Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-21 tanggal 21 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Khotbah Ibadah Raya Gereja Toraja Jemaat Masale
Bacaan :
1. Yunus 3:1-10.
2. 1 Korintus 7:29-31 (Bahan Utama Khotbah).
3. Markus 1:14-20.
"Pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu (1 Kor. 7:31)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini hati anda diliputi sukacita dan dari dalam BaitNya, kehidupan anda diberkati.
Saudaraku...
Setiap orang pasti punya alasan mengapa ia menerima panggilan dan atau menolak panggilan untuk melayani. Saya sendiri punya alasan mengapa saya mau memberi diri saya untuk menjadi seorang pendeta, padahal mungkin menurut saudara, bahwa saya tidak pas atau tidak cocok untuk menjadi pendeta; cocoknya saya menjadi seorang interpreneur atau seorang konsultan, atau apalah, yang jelas, saya tidak cocok menjadi pendeta. Demikian juga dengan saudara yang memberi diri untuk menjawab panggilan pelayanan dalam jemaat; saudara pun punya alasan untuk itu, sekalipun saya melihat bahwa saudara tidak cocok untuk ada dalam pelayanan gereja. Cocoknya saudara sebagai politikus, pengacara, artis atau pengusaha, atau ini atau itu. Yang jelas di mata saya anda tidak pas atau tidak cocok untuk melayani dalam gereja.
Pun demikian sebaliknya. Adalah hal yang tidak asing lagi di pendengaran saya ketika seseorang diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam pelayanan gerejawi, lalu ia mengatakan: "Ah...jangan saya pak pendeta. Masih ada yang lain yang lebih pas dibandingkan saya. Saya ini masih muda, atau saya ini sudah terlampau tua, saya ini orang sibuk sehingga tidak enak jika hanya nama saja yang terpampang namun tidak kelihatan batang hidungnya. Jangan saya karena saya ini tidak berpendidikan, saya ini orang biasa-biasa saja, saya ini seperti ini.....seperti ini.....seperti ini. Yang jelas, jangan sayalah, berikan yang lain dulu, lain kali saja baru saya".
Yang lebih ekstrim lagi, ketika seseorang memberi diri untuk terlibat dalam pelayanan, namun ia tidak maksimal menunaikan panggilan pelayanan itu. Ketika dituntut pertanggung jawaban, maka seorang penatua atau diaken akan menjawab: "Emangnya gereja menggaji saya". Ataukah seorang pendeta menjawab: "ya...saya melayani sesuai dengan nilai upah yang diberikan kepada saya".
Akibat dari sikap demikian ialah, para penatua atau diaken atau pendeta, asal-asalan dalam melayani, atau tidak melakukan pekerjaan pelayanan secara profesional, sebab semua diukur dari UPAH atau DUIT. Istilah yang lazim terdengar adalah: "Ada uang maka ada barang, tidak ada uang maka jangan berharap barang. Kalau mau barang yang berkualitas, maka anda harus siap membayar dengan harga yang mahal; tetapi jangan berharap barang yang berkualitas jika anda hanya mau bayar dengan harga loakan ditambah dengan discountnya".
Saudaraku...
Saya mau menantang anda untuk menghitung berapa harga yang harus dibayar oleh Allah, hanya untuk mendapatkan barang rongsokan seperti saya ini?.
Bisakah anda menghitung berapa nilai atau harga dari nyawa Anak Tunggal Allah yang harus di gantung di atas salib, hanya untuk menebus manusia yang sudah berlumuran dengan dosa?.
Apa lebihnya kita sehingga Allah tidak menyayangkan AnakNya untuk dikorbankan?.
Terlalu mahal saudaraku.....
Terlalu mahal harga dari pengorbanan Kristus, hanya untuk menyelamatkan saudara dan saya. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak punya pikiran lain selain memikirkan diri kita dan keselamatan kita. Ingatlah bahwa Ia datang bukan untuk kita layani, tetapi Ia datang untuk melayani kita. Ingatlah bahwa Dia yang adalah Tuhan justru menjadi budak karena kita, seyogyanya kitalah yang harus menjadi budak bagiNya. Ingatlah bahwa apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus demi keselamatan kita adalah sempurna; tidak setengah-setengah. Karena itu, Ia berkata dalam doanya: "Ya Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarkan cawan ini lalu dari padaKu". Tetapi itu tidak mungkin, bukan? Karena itu, Yesus melanjutkan perkataanNya: "Tetapi jangan seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Kau kehendaki (Mat. 26:39)".
Jika tidak ada alasan bagi Tuhan Yesus untuk menolak misi penyelamatan yang diembankan di atas pundakNya oleh Sang Bapa; maka betapa piciknya pikiran kita dan jahatnya hati kita, ketika kita harus lari dari tanggung jawab untuk melaksanakan panggilan sorgawi: "Kamu harus jadi berkat bagi dunia ini".
Ingat apa yang terjadi dalam kisah nabi Yunus. Ada 1001 macam alasan yang berkecamuk dalam batinnya untuk menolak panggilan itu. Dan benar, hanya karena penduduk Ninewe itu adalah musuh bebuyutan Israel, maka ia lari dari panggilannya.
Saya hanya mau mengatakan: hati-hati dengan karakter Yunus yang bisa saja merasuki pikiran anda. Hati-hati dengan ungkapan-ungkapan ini: "Biarin aja mereka binasa. Apa untungnya kita menasehati orang yang menjadi musuh kita? Apa untungnya kita menyelamatkan orang yang menjadi lawan kita? Emangnya gue pikirin!".
Tidakkah hal yang demikian adalah gambaran dari karakter nabi Yunus. Dan pikiran seperti ini ditentang oleh Tuhan Yesus: "Apa untungnya engkau mengasihi orang yang mengasihi engkau? Tidakkah orang jahat pun melakukan hal demikian bagi orang yang mengasihinya? Karena itu, Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu dan mintalah berkat bagi orang yang menfitnah kamu".
Mari belajar untuk taat pada panggilan Tuhan seperti yang dipertontonkan oleh murid-murid yang pertama. Mereka menyatakan: "YES, untuk panggilan itu, tanpa bla-bla-bla". Ketika Tuhan Yesus berkata: "Ikutlah Aku", sesegera itu pula mereka menjawab panggilanNya; "mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia".
Saudaraku...
Okey...jika anda masih punya alasan sehingga terlalu berat untuk menjawab panggilan pelayanan. Dan saya sendiri tidak menyangkali realita bahwa anda dan saya masih ada dalam dunia ini yang olehnya kita masih memberi pertimbangan untuk menghindari panggilan pelayanan. Saya bukan orang yang picik oleh realita. Saya mau katakan bahwa tidak salah jika anda jatuh cinta pada seseorang. Tidak salah jika saudara mengambil keputusan untuk membangun rumah tangga. Tidak salah jika saudara memberi perhatian pada keluarga. Tidak salah jika saudara tekun bekerja untuk mencari nafkah bagi diri anda dan bagi keluarga anda. Tidak salah jika anda membangun rumah anda sedemikian agar menjadi tempat bernaung yang layak dan nyaman serta di dalamnya anda dapat mengelolah kehidupan dengan penuh sukacita. Tidak salah jika anda melakukan ini dan itu demi kebaikan hidup anda dan orang-orang yang anda cinta. TIDAK SALAH.
Tetapi anda harus sadari bahwa semua yang anda dapatkan dalam dunia ini, kelak akan hilang lenyap dan tidak ada satu pun yang anda akan bawa pulang ketika anda kembali menghadap penghakiman Ilahi. Karena itu, Tuhan mau agar anda jangan fokus semata-mata pada hal-hal yang sifatnya LAHIRIAH, tetapi anda harus lebih fokus juga pada hal-hal yang sifatnya ROHANI.
Jika Tuhan memberikan kesempatan bagi anda untuk melibatkan diri dalam pelayanan; jangankan menjadi penatua, diaken atau pendeta; cukup memberi dukungan moril, pikiran, tenaga, waktu dan dana bagi pelayanan; itu merupakan sesuatu yang spesial di mata Tuhan, dan karena itu Tuhan bersabda: "Jerih payahmu di dalam Tuhan tidak akan sia-sia, sebab upah yang menantinya di sorga sangat besar".
Karena itu, setialah dalam panggilan pelayanan selama Tuhan masih beri kesempatan. Suatu waktu, ketika semua kerja di dunia ini berakhir dan anda dapat mengakhirinya dengan baik di mana anda dapat menjadi berkat bagi dunia, maka suara Yesus akan terdengar: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaKu yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu (Mat. 25:23)".
Selamat menikmati hari-hari pelayanan anda.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-21 tanggal 21 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Khotbah Ibadah Raya Gereja Toraja Jemaat Masale
Bacaan :
1. Yunus 3:1-10.
2. 1 Korintus 7:29-31 (Bahan Utama Khotbah).
3. Markus 1:14-20.
"Pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu (1 Kor. 7:31)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini hati anda diliputi sukacita dan dari dalam BaitNya, kehidupan anda diberkati.
Saudaraku...
Setiap orang pasti punya alasan mengapa ia menerima panggilan dan atau menolak panggilan untuk melayani. Saya sendiri punya alasan mengapa saya mau memberi diri saya untuk menjadi seorang pendeta, padahal mungkin menurut saudara, bahwa saya tidak pas atau tidak cocok untuk menjadi pendeta; cocoknya saya menjadi seorang interpreneur atau seorang konsultan, atau apalah, yang jelas, saya tidak cocok menjadi pendeta. Demikian juga dengan saudara yang memberi diri untuk menjawab panggilan pelayanan dalam jemaat; saudara pun punya alasan untuk itu, sekalipun saya melihat bahwa saudara tidak cocok untuk ada dalam pelayanan gereja. Cocoknya saudara sebagai politikus, pengacara, artis atau pengusaha, atau ini atau itu. Yang jelas di mata saya anda tidak pas atau tidak cocok untuk melayani dalam gereja.
Pun demikian sebaliknya. Adalah hal yang tidak asing lagi di pendengaran saya ketika seseorang diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam pelayanan gerejawi, lalu ia mengatakan: "Ah...jangan saya pak pendeta. Masih ada yang lain yang lebih pas dibandingkan saya. Saya ini masih muda, atau saya ini sudah terlampau tua, saya ini orang sibuk sehingga tidak enak jika hanya nama saja yang terpampang namun tidak kelihatan batang hidungnya. Jangan saya karena saya ini tidak berpendidikan, saya ini orang biasa-biasa saja, saya ini seperti ini.....seperti ini.....seperti ini. Yang jelas, jangan sayalah, berikan yang lain dulu, lain kali saja baru saya".
Yang lebih ekstrim lagi, ketika seseorang memberi diri untuk terlibat dalam pelayanan, namun ia tidak maksimal menunaikan panggilan pelayanan itu. Ketika dituntut pertanggung jawaban, maka seorang penatua atau diaken akan menjawab: "Emangnya gereja menggaji saya". Ataukah seorang pendeta menjawab: "ya...saya melayani sesuai dengan nilai upah yang diberikan kepada saya".
Akibat dari sikap demikian ialah, para penatua atau diaken atau pendeta, asal-asalan dalam melayani, atau tidak melakukan pekerjaan pelayanan secara profesional, sebab semua diukur dari UPAH atau DUIT. Istilah yang lazim terdengar adalah: "Ada uang maka ada barang, tidak ada uang maka jangan berharap barang. Kalau mau barang yang berkualitas, maka anda harus siap membayar dengan harga yang mahal; tetapi jangan berharap barang yang berkualitas jika anda hanya mau bayar dengan harga loakan ditambah dengan discountnya".
Saudaraku...
Saya mau menantang anda untuk menghitung berapa harga yang harus dibayar oleh Allah, hanya untuk mendapatkan barang rongsokan seperti saya ini?.
Bisakah anda menghitung berapa nilai atau harga dari nyawa Anak Tunggal Allah yang harus di gantung di atas salib, hanya untuk menebus manusia yang sudah berlumuran dengan dosa?.
Apa lebihnya kita sehingga Allah tidak menyayangkan AnakNya untuk dikorbankan?.
Terlalu mahal saudaraku.....
Terlalu mahal harga dari pengorbanan Kristus, hanya untuk menyelamatkan saudara dan saya. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak punya pikiran lain selain memikirkan diri kita dan keselamatan kita. Ingatlah bahwa Ia datang bukan untuk kita layani, tetapi Ia datang untuk melayani kita. Ingatlah bahwa Dia yang adalah Tuhan justru menjadi budak karena kita, seyogyanya kitalah yang harus menjadi budak bagiNya. Ingatlah bahwa apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus demi keselamatan kita adalah sempurna; tidak setengah-setengah. Karena itu, Ia berkata dalam doanya: "Ya Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarkan cawan ini lalu dari padaKu". Tetapi itu tidak mungkin, bukan? Karena itu, Yesus melanjutkan perkataanNya: "Tetapi jangan seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Kau kehendaki (Mat. 26:39)".
Jika tidak ada alasan bagi Tuhan Yesus untuk menolak misi penyelamatan yang diembankan di atas pundakNya oleh Sang Bapa; maka betapa piciknya pikiran kita dan jahatnya hati kita, ketika kita harus lari dari tanggung jawab untuk melaksanakan panggilan sorgawi: "Kamu harus jadi berkat bagi dunia ini".
Ingat apa yang terjadi dalam kisah nabi Yunus. Ada 1001 macam alasan yang berkecamuk dalam batinnya untuk menolak panggilan itu. Dan benar, hanya karena penduduk Ninewe itu adalah musuh bebuyutan Israel, maka ia lari dari panggilannya.
Saya hanya mau mengatakan: hati-hati dengan karakter Yunus yang bisa saja merasuki pikiran anda. Hati-hati dengan ungkapan-ungkapan ini: "Biarin aja mereka binasa. Apa untungnya kita menasehati orang yang menjadi musuh kita? Apa untungnya kita menyelamatkan orang yang menjadi lawan kita? Emangnya gue pikirin!".
Tidakkah hal yang demikian adalah gambaran dari karakter nabi Yunus. Dan pikiran seperti ini ditentang oleh Tuhan Yesus: "Apa untungnya engkau mengasihi orang yang mengasihi engkau? Tidakkah orang jahat pun melakukan hal demikian bagi orang yang mengasihinya? Karena itu, Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu dan mintalah berkat bagi orang yang menfitnah kamu".
Mari belajar untuk taat pada panggilan Tuhan seperti yang dipertontonkan oleh murid-murid yang pertama. Mereka menyatakan: "YES, untuk panggilan itu, tanpa bla-bla-bla". Ketika Tuhan Yesus berkata: "Ikutlah Aku", sesegera itu pula mereka menjawab panggilanNya; "mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia".
Saudaraku...
Okey...jika anda masih punya alasan sehingga terlalu berat untuk menjawab panggilan pelayanan. Dan saya sendiri tidak menyangkali realita bahwa anda dan saya masih ada dalam dunia ini yang olehnya kita masih memberi pertimbangan untuk menghindari panggilan pelayanan. Saya bukan orang yang picik oleh realita. Saya mau katakan bahwa tidak salah jika anda jatuh cinta pada seseorang. Tidak salah jika saudara mengambil keputusan untuk membangun rumah tangga. Tidak salah jika saudara memberi perhatian pada keluarga. Tidak salah jika saudara tekun bekerja untuk mencari nafkah bagi diri anda dan bagi keluarga anda. Tidak salah jika anda membangun rumah anda sedemikian agar menjadi tempat bernaung yang layak dan nyaman serta di dalamnya anda dapat mengelolah kehidupan dengan penuh sukacita. Tidak salah jika anda melakukan ini dan itu demi kebaikan hidup anda dan orang-orang yang anda cinta. TIDAK SALAH.
Tetapi anda harus sadari bahwa semua yang anda dapatkan dalam dunia ini, kelak akan hilang lenyap dan tidak ada satu pun yang anda akan bawa pulang ketika anda kembali menghadap penghakiman Ilahi. Karena itu, Tuhan mau agar anda jangan fokus semata-mata pada hal-hal yang sifatnya LAHIRIAH, tetapi anda harus lebih fokus juga pada hal-hal yang sifatnya ROHANI.
Jika Tuhan memberikan kesempatan bagi anda untuk melibatkan diri dalam pelayanan; jangankan menjadi penatua, diaken atau pendeta; cukup memberi dukungan moril, pikiran, tenaga, waktu dan dana bagi pelayanan; itu merupakan sesuatu yang spesial di mata Tuhan, dan karena itu Tuhan bersabda: "Jerih payahmu di dalam Tuhan tidak akan sia-sia, sebab upah yang menantinya di sorga sangat besar".
Karena itu, setialah dalam panggilan pelayanan selama Tuhan masih beri kesempatan. Suatu waktu, ketika semua kerja di dunia ini berakhir dan anda dapat mengakhirinya dengan baik di mana anda dapat menjadi berkat bagi dunia, maka suara Yesus akan terdengar: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaKu yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu (Mat. 25:23)".
Selamat menikmati hari-hari pelayanan anda.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment