Sebuah Catatan Minggu Adven IV.
(Masale, 24 Desember 2017 - Pdt. Joni Delima).
"Ecce ancilla Domini: fiat mihi secundum verbum tuum = Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38)".
Saudaraku...
Memasuki Minggu Adven IV, terasa sudah bahwa nuansa Natal telah mewarnai seluruh aktifitas kehidupan semua orang. Ornamen Natal, Kidung Natal, Pakaian Natal - Sinterklas, Kesibukan diseputaran Kegiatan Perayaan Natal, dan lain-lain dengan mudah dijumpai di mana-mana. Nuansa Natal bukan hanya dijumpai di Gedung Gereja, tetapi kita juga jumpai di tempat-tempat umum - fasilitas public; di Mall, Super Market dan Mini Market, Restoran atau Rumah Makan, Kantor bahkan di jalan-jalan. Semua yang ditampilkan dalam menyambut Natal adalah ungkapan hati yang diliputi sukacita, baik dari mereka yang mengerti makna Natal itu sendiri maupun yang sama sekali tidak mengerti atau memahami Natal yang sesungguhnya.
Di Minggu Adven IV terjadi perubahan warna lilin, dari Warna Merah Muda ke Warna Ungu. Tentu hal ini akan menimbulkan tanda tanya: mengapa demikian? Tidakkah warna ungu adalah simbol dari kedukaan, padahal baru saja di Minggu Adven III kita menyalakan Lilin Warna Merah Muda yang adalah simbol SUKACITA? Ada apa dengan perubahan ini?
Lilin Ungu di Minggu Adven IV sering disebut Lilin Peace, atau Lilin Perdamaian. Lilin ini menyimpulkan seluruh rangkaian perjalanan masa Adven: dari keadaan yang tak berpengharapan karena dosa yang menekan, kemudian terdengar warta atau berita tentang keberpihakan Allah yang tidak menginginkan ciptaanNya binasa, sehingga dengan hal ini membangkitkan pengharapan yang baru akan kehadiran Sang Masias yang akan memulihkan keadaan umat; dan itulah Minggu Adven I (Hope). Dan hal ini hanya dimungkinkan oleh karena KASIH, sebab manusia sendiri sama sekali tidak memiliki sesuatu pada dirinya yang dapat diandalkan untuk dibenarkan di hadapan Allah; itulah Minggu Adven II (Love). Dan karena begitu besar KASIH Allah akan dunia ini, sehingga Kristus menjadi jaminan keselamatan yang satu-satunya, dan yang olehnya, umat mengalami SUKACITA. Itulah Minggu Adven III (Joy). Dan Sukacita ini menjadi sempurna karena Kristus menjadi Pengantara PENDAMAIAN, di mana karena hal ini sehingga kita dibenarkan di hadapan Allah. Fakta ini disampaikan oleh 1 Yoh. 2:1b-2... "Namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan IA adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga dosa untuk seluruh dunia". Sedangkan dalam Mat. 1:21 mencatat bahwa: "Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka". Ya... di dalam, oleh dan melalui Yesus Kristus, Sang Putra Natal; Allah mendamaikan diriNya dengan manusia. Itulah Minggu Adven IV (Peace).
Untuk mewujudkan Pendamaian tersebut, maka Maria mendapat kasih karunia di hadapan Allah. Inilah makna perubahan Warna Lilin dari Merah Muda ke Warna Lilin Ungu, di mana Maria dalam kepasrahannya, mau dipakai oleh Allah menjadi sarana untuk maksud yang mulia tersebut. Sukacita sorgawi dijawab dengan pengorbanan dirinya untuk melakukan kehendak Bapa demi keselamatan dunia ini. Itulah sebabnya maka Lilin Minggu Adven IV sering pula disebut Lilin Bunda Maria.
Dengan demikian Lilin Warna Ungu di Minggu Adven IV adalah simbol kerelaan hati yang tulus untuk berkorban. Dan saya sendiri mau mengatakan kepada anda bahwa, tidak mudah untuk menerima tanggung jawab yang Tuhan berikan sebagaimana yang diterima oleh Maria. Sebab resikonya sangat besar. Coba perhatikan; Lukas mencatat bahwa Maria masih PERAWAN dan ia sudah bertunangan dengan YUSUF. Tentu tanggung jawab ini mengandung konsekwensi yang sangat berat; sebab bisa saja Maria dituduh mengandung di luar ikatan NIKAH dan hal ini adalah PERZINAHAN yang hukumannya sangat mengerikan: "Dirajam dengan Batu sampai mati". Di samping itu, ia akan kehilangan "Kepercayaan dan Harga Diri/Martabat" di hadapan Yusuf sebab bisa saja Yusuf menganggap Maria telah mengkhianati janji pertunangan mereka untuk menjadi suami-istri.
Tetapi ucapan Malaikat Gabriel meneguhkan Maria: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah (Luk. 1:35)". Ucapan inilah yang kemudian melahirkan sikap yang agung dari seorang perempuan yang bernama Maria: "Ecce Ancilla Domini: fiat mihi secundum verbum tuum = sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Ya...seorang hamba yang baik dan setia akan berusaha melakukan apa yang dikehendaki sang tuan. Seorang hamba yang baik dan setia, dengan hati tulus, selalu siap menerima tanggungjawab tanpa memperhitungkan resiko yang akan menimpanya.
Karena itu, Minggu Adven IV mengajak kita untuk mengucapkan hal yang sama dalam rangka menyambut Datangnya NATAL: "Ecce Ancilla Domini". Mari Rayakan Natal tanpa sungut-sungut.
(Masale, 24 Desember 2017 - Pdt. Joni Delima).
"Ecce ancilla Domini: fiat mihi secundum verbum tuum = Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38)".
Saudaraku...
Memasuki Minggu Adven IV, terasa sudah bahwa nuansa Natal telah mewarnai seluruh aktifitas kehidupan semua orang. Ornamen Natal, Kidung Natal, Pakaian Natal - Sinterklas, Kesibukan diseputaran Kegiatan Perayaan Natal, dan lain-lain dengan mudah dijumpai di mana-mana. Nuansa Natal bukan hanya dijumpai di Gedung Gereja, tetapi kita juga jumpai di tempat-tempat umum - fasilitas public; di Mall, Super Market dan Mini Market, Restoran atau Rumah Makan, Kantor bahkan di jalan-jalan. Semua yang ditampilkan dalam menyambut Natal adalah ungkapan hati yang diliputi sukacita, baik dari mereka yang mengerti makna Natal itu sendiri maupun yang sama sekali tidak mengerti atau memahami Natal yang sesungguhnya.
Di Minggu Adven IV terjadi perubahan warna lilin, dari Warna Merah Muda ke Warna Ungu. Tentu hal ini akan menimbulkan tanda tanya: mengapa demikian? Tidakkah warna ungu adalah simbol dari kedukaan, padahal baru saja di Minggu Adven III kita menyalakan Lilin Warna Merah Muda yang adalah simbol SUKACITA? Ada apa dengan perubahan ini?
Lilin Ungu di Minggu Adven IV sering disebut Lilin Peace, atau Lilin Perdamaian. Lilin ini menyimpulkan seluruh rangkaian perjalanan masa Adven: dari keadaan yang tak berpengharapan karena dosa yang menekan, kemudian terdengar warta atau berita tentang keberpihakan Allah yang tidak menginginkan ciptaanNya binasa, sehingga dengan hal ini membangkitkan pengharapan yang baru akan kehadiran Sang Masias yang akan memulihkan keadaan umat; dan itulah Minggu Adven I (Hope). Dan hal ini hanya dimungkinkan oleh karena KASIH, sebab manusia sendiri sama sekali tidak memiliki sesuatu pada dirinya yang dapat diandalkan untuk dibenarkan di hadapan Allah; itulah Minggu Adven II (Love). Dan karena begitu besar KASIH Allah akan dunia ini, sehingga Kristus menjadi jaminan keselamatan yang satu-satunya, dan yang olehnya, umat mengalami SUKACITA. Itulah Minggu Adven III (Joy). Dan Sukacita ini menjadi sempurna karena Kristus menjadi Pengantara PENDAMAIAN, di mana karena hal ini sehingga kita dibenarkan di hadapan Allah. Fakta ini disampaikan oleh 1 Yoh. 2:1b-2... "Namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan IA adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga dosa untuk seluruh dunia". Sedangkan dalam Mat. 1:21 mencatat bahwa: "Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka". Ya... di dalam, oleh dan melalui Yesus Kristus, Sang Putra Natal; Allah mendamaikan diriNya dengan manusia. Itulah Minggu Adven IV (Peace).
Untuk mewujudkan Pendamaian tersebut, maka Maria mendapat kasih karunia di hadapan Allah. Inilah makna perubahan Warna Lilin dari Merah Muda ke Warna Lilin Ungu, di mana Maria dalam kepasrahannya, mau dipakai oleh Allah menjadi sarana untuk maksud yang mulia tersebut. Sukacita sorgawi dijawab dengan pengorbanan dirinya untuk melakukan kehendak Bapa demi keselamatan dunia ini. Itulah sebabnya maka Lilin Minggu Adven IV sering pula disebut Lilin Bunda Maria.
Dengan demikian Lilin Warna Ungu di Minggu Adven IV adalah simbol kerelaan hati yang tulus untuk berkorban. Dan saya sendiri mau mengatakan kepada anda bahwa, tidak mudah untuk menerima tanggung jawab yang Tuhan berikan sebagaimana yang diterima oleh Maria. Sebab resikonya sangat besar. Coba perhatikan; Lukas mencatat bahwa Maria masih PERAWAN dan ia sudah bertunangan dengan YUSUF. Tentu tanggung jawab ini mengandung konsekwensi yang sangat berat; sebab bisa saja Maria dituduh mengandung di luar ikatan NIKAH dan hal ini adalah PERZINAHAN yang hukumannya sangat mengerikan: "Dirajam dengan Batu sampai mati". Di samping itu, ia akan kehilangan "Kepercayaan dan Harga Diri/Martabat" di hadapan Yusuf sebab bisa saja Yusuf menganggap Maria telah mengkhianati janji pertunangan mereka untuk menjadi suami-istri.
Tetapi ucapan Malaikat Gabriel meneguhkan Maria: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah (Luk. 1:35)". Ucapan inilah yang kemudian melahirkan sikap yang agung dari seorang perempuan yang bernama Maria: "Ecce Ancilla Domini: fiat mihi secundum verbum tuum = sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Ya...seorang hamba yang baik dan setia akan berusaha melakukan apa yang dikehendaki sang tuan. Seorang hamba yang baik dan setia, dengan hati tulus, selalu siap menerima tanggungjawab tanpa memperhitungkan resiko yang akan menimpanya.
Karena itu, Minggu Adven IV mengajak kita untuk mengucapkan hal yang sama dalam rangka menyambut Datangnya NATAL: "Ecce Ancilla Domini". Mari Rayakan Natal tanpa sungut-sungut.
No comments:
Post a Comment