebih baik dan lebih benar dari pada orang lain, dan rasanya terlalu sulit bagi kita untuk memiliki kerendahan hati dalam memandang orang lain lebih penting dari pada diri kita. Dan dalam kondisi seperti ini, kesaksian gereja menjadi hambar dan orang akan merasa antipati dengan kehadiran anak-anak Tuhan. Padahal semua orang sangat tertarik pada ajaran Kristen yang menekankan KASIH tanpa pamrih (AGAPE).

Saudara-saudaraku...
Pasal 56 dari kitab nabi Yesaya adalah bagian ketiga dari keseluruhan kitab nabi Yesaya yang sering disebut Trito-Yesaya (psl. 56 - 66). Pasal-pasal yang ada di bagian ketiga dari kitab Yesaya berbicara tentang masa depan yang akan diciptakan oleh Allah pasca kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel. Karena itu, pasal-pasal yang terdapat dalam bagian ketiga kitab nabi Yesaya bersifat "Apokaliptik", yang mengungkapkan dan menyingkapkan "sesuatu yang belum terjadi namun akan terjadi". Dan efek yang akan dialami oleh umat Tuhan dari apa yang Tuhan akan lakukan itu: apakah itu baik atau buruk bagi kelangsungan kehidupan mereka, ternyata sangat bergantung pada ketaatan dan kesetiaan umat untuk melakukan syarat-syarat yang Tuhan ajukan kepada mereka; dan hal itu juga berlaku bagi bangsa-bangsa lain yang bukan bangsa Israel.

Kasih dan keselamatan yang dari Tuhan menjangkau semua bangsa, menembus suku dan bahasa; sehingga menjadi suatu peringatan bagi bangsa Israel untuk lebih serius lagi melakukan apa yang Tuhan kehendaki pasca pembuangan Babel. Sebab jika bangsa Israel yang mengklaim diri sebagai umat Allah acuh tak acuh terhadap kehidupan imannya, dengan menganggap remeh hukum dan ketetapan Tuhan dan tidak menghormati hari Shabat, maka justru mereka yang tidak terhitung dalam bilangan umat Tuhan berdasarkan perjanjian yang telah diikatkanNya dengan nenek moyang Israel; mereka yang akan mengalami keselamatan dan barulah bangsa Israel terhisab di dalamnya. Dan bukankah Firman Yesus Kristus akan digenapi: "Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu (Mat. 19:30)".

Apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus, itulah yang tergambar dalam Yes. 56:4-6 ..."Sebab beginilah firman Tuhan: Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari ShabbatKu dan yang memilih apa yang kukehendaki dan yang berpegang pada perjanjianKu, kepada mereka akan Kuberikan di dalam rumahKu dan di lingkungan tembok-tembok kediamanKu suatu tanda peringatan dan nama - itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan-, suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka. Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada Tuhan untuk melayani Dia untuk mengasihi nama Tuhan dan untuk menjadi hamba-hambaNya, semua yang memelihara hari Shabbat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang pada perjanjianKu".

Saudara-saudaraku...
Rencana Tuhan itu agung dan melampaui batasan-batasan yang dibuat manusia. Seringkali kita membangun tembok pemisah antara satu dengan yang lain, lalu kita merasa diri lebih baik dari pada orang lain. Namun faktanya, Tuhan ternyata tidak membuat pembedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Jika setiap orang patuh pada hukum dan ketetapan Tuhan, maka keselamatan pun menjangkau hidup mereka. Karena itu, sebagai orang-orang yang telah ditebus melalui pengorbanan Kristus, sewajarnyalah kita menjadi patron kehidupan bagi mereka yang belum mengenal Tuhan. Ya...kita harus menjadi pola ideal bagi orang lain dalam mempertontonkan kehidupan yang dikehendaki oleh Tuhan; sehingga melalui kehidupan kita, semua orang akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan memuliakan Tuhan. Tetapi jika kita mengabaikan hal ini, maka jangan heran jika Tuhan memakai orang lain untuk menegur kehidupan kita yang sudah menyimpang jauh dari apa yang Tuhan kehendaki.

Karena itu, saya hendak mengatakan hal ini:
"Tanda lahiriah bahwa anda Kristen belum menjamin hidup anda di hadapan Tuhan. Tuhan ingin lebih dari pada itu, yakni ketaatan pada kehendak Allah melalui kekudusan hidup dan menjadikan hidup ini menjadi berkat bagi orang lain".

Ingatlah bahwa Allah mau memakai hidup kita menjadi duta keselamatan untuk menjangkau sekian banyak orang dari segala bangsa dan bahasa. Sehingga kita percaya bahwa satu kali kelak firmanNya akan digenapi, yakni: "akan bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah akan mengaku, Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa (Flp. 2:10-11)".

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love