Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-22 tanggal 22 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Yesaya 29:9-16.
"Dan Tuhan telah berfirman: oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari padaKu, dan IBADAH-nya kepadaKu hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda tetap diberkati dan berlimpah dengan sukacita.
Saudaraku...
Setiap kali ketika saya mengambil saat teduh, -(dalam suasana yang begitu hening)-, hati saya sangat tersentuh ketika melantunkan pujian dari PKJ. 199. Dan jujur saya mau mengatakan kepada anda bahwa setiap kali saya menyanyikannya, mata saya berkaca-kaca dan tak terasa airmata saya pun mulai menetes. Syair atau liriknya sangat singkat namun membuat batin saya mengembara ke masa lalu. Saya berusaha mengingat apa yang telah terjadi, yang olehnya hidup saya tercemar. Tetapi bersamaan dengan itu; saya pun berusaha mengingat, bagaimana di tengah keadaan saya yang penuh dengan noda dosa, kasih Tuhan tak pernah sirna hanya oleh keberdosaanku.
Ketika saya merenungkan masa laluku, saya pun diantar untuk memandangi hari-hari saya di masa kini. Ya...masihkah tingkah langkahku yang dulu sama seperti yang nampak di hari ini, sedangkan kasih Tuhanku tidak pernah berubah; kasihNya tetap sama di hari kemarin dan di hari ini. Dan apa yang kulakukan hari ini menuntun batin saya untuk menembusi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang jika saya masih tetap mengeraskan hati untuk tidak berubah.
Demikian Lirik dari PKJ. 199:
Dulu 'ku tertindih dosa, oleh malu terbeban.
Tangan Yesus menyentuhku, diubah diriku olehNya.
Dijamah 'ku dijamah, meluap sukacitaku.
Tuhan Yesus menjamahku, diriku ciptaan baru.
Saat kuterima Yesus, jadi baru diriku.
Tak 'ku berhenti memuji, memuji Dia selamanya.
Dijamah 'ku dijamah, meluap sukacitaku.
Tuhan Yesus menjamahku, diriku ciptaan baru.
Saudaraku....
Saya sengaja mengemukakan hal ini untuk mengantar anda melihat dengan mata batin anda, apakah sungguh anda telah menjadi "Penyembah-penyembah Yang Benar" di hadapan Allah?
Sebab, terus terang, ada orang yang datang dan mengatakan hal ini kepada saya:
"Pak pendeta....apa yang salah pada diri saya. Saya selama ini rajin mengikuti ibadah dan persekutuan-persekutuan doa; namun saya tidak pernah merasakan dampak apapun dari padanya. Justru kehidupan saya semakin kacau, pikiran saya galau dan harapan saya tentang masa depan pun jadi sirna".
Sementara itu, ada pula yang datang dan mengatakan:
"Puji Tuhan....selama saya tekun beribadah dan rutin melakukan dan menjadwalkan jam-jam doa, saya sungguh-sungguh merasakan betapa dahsyatnya kuasa dari ibadah dan doa itu sendiri. Hidup saya sekarang semakin berubah dan usaha serta keluarga saya terus diberkati".
Jadi, pertanyaannya adalah:
Mengapa ada orang yang sama sekali tidak merasakan dampak dari sebuah penyembahan atau ibadah, sedangkan ada pula orang yang dengan sungguh-sungguh mengakui bahwa ada kuasa di balik Ibadah dan Doa itu sendiri?.
Kalau demikian, bagaimana seharusnya ibadah dan doa-doa kita sehingga kita dapat merasakan kuasa yang tersimpan di dalamnya?.
Saudaraku...
Firman Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana ibadah atau penyembahan serta doa-doa yang kita lakukan dan nyatakan di hadapan Allah. Ada bebarapa hal yang membuat Allah merasa muak dengan peribadahan atau penyembahan serta doa-doa kita:
Yang pertama: Mulut dan bibir yang dekat pada Allah, namun hatinya menjauh.
Dan jujur kita harus akui bahwa, kita sering mendekatkan diri kepada Allah hanya dengan mulut dan memuliakan serta mengagungkan namaNya hanya dengan bibir; tetapi HATI kita menjauh dari padaNya. Sering kita hanya mengaktualisasikan diri kita di depan orang sehingga nampak bahwa kita ini adalah manusia yang agamais; tetapi hati kita penuh dengan kebusukan dan niat yang jahat. Aktualisasi diri sebagai pribadi agamais yang kita pertontonkan hanya bertujuan untuk mendapatkan pujian dan kehormatan, sanjungan dan penerimaan, sehingga Allah yang disembah justru dijadikan bemper untuk mencapai maksud tersebut. Coba anda lihat kecenderungan manusia agamais saat ini. Mulut mereka mengatakan bahwa mereka adalah pribadi yang bertawaqkal, bibir mereka begitu mudah menyebutkan nama Allah, atribut-atribut agama dipertontonkan mulai dari kepala sampai ke ujung kaki; tetapi faktanya, tingkah langkah mereka sangat jauh dari tuntutan dan perintah Tuhan, dan sungguh hati mereka penuh dengan kejahatan.
Yang kedua: Ibadah yang Formalistis.
Aktifitas penyembahan atau ibadah serta jam-jam doa yang dilakukan hanya sebatas formalisme, atau dalam bahasa nabi Yesaya: "perintah manusia yang dihafalkan", tidak akan pernah membawa dampak yang signifikan dalam merubah karakter atau perilaku hidup anda. Sekali pun beribu-ribu kali anda melakukannya, akan menjadi percuma. Jadi jika ibadah hanya program atau rutinitas yang dilakukan tanpa didasari dengan panggilan hati nurani, maka hal itu menjadi kekejian bagi Allah. Dan ingatlah bahwa, ibadah bukanlah bahasa tubuh yang dikendalikan oleh rasa, seperti wayang kulit yang hanya mungkin dapat bergerak jika dikendalikan oleh sang dalang menurut keinginannya, tetapi ibadah adalah bahasa hati yang haus akan kehadiran Tuhan dan bahasa nurani yang selalu rindu untuk dibaharui.
Bukankah Rasul Paulus sudah memperingatkan kecenderungan manusia di kemudian hari yang hanya melakukankan ibadahnya untuk memuaskan nafsu dan menutupi niatnya yang selalu suka pada hal-hal yang jahat: "Karena akan datang waktunya, orang tidak lagi dapat menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan mukanya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2 Tim. 4:3-4)". Karena itu, berhati-hatilah dengan ibadah yang formalisme; suatu ibadah yang hanya dilakukan untuk memuaskan keinginan telinga, bukan ibadah yang mengantar setiap pribadi kepada pertobatan.
Jika demikian, bagaimana sikap yang benar sehingga penyembahan atau ibadah serta doa-doa kita itu berkenan kepada Tuhan dan hal tersebut akan memberi dampak yang membawa perubahan dalam hidup kita?.
Saudaraku...
Saya mau mengatakan bahwa penyembahan atau ibadah serta doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan sangat ditentukan oleh kesadaran diri kita bahwa kita adalah seorang yang hina dan berdosa. Ya... sebenarnya kita tak layak atau tak pantas untuk datang kepadaNya. Kita harus menyadari diri kita sebagai pribadi yang sangat lemah karena keberdosaan dan karena itu kita membutuhkan belas kasihan dari Tuhan untuk dijamah dan dipulihkan. Kita harus menyadari bahwa Tuhan mengenal dengan baik siapa kita dan Dia tahu betapa hinanya kita ini, sehingga tak pantas kita untuk menyombongkan diri atau pun memaksa Allah untuk mengikuti apa maunya kita; justru kitalah yang harus mengikuti apa maunya Allah.
Cobalah anda perhatikan ayat 16..."Betapa kamu memutar-balikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata kepada yang membuatnya: bukan dia yang membuat aku, dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: ia tidak tahu apa-apa".
Sungguh saudara-saudaraku....kita sering lupa diri bahwa kita ini hanyalah ciptaan yang lemah, hanya tanah liat; lalu mengapa kita sering menganggap diri kita lebih dari pada Allah dan bahkan mau mengatur Allah menurut selera kita. Dan lebih aneh lagi, banyak yang sok agamais sehingga mengklaim dirinya sebagai pemilik sorga, lalu dengan mudahnya mengkofar-kafirkan sesamanya.
Ingatlah:
Penyembahan yang dikehendaki Allah adalah Penyembahan dalam "Kerendahan Hati". Jika demikian, maka anda akan merasakan sendiri kuasa penyembahan itu akan merubah kehidupan anda, sehingga hidup anda jauh lebih baik dari pada hari kemarin. Jadilah Penyembah-penyembah yang terjangkau oleh jamahan kuasa Allah.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-22 tanggal 22 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Yesaya 29:9-16.
"Dan Tuhan telah berfirman: oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari padaKu, dan IBADAH-nya kepadaKu hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda tetap diberkati dan berlimpah dengan sukacita.
Saudaraku...
Setiap kali ketika saya mengambil saat teduh, -(dalam suasana yang begitu hening)-, hati saya sangat tersentuh ketika melantunkan pujian dari PKJ. 199. Dan jujur saya mau mengatakan kepada anda bahwa setiap kali saya menyanyikannya, mata saya berkaca-kaca dan tak terasa airmata saya pun mulai menetes. Syair atau liriknya sangat singkat namun membuat batin saya mengembara ke masa lalu. Saya berusaha mengingat apa yang telah terjadi, yang olehnya hidup saya tercemar. Tetapi bersamaan dengan itu; saya pun berusaha mengingat, bagaimana di tengah keadaan saya yang penuh dengan noda dosa, kasih Tuhan tak pernah sirna hanya oleh keberdosaanku.
Ketika saya merenungkan masa laluku, saya pun diantar untuk memandangi hari-hari saya di masa kini. Ya...masihkah tingkah langkahku yang dulu sama seperti yang nampak di hari ini, sedangkan kasih Tuhanku tidak pernah berubah; kasihNya tetap sama di hari kemarin dan di hari ini. Dan apa yang kulakukan hari ini menuntun batin saya untuk menembusi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang jika saya masih tetap mengeraskan hati untuk tidak berubah.
Demikian Lirik dari PKJ. 199:
Dulu 'ku tertindih dosa, oleh malu terbeban.
Tangan Yesus menyentuhku, diubah diriku olehNya.
Dijamah 'ku dijamah, meluap sukacitaku.
Tuhan Yesus menjamahku, diriku ciptaan baru.
Saat kuterima Yesus, jadi baru diriku.
Tak 'ku berhenti memuji, memuji Dia selamanya.
Dijamah 'ku dijamah, meluap sukacitaku.
Tuhan Yesus menjamahku, diriku ciptaan baru.
Saudaraku....
Saya sengaja mengemukakan hal ini untuk mengantar anda melihat dengan mata batin anda, apakah sungguh anda telah menjadi "Penyembah-penyembah Yang Benar" di hadapan Allah?
Sebab, terus terang, ada orang yang datang dan mengatakan hal ini kepada saya:
"Pak pendeta....apa yang salah pada diri saya. Saya selama ini rajin mengikuti ibadah dan persekutuan-persekutuan doa; namun saya tidak pernah merasakan dampak apapun dari padanya. Justru kehidupan saya semakin kacau, pikiran saya galau dan harapan saya tentang masa depan pun jadi sirna".
Sementara itu, ada pula yang datang dan mengatakan:
"Puji Tuhan....selama saya tekun beribadah dan rutin melakukan dan menjadwalkan jam-jam doa, saya sungguh-sungguh merasakan betapa dahsyatnya kuasa dari ibadah dan doa itu sendiri. Hidup saya sekarang semakin berubah dan usaha serta keluarga saya terus diberkati".
Jadi, pertanyaannya adalah:
Mengapa ada orang yang sama sekali tidak merasakan dampak dari sebuah penyembahan atau ibadah, sedangkan ada pula orang yang dengan sungguh-sungguh mengakui bahwa ada kuasa di balik Ibadah dan Doa itu sendiri?.
Kalau demikian, bagaimana seharusnya ibadah dan doa-doa kita sehingga kita dapat merasakan kuasa yang tersimpan di dalamnya?.
Saudaraku...
Firman Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana ibadah atau penyembahan serta doa-doa yang kita lakukan dan nyatakan di hadapan Allah. Ada bebarapa hal yang membuat Allah merasa muak dengan peribadahan atau penyembahan serta doa-doa kita:
Yang pertama: Mulut dan bibir yang dekat pada Allah, namun hatinya menjauh.
Dan jujur kita harus akui bahwa, kita sering mendekatkan diri kepada Allah hanya dengan mulut dan memuliakan serta mengagungkan namaNya hanya dengan bibir; tetapi HATI kita menjauh dari padaNya. Sering kita hanya mengaktualisasikan diri kita di depan orang sehingga nampak bahwa kita ini adalah manusia yang agamais; tetapi hati kita penuh dengan kebusukan dan niat yang jahat. Aktualisasi diri sebagai pribadi agamais yang kita pertontonkan hanya bertujuan untuk mendapatkan pujian dan kehormatan, sanjungan dan penerimaan, sehingga Allah yang disembah justru dijadikan bemper untuk mencapai maksud tersebut. Coba anda lihat kecenderungan manusia agamais saat ini. Mulut mereka mengatakan bahwa mereka adalah pribadi yang bertawaqkal, bibir mereka begitu mudah menyebutkan nama Allah, atribut-atribut agama dipertontonkan mulai dari kepala sampai ke ujung kaki; tetapi faktanya, tingkah langkah mereka sangat jauh dari tuntutan dan perintah Tuhan, dan sungguh hati mereka penuh dengan kejahatan.
Yang kedua: Ibadah yang Formalistis.
Aktifitas penyembahan atau ibadah serta jam-jam doa yang dilakukan hanya sebatas formalisme, atau dalam bahasa nabi Yesaya: "perintah manusia yang dihafalkan", tidak akan pernah membawa dampak yang signifikan dalam merubah karakter atau perilaku hidup anda. Sekali pun beribu-ribu kali anda melakukannya, akan menjadi percuma. Jadi jika ibadah hanya program atau rutinitas yang dilakukan tanpa didasari dengan panggilan hati nurani, maka hal itu menjadi kekejian bagi Allah. Dan ingatlah bahwa, ibadah bukanlah bahasa tubuh yang dikendalikan oleh rasa, seperti wayang kulit yang hanya mungkin dapat bergerak jika dikendalikan oleh sang dalang menurut keinginannya, tetapi ibadah adalah bahasa hati yang haus akan kehadiran Tuhan dan bahasa nurani yang selalu rindu untuk dibaharui.
Bukankah Rasul Paulus sudah memperingatkan kecenderungan manusia di kemudian hari yang hanya melakukankan ibadahnya untuk memuaskan nafsu dan menutupi niatnya yang selalu suka pada hal-hal yang jahat: "Karena akan datang waktunya, orang tidak lagi dapat menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan mukanya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2 Tim. 4:3-4)". Karena itu, berhati-hatilah dengan ibadah yang formalisme; suatu ibadah yang hanya dilakukan untuk memuaskan keinginan telinga, bukan ibadah yang mengantar setiap pribadi kepada pertobatan.
Jika demikian, bagaimana sikap yang benar sehingga penyembahan atau ibadah serta doa-doa kita itu berkenan kepada Tuhan dan hal tersebut akan memberi dampak yang membawa perubahan dalam hidup kita?.
Saudaraku...
Saya mau mengatakan bahwa penyembahan atau ibadah serta doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan sangat ditentukan oleh kesadaran diri kita bahwa kita adalah seorang yang hina dan berdosa. Ya... sebenarnya kita tak layak atau tak pantas untuk datang kepadaNya. Kita harus menyadari diri kita sebagai pribadi yang sangat lemah karena keberdosaan dan karena itu kita membutuhkan belas kasihan dari Tuhan untuk dijamah dan dipulihkan. Kita harus menyadari bahwa Tuhan mengenal dengan baik siapa kita dan Dia tahu betapa hinanya kita ini, sehingga tak pantas kita untuk menyombongkan diri atau pun memaksa Allah untuk mengikuti apa maunya kita; justru kitalah yang harus mengikuti apa maunya Allah.
Cobalah anda perhatikan ayat 16..."Betapa kamu memutar-balikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata kepada yang membuatnya: bukan dia yang membuat aku, dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: ia tidak tahu apa-apa".
Sungguh saudara-saudaraku....kita sering lupa diri bahwa kita ini hanyalah ciptaan yang lemah, hanya tanah liat; lalu mengapa kita sering menganggap diri kita lebih dari pada Allah dan bahkan mau mengatur Allah menurut selera kita. Dan lebih aneh lagi, banyak yang sok agamais sehingga mengklaim dirinya sebagai pemilik sorga, lalu dengan mudahnya mengkofar-kafirkan sesamanya.
Ingatlah:
Penyembahan yang dikehendaki Allah adalah Penyembahan dalam "Kerendahan Hati". Jika demikian, maka anda akan merasakan sendiri kuasa penyembahan itu akan merubah kehidupan anda, sehingga hidup anda jauh lebih baik dari pada hari kemarin. Jadilah Penyembah-penyembah yang terjangkau oleh jamahan kuasa Allah.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment