Laman

Sunday, August 6, 2017

Menikmati Anugerah Keselamatan Yang Dari Allah

Khotbah Untuk Ibadah Raya Jemaat
Hari Minggu, 6 Agustus 2017

Pelayanan Pdt. Joni Delima:
Gereja Toraja Jemaat Rama pukul 06.00.
Gereja Toraja Jemaat Masale pukul 17.00 (Perjamuan Kudus).

Bacaan :
1). Yesaya 55 : 1 - 5 (Bahan Utama Khotbah)
2). Roma 9 : 1 - 5
3). Matius 14 : 13 - 21

Saudara-saudaraku...
Setiap kita memiliki harapan atau pun tujuan hidup. Dan yang pasti bahwa setiap kita sangat mengharapkan untukn dapat menikmati hidup yang penuh bahagia, sukacita dan damai sejahtera. Dan mungkin hanya mereka yang kehilangan akal sehat saja yang tidak memiliki harapan, tujuan atau pun arah hidup yg demikian. Tetapi untuk mencapai apa yang diharapkan itu, tidaklah semudah membalikkan terlapak tangan. Dunia di mana kita berada tidak seperti gambaran dunia Kartun Teletubbies, tinggal pencet tombol maka yang diharapkan pun akan muncul. Dunia di mana kita berada bukanlah Dunianya Aladin dengan Lampu Ajaibnya; tinggal gosok, -(Sim salabim, Adakadabra)-, maka semua yang diminta seketika itu juga tersedia. Dunia di mana kita berada bukan lagi Taman Eden, sebuah tempat di mana segala yang dibutuhkan manusia telah tersedia, -(tinggal ambil). Tetapi dunia kita adalah sebuah Padang Gurun Pergelutan akan Harapan Kenikmatan Sorga berhadapan dengan Realita Kesakitan; sebuah tempat di mana kita sedang berjuang untuk menghadirkan dan menata kembali sebuah Eden Yang Baru dengan berpeluh dan berjerih lelah. Dan itulah yang diucapkan Tuhan dalam Kej. 3:17-19..."Dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu; semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu...dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu...".

Saudaraku...
Memang tak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya kehidupan yang kita jalani tampak berlangsung mulus dan menyenangkan. Ada waktu di mana lingkungan tempat kita berada tampak begitu sangat bersahabat dengan kita, dan alam pun seolah-olah menghadirkan suasana yang tenang dan damai. Tetapi adakah kondisi demikian berlangsung lama bahkan kalau bisa untuk selamanya? Bagi saya, itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Kenyataannya bahwa hidup ini tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan; bisa jadi apa yang tidak kita inginkan itu yang terjadi, sedangkan apa yang kita harapkan justru semakin menjauh. Bukannya kemudahan yang kita dapatkan tetapi kesusahan yang kita temui; bukan angin sepoi-sepoi yang membelai kita, tetapi justru angin puting beliung yang datang memporak-porandakan harapan kita.

Ya...sekarang anda mungkin kuat dan sehat, tetapi hari esok, siapa yang bisa menebak bahwa hal yang demikian masih anda alami?
Tidakkah begitu banyak orang yang kemarin masih segar bugar kita lihat, namun hari ini mereka terbaring tanpa daya?

Ya...sekarang bisa jadi anda sedang berada di puncak karier, anda sukses dan beroleh untung yang besar dalam usaha, tetapi hari esok, siapa yang bisa menebak, bahwa keadaan itu tetap anda alami?
Tidakkah begitu banyak orang yang kita saksikan kemarin berada di puncak sukses, serasa kesusahan tidak akan pernah menyentuh hidup mereka hingga tujuh turunan, tetapi hari ini mereka jatuh dan tidak dapat bangun-bangun lagi?

Saudaraku...
Dunia kita sekarang memang bukanlah Eden, namun di dunia seperti ini kita diizinkan untuk ada dan sebagai anak-anak Tuhan, kita diberi tanggung jawab untuk menghadirkan dan menata sebuah Eden Yang Baru. Memang ini bukan perkara mudah, tetapi jika kita berniat dengan tulus untuk memperjuangkannya, maka hal tersebut pasti terwujud.
Paul Tounier, seorang dokter, konselor dan penulis berkebangsaan Swiss, dalam bukunya "Criative Suffering", ia mengungkapkan surprise-nya setelah ia membaca sebuah artikel yang berjudul "Para Yatim Piatu Yang Memimpin Dunia - Orpahans Lead teh World". Mereka yang disebutkan dalam artikel tersebut adalah pribadi-pribadi yang dibentuk oleh kerasnya kehidupan namun mereka tidak menganal kata KALAH karena cap yang melekat pada diri mereka sebagai Yatim Piatu. Memang dunia yang keras bisa saja merampas dengan mudahnya masa depan kita, tetapi pribadi-pribadi yang disebutkan dalam artikel tersebut tidak kehilangan sukacita menikmati hidup sambil mengejar harapan mereka; pantang bagi mereka untuk MENYERAH dengan keadaan. Di situ ada nama besar Alexander Agung, Julius Caesar, Maximilien Francos, Marie Isidore de Robespierre, George Washington, Napoleon Bonaparte, Ratu Victoria, Golda Mier, Adolf Hitler, Vladimir Ilyich Lenin, Jozef Stalin, Fidel Castro, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Apa yang menjadi kunci sukses bagi mereka-mereka ini sehingga menjadi pemimpin yang disegani serta dihormati bahkan ditakuti di negaranya. Dan bukan hanya itu saja, mereka juga membawa pengaruh yang sangat besar dalam konstelasi global atau tatanan dunia yang luas?

Kuncinya terletak pada sikap batin yang kuat untuk menghadapi situasi yang tidak nyaman dengan tidak kehilangan rasa aman. Kerasnya kehidupan justru memacu mereka untuk berjuang meraih asa, dan hal itu hanya mungkin jika anda memiliki hubungan yang spesial dengan Sang Khalik. Setiap kita memang tidak mempunyai kemampuan tenaga dan pikiran untuk merubah keadaan menjadi lebih baik, tetapi batin yang tenang dan teguh beriman kepada Allah, akan memutarbalikkan fakta ketidak-mungkinan menjadi sebuah kenyataan.

Saudaraku...
Bagian bacaan kitab Injil hari ini memberi gambaran yang nyata bagaimana kerasnya perjuangan untuk menegakkan kebenaran sambil memberi rasa aman  dan nyaman kepada mereka yang hampir kehilangan harapan. Peristiwa kematian Yohanes Pembaptis sangat besar dampak atau pengaruhnya bagi kelangsungan pelayanan Tuhan Yesus bersama murid-muridNya. Tetapi keadaan seperti ini tidak mematahkan semangat orang banyak untuk mencari Tuhan. Mereka datang membawa hati mereka untuk disejukkan dengan perkataan-perkataan Tuhan Yesus, dan bukan hanya itu saja, mereka juga membawa problem mereka, sebab mereka percaya bahwa hanya Tuhan Yesus yang dapat memberi jawaban atas persoalan hidup mereka. Dan perhatikan, "hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan" dengan melihat orang banyak itu seperti menyaksikan kawanan domba yang tanpa seorang gembala. Justru di tengah keadaan yang tidak nyaman, tuaian tersedia. Tetapi bagi para murid, ini adalah sebuah persoalan. Mereka meminta agar Tuhan Yesus menyuruh orang banyak itu pulang, karena ada kekuatiran dan ketakutan: mereka tidak dapat menjamu orang banyak itu dengan kebutuhan jasmani. Persediaan yang ada, tidaklah mungkin menjadi solusi untuk 5000 orang laki-laki (belum terhitung perempuan dan anak-anak). 2 ekor ikan dan 5 ketul roti adalah sebuah kemustahilan untuk menjamu orang yang sekian ribu banyaknya. Namun apa yang mereka tidak harapkan, itulah yang keluar dari mulut Tuhan Yesus: "Kamu harus memberi mereka makan".

Jelas bahwa logika manusia tidak akan pernah mampu mengatasi persoalan yang ada. Tetapi di sinilah fungsi "IMAN", apa yang tidak mampu terpikirkan oleh logika manusia, ditembus oleh Allah, sehingga yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Pun demikian keadaan umat Israel di negeri pembuangan. Adalah sebuah kemustahilan bagi bangsa itu untuk keluar dari keterpurukannya, jikalau mereka tidak menjawab panggilan Tuhan Dengan mengandalkan apa yg merfeka miliki, tidak akan memberi jalan keluar, tetapi jika mereka datang dan berserah kepada Tuhan, maka keadaan mereka akan dipulihkan. Karena itu, Tuhan Yesus bersabda: "Marilah kepadaKu...Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Mat. 11:28)".

Ingatlah dan camkanlah hal ini:
Keselamatan itu adalah sebuah anugerah, tetapi hal itu hanya mungkin jika anda datang kepadaNya.

Selamat berpengharapan.
Selamat menikmati Anugerah Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.

(Catatan : Garis besar khotbah ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale)

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love