Laman

Wednesday, December 20, 2017

Natal Dalam Pengharapan Terciptanya Dunia Yang Damai

Khotbah Untuk Ibadah Dan Perayaan Natal
Gereja Toraja Jemaat Masale
Rabu, 20 Desember 2017


Bacaan : Yesaya 11 : 1 - 10.

Nats: "Serigala akan tinggal bersama domba dan macam tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan mengiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus, sebab seluruh bumi penuh pengenalan akan Tuhan (Yes. 11:6-9)".

Saudara-saudara sidang masa-raya Natal yang dikasihi Tuhan.
Pertama-tama saya hendak mengucapkan: Shalom dan selamat Natal buat saudara sekalian, semoga Natal tahun ini benar-benar melahirkan sukacita bagi kita semua dan lebih dari pada itu adalah semoga Natal yang kita rayakan ini membawa damai di hati; sama seperti penggalan kedua dari lirik lagu "Kenangan Natal Masa Kecil" yang dinyanyikan oleh kelompok band Black Sweet:
"Semua bergembira, rayakan Natal bersama-sama, tiada rasa duka, tiada rasa benci. Yang ada hanya KEDAMAIAN".

Dan tahukah saudara-saudara bahwa ketika kita merayakan Natal, sesungguhnya kita sedang merayakan kehidupan yang penuh dengan rasa damai. Itulah sebabnya maka tema Natal untuk tahun ini dari PGI dan KWI berbicara tentang "DAMAI = PEACE". Dan ingatlah bahwa Gereja Tuhan sekarang ini sadar di mana ada bahaya besar yang sedang mengancam dan hendak menghancurkan kehidupan bersama dalam dunia ini yang adalah Rumah Bersama (Oikos) sehingga keadaan DAMAI itu menjadi sirna, yakni Egoisme dan Hedonisme.

Saya hendak mengajak saudara untuk menggambarkan tentang dunia yang kehilangan DAMAI.
Dunia yang kehilangan DAMAI sama seperti seseorang yang sedang berjalan dalam kegelapan. Semua nampak hitam-pekat; sehingga orang tersebut tak tahu siapa yang ada di depannya dan ia tak tahu juga ke arah mana harus melangkah. Seseorang yang terperangkap dalam kegelapan hanya mampu untuk meraba-raba dan juga mengira-ngira bahwa tempat di mana ia berada itu aman, sekalipun fakta menyatakan bahwa hatinya tidak akan pernah merasa aman dalam kondisi seperti itu. Karena itu, mungkinkah ia dapat bertahan lama dalam kondisi kegelapan yang dialaminya, dan saya mau katakan: "nonsense ia dapat bertahan". Sebab kegelapan akan membuat ia kehilangan asa dan pada akhirnya ia membinasakan dirinya sendiri. Mengapa? Karena ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Sehebat dan sekuat apapun seorang petinju, ketika ia berada dalam kegelapan, maka mustahil ia dapat mengarahkan tinjunya tepat pada sasaran. Justru tenaganya akan terkuras habis karena ia terus bergerak dan memukul tanpa mengenai sasaran.

Dunia yang kehilangan DAMAI sama seperti seseorang yang terperangkap di tengah kubangan lumpur isap. Semakin ia bergerak untuk keluar dari keadaan itu, semakin ia tenggelam. Ya...dunia yang kehilangan DAMAI saya bisa gambarkan seperti umat Israel yang terperangkap di antara dua fakta yang mustahil dapat ditaklukkannya; yakni bentangan luas Laut Teberau yang ada di depan mereka sedangkan kekuatan Mesir bergerak mengejar mereka dari belakang.

Saudara-saudara sidang masa-raya Natal yang dikasihi Tuhan.
Keadaan yang DAMAI adalah dambaan semua orang bahkan sangat dirindukan oleh sekalian makhluk. Satu kata dalam bahasa Ibrani untuk menggambarkan keadaan tersebut adalah "SHALOM". Kata ini mengandung makna yang sangat dalam dan sangat luas, lebih dari pada yang mungkin saudara bisa pahami.

Kata SHALOM bisa dipakai untuk menunjukkan keadaan atau kondisi suatu bangsa atau negara yang menghargai makna kesatuan, di mana bangsa tersebut tidak terpecah-belah atau tidak terkotak-kotakkan, maka dapat dikatakan bahwa bangsa atau negara tersebut ada dalam keadaan SHALOM. Demikianlah ketika peralihan Raja di Israel dari Saul kepada Daud, maka dikisahkan bahwa: "Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: ketahuilah, kami ini adalah darah dagingmu (2 Sam. 5:1)". Sehingga dalam konteks ini kata SHALOM berarti "Utuh sebagai Satu Bangsa" atau "Tidak Tercerai-berai".

Kata SHALOM juga dapat dipakai untuk menunjukkan atau menggambarkan tentang dua orang atau dua kelompok di mana untuk beberapa waktu hubungan di antaranya terputus atau renggang karena kesalah-pahaman. Lalu keduanya menjadi sadar dan menyatakan sikap untuk rujuk kembali dan menyelaraskan hidup bersama. Demikianlah yang terjadi ketika Esau sekian lama terpisah dari Yakub, dan saat pertemuan itu tiba, maka dikisahkan bahwa: "Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka (Kej. 33:4)". Sehingga dalam konteks seperti ini, SHALOM mengandung makna "Hidup dalam Keselarasan atau Hidup dalam Harmoni".

Kata SHALOM juga dapat dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan di mana segala kebutuhan kita terpenuhi, seperti yang Tuhan firmankan: "Lumbung-lumbungmu akan terisi penuh sampai berlimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya (Ams. 3:10)". Sehingga dalam konteks seperti ini, SHALOM mengandung makna "Hidup Makmur Berlimpah Berkat Jasmani".

Kata SHALOM juga menunjuk pada suatu keadaan di mana seseorang sedang melakukan perjalanan melintasi tempat yang sangat berbahaya, namun ia bisa tiba dengan selamat ke tujuan, sama seperti ungkapan Daud dalam Mzm. 23:4..."Sekali pun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku". Sehingga dalam konteks seperti ini, SHALOM mengandung arti "Selamat Tiba di Tujuan".

Kata SHALOM juga menunjuk pada suasana batin yang sudah dipuaskan oleh karena harapannya sudah tercapai, sehingga ia merasakan ketenangan untuk menghadapi kematiannya. Hal inilah yang ditunjukkan oleh Simeon ketika ia berkata: "Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripadaMu (Luk. 2:29-30)". Sehingga dalam konteks seperti ini, SHALOM mengandung arti "Beristirahat atau mati Dalam Damai - RIP".

Dan saya mau tegaskan kepada saudara-saudara bahwa SHALOM bukanlah hasil usaha atau jerih lelah manusia, tetapi hal tersebut adalah PEMBERIAN atau RAHMAT atau ANUGERAH = GRACE yang datang dari Allah. Dalam konsep inilah maka saya hendak mengatakan bahwa NATAL adalah 100% inisiatif Tuhan untuk memberikan DAMAI-NYA kepada manusia yang sudah kehilangan DAMAI. NATAL adalah GRACE from GOD yang olehnya manusia mengalami DAMAI = SHALOM/PEACE.

SHALOM yang adalah GRACE dari Tuhan memang tidak terjangkau oleh akal budi manusia. Siapakah yang dapat menerima sebagai satu kebenaran tentang fakta atau realita sebagaimana yang digambarkan oleh nabi Yesaya: "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring disamping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedangkan singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tudung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak (Yes. 11:6-8)". Nalar manusia dunia ini tidak akan pernah menerima fakta demikian dan semua itu dianggap sebagai kebohongan. Tetapi sebagai orang yang percaya, kita meyakini bahwa keadaan yang demikian adalah BENAR, sebab Tuhan sendiri yang melakukannya. Ketika Tuhan meninggalkan kebesaranNya dan hadir dalam kemanusiaan, maka hal tersebut tidak dapat diterima oleh pertimbangan dan akal budi manusia; tetapi dengan iman, kita yang percaya akan mengatakan "YA dan AMIN".

Saudara-saudaraku...
Memang kita tidak dapat pungkiri bahwa dunia ini bisa saja menawarkan rasa DAMAI dengan segala kemudahan, kenikmatan, dan kegemerlapannya; namun semua itu hanyalah sementara. Tidakkah mereka yang hidup dalam kelimpahan harta ternyata mereka pada akhirnya tidak merasa aman dan damai dengan keadaannya? Tidakkah mereka yang berkuasa, memiliki jabatan dan kedudukan yang tinggi, yang telah sukses dalam mencapai prestasi di bidang usaha dan bisnis; ternyata mereka pun merasa tidak nyaman dan damai dengan keadaannya? Ya...dunia bisa saja menawarkan rasa DAMAI, namun DAMAI yang ditawarkan itu sifatnya sesaat. Tetapi DAMAI yang dibawa dan diberikan oleh Yesus lebih dari segala-galanya dan sifatnya abadi. Itulah sebabnya Ia bersabda: "Damai sejahteraKu Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Keberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh. 14:27)".

Jikalau DAMAI yang sesungguhnya itu 100% adalah GRACE from GOD, maka tidak ada jalan lain bagi kita agar kita dapat mengalami hal tersebut selain: "kita harus ada di dalam Dia dan Dia ada di dalam kita. Sebab di luar Dia, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh. 15:5)". Singkatnya adalah: "seluruh kehidupan kita harus takluk di bawah otoritas Kristus". Dan itulah tujuan dari tema Natal bersama PGI dan KWI: "Hendaklah Damai Sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu (kol. 3:15)".

Dan sebagai orang-orang yang telah menerima DAMAI itu, maka kita harus menjadi DUTA-DUTA PERDAMAIAN. Ya...kita harus menjadi motor penggerak dalam menghadirkan DAMAI dalam keluarga kita, dalam masyarakat di mana kita berada, dalam lingkungan kerja kita dan dalam persekutuan kita. Dengan ber-NATAL, maka kita harus terus menumbuhkan pengharapan tentang terciptanya dunia yang penuh damai dan itu harus dimulai dari diri kita masing-masing.

Selamat ber-NATAL.
Selamat ber-DAMAI SEJAHTERA.
Selamat ber-BAGI KASIH.
Tuhan Yesus Sang Raja Damai memberkati kita semua.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love