(Masale, hari ke-30 tanggal 30 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Mazmur 51:3-15.
"Sesungguhnya Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku... Jadikanlah hatiku tahir ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh (Mzm. 51:8, 12)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda diberkati oleh Tuhan.
Saudaraku...
Suasana batin anda adalah sesuatu yang abstrak bagi orang lain dan juga bagi diri anda sendiri, dan hal tersebut tidak akan mungkin terselami dan tersimpulkan. Namun hal tersebut dapat dilihat, dirasakan dan atau dinikmati melalui karakter dan perbuatan anda. Jika batin anda terasa tenteram maka anda cenderung berperilaku bijaksana dan penuh kewibawaan serta kepercayaan diri yang begitu tinggi. Jika batin anda tenang dan tenteram maka setiap perilaku atau tindakan anda selalu pada hal-hal yang baik dan mulia. Tetapi jika batin anda gundah-gulana, maka kecenderungan yang nampak pada perilaku anda hanyalah pada hal-hal yang negatif, mudah tersinggung dan cepat naik pitam. Ketika batin anda lagi kacau, maka kepribadian anda tidak lebih dari seekor banteng yang lagi marah, lalu berperilaku kasar, seruduk sana seruduk sini sehingga melahirkan keonaran. Jadi, untuk mengetahui suasana batin seseorang, apakah batinnya tenteram atau tidak tenteram, maka perhatikanlah perilakunya.
Saudaraku...
Tentunya setiap kita tidak berkeinginan untuk mengalami tekanan batin. Kita sangat berharap agar batin kita tenang dan tenteram yang dengan keadaan tersebut, maka sudah barang tentu kita akan maksimal dalam menganyam atau mengelolah serta menikmati kehidupan dengan penuh sukacita. Sebab, manalah mungkin jika hati gundah dan batin tertekan, kita dapat memikirkan dengan baik tentang hidup dan masa depan kita, bukan? Oleh karena itu, suasana batin yang tenteram dan damai adalah hal yang dirindukan semua orang.
Tetapi banyak orang mengajukan pertanyaan ini kepada saya:
Mungkinkan keadaan seperti ini, -(batin yang tenang dan tenteram)-, akan menjadi sebuah kenyataan di tengah-tengah kerasnya perjuangan kehidupan sekarang dalam konteks kekinian?.
Apakah mungkin ketika kebutuhan manusia semakin bertambah-tambah dan untuk memenuhi semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, maka kita dapat mengalami ketenangan batin. Bukankah batin kita semakin berkecamuk dan mengalami kekacauan sehingga pikiran pun menjadi kalut karena dorongan yang begitu kuat untuk memuaskan segala keinginan?.
Terlebih keadaan sebagai makhluk yang berdosa pun turut mempengaruhi suasana batin kita, sehingga batin kita terus terbelenggu dengan pertanyaan: mungkinkah Tuhan masih berkenan atas hidupku karena dosa-dosa masa laluku?.
Jadi sekali lagi, apakah mungkin kita dapat mengalami ketenangan batin di tengah-tengah kerasnya perjuangan untuk mempertahankan kehidupan dan juga dalam kodrat kita sebagai manusia yang telah jatuh ke dalam dosa?.
Saya hanya mau mengatakan kepada anda:
"Mengapa, tidak!".
Semua itu akan menjadi mungkin, bergantung kepada komitmen anda untuk membangun relasi yang intens dengan Tuhan, walau anda merasa diri paling hina dan paling berdosa. Keadaan atau kondisi hidup yang berat karena desakan kebutuhan jasmaniah yang semakin bertambah-tambah, dan juga kondisi batin yang tertekan karena kodrat diri sebagai makhluk yang berdosa; tidak boleh dijadikan penghalang atau pun alasan bagi anda untuk menjauhi Tuhan. Justru semakin anda jauh dari hadapanNya, semakin anda akan terperosok dan pada akhirnya hidup anda akan binasa. Tetapi, semakin anda mendekat kepadaNya, semakin anda akan mengalami ketenangan batin di tengah kondisi ketidak-tenangan yang terjadi. Semakin anda mendekat, semakin anda merasakan sentuhan tangan Tuhan yang penuh kasih memberi kesejukan bagi batin anda yang gundah gulana. Tidakkah Yesus mengatakan hal ini: "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu....belajarlah padaKu, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati dan jiwamu (BATINMU) akan mendapat ketenangan (Mat. 11:28, 29)".
Saudaraku...
Firman Tuhan hari ini adalah pengalaman hidup dari seorang yang bernama Daud. Daud tidak memungkiri apa yang telah diperbuatnya, dan karena perbuatan itu, batinnya gundah-gulana. Ia sadari bahwa sesungguhnya dosa yang telah diperbuat, membelenggu batinnya dan ia berkeluh-kesah karena hal tersebut, namun ia tidak serta-merta takluk oleh kondisi tersebut. Ia bangkit kembali dengan sebuah pengakuan, dan ia datang kepada Tuhan untuk mengharapkan kasihNya.
Apa yang telah dilakukan oleh Daud dalam hal "datang kepada Tuhan", harus menjadi cermin kehidupan bagi kita. Kita tidak boleh menjadikan dosa sebagai alasan untuk menjauhi Tuhan. Justru beban dosa yang membuat batin kita tertekan, harus dilawan dengan tekad yang kuat untuk datang kepada Tuhan, berharap akan belas kasihanNya dan dengan hati yang terbuka, kita mengakui segala keterbatasan serta dosa kita; sehingga dengan tindakan tersebut, kita akan dipulihkan oleh Tuhan. Ya...ketika anda berkomitment untuk datang kepada Tuhan dalam kondisi apapun, maka anda sudah ada pada jalur yang benar dan Tuhan akan memberitahukan apa yang dipandangNya baik demi kehidupan anda.
Itulah sebabnya Daud berkata:
"Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku...Jadikanlah hatiku tahir ya Allah, dan baharuilah batinku dengan roh yang teguh".
Dan ketika Daud dipulihkan, batinnya pun kembali tenang. Karena itu, ia mengatakan demikian: "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari padaNyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku aku tidak akan goyah (Mzm. 62:2, 3)".
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas Refleksinya.
TYM .