Laman

Monday, January 22, 2018

Menyembah Tapi Tak Terjamah (2)

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-23 tanggal 23 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan : Amos 5 : 21 - 27.

"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepadaKu korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah daripadaKu keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar (Amos 5:21-23)". - Bandingkan dengan Yes. 1:11-15 dan Mikha 6:6-8.

Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda diberkati.

Saudaraku...
Saya sangat tertarik dengan salah satu ungkapan yang dikutip oleh Anand Krisnha dalam bukunya "MARANATHA: Mabuk Anggur Kehadiran Tuhan", ya...sebuah ungkapan dari Colton, demikian:

"Manusia bisa bertengkar untuk agama, bisa menulis tentang agama, bisa membunuh dan terbunuh karena agama, apa saja dia dapat lakukan untuk agama; kecuali MELAKONI AGAMA".

Secara singkat saya mau mengartikan ungkapan ini demikian:
"Manusia terkadang sangat fanatis terhadap agamanya sehingga siap berjuang untuk menjaga agamanya agar tidak dikotori, tetapi untuk menjangkau esensi agama serta dilakoni, hal itu sama sekali terlupakan. Suka meributkan kulitnya tetapi isinya dibuang. Suka memperdebatkan atribut agama, tetapi tuntutan hidup beragama diabaikan".

Tentu dalam konteks kehidupan kekinian, bukan lagu suatu rahasia umum. Begitu banyak orang yang tampak dari luar sangat agamais: di mana kehidupan ritual dijalani begitu ketat, melabeli tubuh dengan atribut agama mulai dari kepala sampai ke ujung kaki, mulut tak pernah berhenti mengucapkan nama Allah bahkan dalam kondisi marah sambil mengumpat dan mengutuki tak dianggap berdosa untuk melafalkan kebesaran Allah. Jangankan tubuh yang dilabeli seabrek simbol agama; rumah, jalan, sudut-sudut kota, semua berhiaskan simbol agama.

Tapi apakah dengan semua itu menjadi jaminan bahwa semua orang yang mengaku agamais sungguh-sungguh hidup melakoni tuntutan agamanya?.

Atau apakah dengan semua itu sudah menjadi jaminan yang pasti bahwa semua orang telah menjadi Penyembah-penyembah yang benar di hadapan Allah?.

Saudaraku...
Sesungguhnya kehidupan beragama Israel pada zaman nabi Amos terkadang menjadi gambaran yang nyata dari kehidupan persekutuan dari orang-orang yang mengklaim diri sebagai anak-anak Tuhan pada zaman ini. Kesemarakan peribadahan yang ditandai dengan musik dan nyanyian yang memekakkan telinga mengiringi ritual atau penyembahan, interior atau desain ruangan dengan dekorasi warna-warni serta lighting dengan biaya yang cukup mahal seolah-olah menjadi standart sebuah penyembahan yang sesungguhnya. Belum lagi semangat umat untuk bersorak dan bertepuk tangan dalam mengakhiri sebuah pujian ataupun mendengarkan firman Tuhan. Umat tidak akan tinggal diam ketika diajak untuk memberi kemuliaan bagi Allah. Ya...umat akan memberikan standing applause ketika diajak memberi kemuliaan bagi Allah.

Tetapi bagaimana respons dari Tuhan ketika menyaksikan semua itu?.

Apakah hati Tuhan senang? Ataukah Ia bergembira karena diagungkan dengan cara-cara yang demikian?.

Oh.....
Ternyata Tuhan jijik menyaksikan perilaku ibadah yang demikian.
Ternyata Tuhan bosan mendengarkan pujian dan musik yang bertalu-talu hingga melampaui ambang yang dapat diterima oleh gendang telinga.
Ternyata Tuhan muak dengan persembahan-persembahan yang dipersembahkan di hadapanNya sekali pun banyak dan melimpah.
Ternyata Tuhan tidak suka dengan perayaan-perayaan yang bertabur simbol-simbol agama.

Jikalau demikian, ibadah seperti apa yang berkenan kepadaNya?.

Saudaraku...
Saya berani mengatakan bahwa Tuhan tidak terlalu menuntut kehidupan ritual yang ketat yang harus kita jalani, dan Ia juga tidak berharap banyak dari korban-korban persembahan yang kita berikan. Tuhan tidak mau ambil pusing dengan segala simbol-simbol keagamaan.
Yang Tuhan inginkan, -(dan itulah ibadah yang sejati)-, yakni "Menegakkan Kebenaran dan Keadilan". Bahkan hal yang sama disampaikan oleh nabi Mikha di mana ia mengatakan demikian: "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu (Mikha 6:8)".
Jadi ibadah yang dikehendaki oleh Tuhan adalah ibadah dalam tindakan atau ibadah dalam laku, yakni: berempati bagi kaum yang tertindas dan terpinggirkan, menolong mereka yang lemah dan tak berdaya, serta siap berkorban demi tegaknya kebenaran dan keadilan. Dan seruan inilah yang disampaikan oleh nabi Amos kepada kita supaya sungguh-sungguh kita menjadi "Penyembah-penyembah yang benar" dan dengan itu kita akan mengalami "Jamahan KuasaNya".

Karena itu saudaraku...
Praktek beragama yang benar adalah menumbuhkan gairah kehidupan ketika ada ancaman kematian, memberi kesejukan ketika dahaga kebencian melanda, menciptakan rasa damai ketika terjadi permusuhan, dan menghadirkan persaudaraan ketika ada perseteruan.

Dengan demikian, usahakanlah dirimu untuk terhindar dari penyembah yang tak terjamah. Jadikanlah hidupmu berkat bagi orang lain, maka Tuhan akan menjamahmu.

Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

1 comment:

  1. Amin...Amin...Amin...
    Baiklah hidup kita ini menjadi berkat pada orang lain.
    Trima kasih atas Refleksinya.
    TYM .

    ReplyDelete

Web gratis

Web gratis
Power of Love