Laman

Wednesday, September 13, 2017

Arti Sebuah Ketulusan (2)

Sebuah Refleksi Pribadi
(Masale, 13 September 2017 - Pdt. Joni Delima)
.

Bacaan : Matius 1:18-25.

Shalom bagimu.
Semoga hidup anda hari ini tetap diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Betapa sangat menyakitkan hati ketika seseorang yang selama ini anda bangga-banggakan dan bahkan gaya hidupnya menjadi "Anutan", atau gaya hidupnya menjadi patron dari gaya hidup anda sekarang, ternyata orang tersebut adalah seorang yang berhati bejat dan sama sekali tidak memiliki rasa empati terhadap sesama. Dan satu kata yang, -(sadar atau tidak)-, keluar dari mulut anda untuk menilai orang tersebut, yakni: "Manusia MUNAFIK".

Tetapi untuk kasus seperti  ini tidak bisa menjadi simpulan yang patut anda berikan ketika membaca kisah Yusuf yang sudah bertunangan dengan Maria.

Memang saya sendiri bisa membayangkan bagaimana beratnya pergumulan Yusuf ketika tahu bahwa Maria tunangannya itu ternyata sedang MENGANDUNG atau HAMIL. Jika saya ada pada posisi Yusuf, berat rasanya menerima kenyataan tersebut. Tentu persoalan yang terjadi menjadi sebuah aib dan telah mencoreng nilai kepercayaan dan karenanya tidak dapat dimaafkan. Coba anda rasakan sendiri, bahwa anda telah meminang seseorang dan hendak menikahinya. Hari, tanggal, bulan, tahun bahkan jam pernikahan sudah ditentukan dan pastinya bahwa hal tersebut telah menjadi konsumsi umum. Anda berharap bahwa ketika anda telah diberkati, anda mempunyai 1001 macam mimpi untuk menikmati hidup bahagia bersama dengan orang yang anda cintai. Tetapi kenyataannya, yang anda pinang telah mengandung dan notabene anak yang ada dalam kandungannya itu bukanlah darah daging anda. Tidakkah seketika itu juga impian anda untuk hidup bahagia menjadi buyar, bukan?

Tetapi Yusuf bukanlah saya dan bukan pula anda. Ia adalah Yusuf yang "TULUS HATI", seorang yang memiliki kepribadian yang tangguh dalam menghadapi masalah.

Ketika Yusuf menghadapi perkara tersebut, ia menghadapinya dengan kepala dingin. Pertimbangan nuraninya bekerja dengan baik. Ia bukanlah seorang yang gegabah dalam mengambil keputusan dan bukan juga seorang yang cepat dalam menjustifikasi orang lain. Kata-kata dalam Mat. 1:19 menunjukkan karakter Yusuf, -(yang dalam konteks dunia kita sekarang)-, sudah menjadi sangat langka (sulit) untuk menemukan karakter yang demikian. Dicatat: "Yusuf itu adalah seorang yang TULUS HATI dan tidak mau mencemarkan nama baik orang di depan umum".

Saudaraku...
Sering kita bertanya: "apakah standar yang dapat dipakai untuk menilai seseorang bahwa ia itu TULUS atau TIDAK TULUS?".

Dari firman Tuhan hari ini, saya dapat menarik beberapa simpulan untuk menjadi bahan perenungan bersama:

(1). Takut Akan Tuhan.

Orang yang TULUS HATI adalah seorang yang TAKUT AKAN TUHAN dan karena itu, ia membiarkan hidupnya disoroti oleh firman Tuhan serta berusaha untuk mempraktekkan firman itu tanpa bla-bla-bla-bla. Orang yang TULUS HATI adalah orang yang TAHU DIRI bahwa ia hanyalah seorang pendosa di hadapan Tuhan sehingga tidak ada sesuatu yang melekat pada dirinya yang patut ditonjol-tonjolkan atau pun dibangga-banggakan. Karena itu, orang yang TULUS HATI adalah seorang yang 100% "mempercayakan hidupnya di bawah otoritas Tuhan".

(2). Berempati dan Bertenggang-Rasa.

Seorang yang TULUS HATI adalah seorang yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi ia tahu apa yang disebut dengan EMPATI. Karena itu ia berusaha untuk memikirkan dan melakukan yang terbaik bagi sesamanya alias SUKA BERBAGI. Di samping itu, ia tahu apa yang disebut dengan TENGGANG-RASA, dan karena itu ia selalu mempertimbangkan setiap keputusan, sikap atau pun tindakannya; apakah itu berdampak positif atau negatif. Dalam kaitan dengan hal ini maka seorang yang TULUS HATI tidak gegabah atau sembarangan dan serampangan dalam mengambil keputusan serta tidak terburu-buru dalam menentukan sikap untuk setiap persoalan yang terjadi.

(3). Ber-Integritas Yang Tinggi.

Seorang yang TULUS HATI tidak bermulut manis atau bercabang lidah serta tidak memiliki nafsu serakah dalam hatinya. Seorang yang TULUS HATI adalah pribadi yang ber-INTEGRITAS TINGGI. Ia memiliki kualitas hidup yang patut diteladani, sebab apa yang diucapkan adalah bahasa hati untuk menghadirkan dan menciptakan kebaikan bersama dan ucapannya itu benar-benar dipraktekkan dalam tindakan yang tulus dan tak berharap pamrih.
Ya...orang yang TULUS HATI adalah pribadi yang EXCELLENT, karena KATA dan PERBUATAN-nya itu MENYATU.

(4). Berjiwa HAMBA
.

Seorang yang TULUS HATI adalah seorang yang tidak "Gila Hormat dan Haus Pujian" sekalipun ia pantas untuk dihormati dan dipuji karena kebajikannya. Orang yang TULUS HATI adalah seorang yang menunjukkan komitmen pelayanan yang tinggi karena ia memiliki KARAKTER HAMBA. Seorang Hamba memberikan seluruh hidupnya untuk melayani Sang Tuan dan berusaha untuk menyenangkan hati Sang Tuan. Dalam kaitan dengan hal ini maka saya hendak mengatakan bahwa seorang yang TULUS HATI berkarakter RENDAH HATI sehingga ia selalu menilai setiap kata dan perbuatannya sebagai PERSEMBAHAN HATI bagi kemuliaan Tuhan dan kebaikan bagi sesama.

Saudaraku...
Orang yang TULUS HATI dalam Alkitab disejajarkan dengan orang yang SUCI HATINYA. Dan orang yang demikian menurut Matius 5:8 adalah seorang yang paling "Berbahagia, karena mereka akan melihat Allah". Tidakkah hal yang demikian menjadi kerinduan kita bersama.

Selamat beraktivitas.
Selamat menanti episode selanjutnya.
Tuhan memberkatimu.

(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love