Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-10 tanggal 10 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : 2 Timotius 2:1-4.
"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda tetap diberkati.
Saudaraku...
Terkadang orang berpikir bahwa hidup di bawah perintah adalah sesuatu hal yang tidak nyaman.
Mengapa?.
Karena ketika hidup anda dikendalikan oleh orang lain maka anda tidak lebih dari seorang budak. Kebebasan anda diberangus dan ruang gerak anda dipersempit. Mau melakukan ini atau itu menurut keinginan atau kemauan anda, anda akan merasa was-was karena takut nanti salah lalu kena damprat dan dihukum. Anda harus mendisiplinkan diri pada aturan-aturan yang ditetapkan, dan anda harus tetap berjalan pada rule itu.
Dan saya sendiri sebagai seorang anak yang lahir dan dibesarkan di lingkungan militer/ABRI-AD, sangat merasakan kondisi yang demikian. Kedisiplinan adalah sebuah harga mati sehingga salah sedikit saja konsekwensinya adalah hukuman.
Jika dilihat dari sisi ini, maka saya mengiyakan jalan pikiran demikian. Benar bahwa ketika hidup kita ada di ujung telunjuk orang lain, maka kita tidak lebih dari pada seorang BUDAK. Hidup kita dikendalikan menurut keinginan orang lain yang memperbudak kita, bukan menurut keinginan kita sendiri.
Tetapi persoalannya sekarang ialah:
"Siapa yang memberi perintah itu?".
Jika yang memberi perintah itu adalah ALLAH, maka bagi saya, tidak ada alasan untuk menolaknya atau melanggarnya. Sebab bagi saya, perintah Allah itu adalah HIDUP, bukan KEMATIAN. Justru ketika kita melanggarnya, kita tidak akan HIDUP, melainkan MATI.
Saudaraku...
Kembali kepada persoalan kedisiplinan hidup yang saya alami sebagai bagian dari KBA (Keluarga Besar ABRI). Saya mensyukuri semua yang Tuhan telah tetapkan dalam perjalanan hidup saya. Pada saat saya diurapi menjadi seorang Hamba Tuhan, saya mulai mengerti bahwa ternyata Tuhan telah melatih dan membentuk saya jauh-jauh hari melalui keluarga di mana saya lahir dan dibesarkan, untuk sebuah tugas pelayanan yakni menjadi hambaNya.
Saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda:
Ketaatan untuk melakukan perintah Tuhan bukan berarti kebebasan anda diberangus. Ketika Allah mengatakan: "Jangan melakukan ini dan itu", bukan berarti ruang gerak anda dipersempit.
Ketika membaca firman Tuhan hari ini (2 Tim. 2:1-4), saya kini menyadari makna yang tersimpan di balik larangan Allah kepada manusia (Adam dan Hawa) untuk tidak mengambil buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu. Saya merasakan betapa senangnya dan damainya manusia menikmati kehidupannya sebelum mereka terjatuh. Manusia diberi kebebasan untuk menikmati semua karya Allah yang ada dalam Eden itu, tetapi ada hal yang prinsip, -(yang harus dijaga)-, yakni "kebergantungan kepada Allah". Ada bahaya yang akan membuat kebebasan itu berubah menjadi belenggu dosa, yakni jika manusia lupa hakekatnya sebagai ciptaan yang hanya mungkin hidup dalam damai apabila mereka menjaga relasinya dengan Allah. Pohon itu adalah warning agar manusia loyal pada Allah, bukan pada yang lainnya. Kejatuhan yang membuat kebebasan manusia untuk menikmati relasi yang intens dengan Tuhan menjadi sirna, karena manusia cenderung mendengar suara yang lain dari pada suara Tuhan.
Dari sinilah maka saya memahami apa yang hendak disampaikan Paulus kepada Timotius. Paulus ingin agar Timotius menjadi seorang pribadi yang tangguh dan teguh dalam hal dedikasi dan loyalitasnya pada pemberitaan Injil. Timotius harus menjadi seorang prajurit yang memiliki kedisiplinan yang tinggi pada aturan-aturan yang telah ditetapkan baginya sebagai pemberita Injil. Paulus dengan lihai mengarahkan pikiran Timotius, anak rohaninya itu, untuk memandang bagaimana sikap seorang prajurit.
Dalam dunia militer, LOYALITAS dan DEDIKASI seorang prajurit tidak dapat diragukan; baik itu loyalitas dan dedikasi pada pekerjaannya, maupun loyalitas dan dedikasi pada komandannya. Ya... seorang prajurit sejati, -(suka atau tidak suka)-, ia harus siap sedia mempertaruhkan segala-galanya sebagai konsekwensi dari tugasnya sebagai prajurit, dan ia tidak memusingkan dirinya dengan hal-hal lain, selain terhadap apa yang diperintahkan sang komandan untuk dilaksanakan. Boleh jadi di dalam pikiran orang, sangat memprihatinkan sikap demikian sebab sang prajurit sama sekali tidak memiliki kebebasan untuk mengatualisasikan dirinya. Tetapi tidak demikian dalam dunia kemiliteran. Justru dengan loyalitas dan dedikasi yang penuh, sang komandan akan melapangkan jalan bagi sang prajurit untuk menikmati yang terbaik pada akhirnya.
Saudaraku...
Taat di bawah perintah Tuhan adalah pintu masuk untuk mengalami kebebasan menikmati kuasa kasihNya yang tak dapat dinilai dengan apapun juga. Dan inilah yang tidak diinginkan oleh Iblis. Iblis tidak mau anda mempunyai hubungan yang intens dengan Allah, sebuah hubungan yang akan terus memungkinkan anda menikmati hidup damai seperti di dalam Eden; hidup yang terus diberkati. Itulah sebabnya sehingga Iblis berusaha untuk memutar-balikkan fakta dan mencuci otak anda bahwa perintah Allah itu justru menjadikan anda sebagai budak seumur hidup anda. Iblis berkata: "Pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah (Kej. 3:4)".
Karena itu saudaraku...
Teruslah untuk melatih dirimu taat pada panggilan iman sebagai prajurit Kristus. Taklukkan dirimu sepenuhnya pada otoritas Kristus (Sang Komandan Agung). Jangan berpikir untung atau rugi dalam mengikuti perintah Sang Komandan. Tetapkan pandangan dan perhatian anda untuk fokus pada Dia, maka hidupmu akan berkenan kepadaNya. Jika demikian, maka Yesus akan memberikan yang terbaik, lebih baik dari pada yang dapat diberikan dunia kepadamu. Inilah sabdaNya bagi anda:
"Damai sejahteraKu Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh. 14:25)".
Selamat untuk melatih diri menjadi prajurit Kristus yang terbaik.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus, Sang Komandan Agung memberkatimu.
(Masale, hari ke-10 tanggal 10 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : 2 Timotius 2:1-4.
"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda tetap diberkati.
Saudaraku...
Terkadang orang berpikir bahwa hidup di bawah perintah adalah sesuatu hal yang tidak nyaman.
Mengapa?.
Karena ketika hidup anda dikendalikan oleh orang lain maka anda tidak lebih dari seorang budak. Kebebasan anda diberangus dan ruang gerak anda dipersempit. Mau melakukan ini atau itu menurut keinginan atau kemauan anda, anda akan merasa was-was karena takut nanti salah lalu kena damprat dan dihukum. Anda harus mendisiplinkan diri pada aturan-aturan yang ditetapkan, dan anda harus tetap berjalan pada rule itu.
Dan saya sendiri sebagai seorang anak yang lahir dan dibesarkan di lingkungan militer/ABRI-AD, sangat merasakan kondisi yang demikian. Kedisiplinan adalah sebuah harga mati sehingga salah sedikit saja konsekwensinya adalah hukuman.
Jika dilihat dari sisi ini, maka saya mengiyakan jalan pikiran demikian. Benar bahwa ketika hidup kita ada di ujung telunjuk orang lain, maka kita tidak lebih dari pada seorang BUDAK. Hidup kita dikendalikan menurut keinginan orang lain yang memperbudak kita, bukan menurut keinginan kita sendiri.
Tetapi persoalannya sekarang ialah:
"Siapa yang memberi perintah itu?".
Jika yang memberi perintah itu adalah ALLAH, maka bagi saya, tidak ada alasan untuk menolaknya atau melanggarnya. Sebab bagi saya, perintah Allah itu adalah HIDUP, bukan KEMATIAN. Justru ketika kita melanggarnya, kita tidak akan HIDUP, melainkan MATI.
Saudaraku...
Kembali kepada persoalan kedisiplinan hidup yang saya alami sebagai bagian dari KBA (Keluarga Besar ABRI). Saya mensyukuri semua yang Tuhan telah tetapkan dalam perjalanan hidup saya. Pada saat saya diurapi menjadi seorang Hamba Tuhan, saya mulai mengerti bahwa ternyata Tuhan telah melatih dan membentuk saya jauh-jauh hari melalui keluarga di mana saya lahir dan dibesarkan, untuk sebuah tugas pelayanan yakni menjadi hambaNya.
Saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda:
Ketaatan untuk melakukan perintah Tuhan bukan berarti kebebasan anda diberangus. Ketika Allah mengatakan: "Jangan melakukan ini dan itu", bukan berarti ruang gerak anda dipersempit.
Ketika membaca firman Tuhan hari ini (2 Tim. 2:1-4), saya kini menyadari makna yang tersimpan di balik larangan Allah kepada manusia (Adam dan Hawa) untuk tidak mengambil buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu. Saya merasakan betapa senangnya dan damainya manusia menikmati kehidupannya sebelum mereka terjatuh. Manusia diberi kebebasan untuk menikmati semua karya Allah yang ada dalam Eden itu, tetapi ada hal yang prinsip, -(yang harus dijaga)-, yakni "kebergantungan kepada Allah". Ada bahaya yang akan membuat kebebasan itu berubah menjadi belenggu dosa, yakni jika manusia lupa hakekatnya sebagai ciptaan yang hanya mungkin hidup dalam damai apabila mereka menjaga relasinya dengan Allah. Pohon itu adalah warning agar manusia loyal pada Allah, bukan pada yang lainnya. Kejatuhan yang membuat kebebasan manusia untuk menikmati relasi yang intens dengan Tuhan menjadi sirna, karena manusia cenderung mendengar suara yang lain dari pada suara Tuhan.
Dari sinilah maka saya memahami apa yang hendak disampaikan Paulus kepada Timotius. Paulus ingin agar Timotius menjadi seorang pribadi yang tangguh dan teguh dalam hal dedikasi dan loyalitasnya pada pemberitaan Injil. Timotius harus menjadi seorang prajurit yang memiliki kedisiplinan yang tinggi pada aturan-aturan yang telah ditetapkan baginya sebagai pemberita Injil. Paulus dengan lihai mengarahkan pikiran Timotius, anak rohaninya itu, untuk memandang bagaimana sikap seorang prajurit.
Dalam dunia militer, LOYALITAS dan DEDIKASI seorang prajurit tidak dapat diragukan; baik itu loyalitas dan dedikasi pada pekerjaannya, maupun loyalitas dan dedikasi pada komandannya. Ya... seorang prajurit sejati, -(suka atau tidak suka)-, ia harus siap sedia mempertaruhkan segala-galanya sebagai konsekwensi dari tugasnya sebagai prajurit, dan ia tidak memusingkan dirinya dengan hal-hal lain, selain terhadap apa yang diperintahkan sang komandan untuk dilaksanakan. Boleh jadi di dalam pikiran orang, sangat memprihatinkan sikap demikian sebab sang prajurit sama sekali tidak memiliki kebebasan untuk mengatualisasikan dirinya. Tetapi tidak demikian dalam dunia kemiliteran. Justru dengan loyalitas dan dedikasi yang penuh, sang komandan akan melapangkan jalan bagi sang prajurit untuk menikmati yang terbaik pada akhirnya.
Saudaraku...
Taat di bawah perintah Tuhan adalah pintu masuk untuk mengalami kebebasan menikmati kuasa kasihNya yang tak dapat dinilai dengan apapun juga. Dan inilah yang tidak diinginkan oleh Iblis. Iblis tidak mau anda mempunyai hubungan yang intens dengan Allah, sebuah hubungan yang akan terus memungkinkan anda menikmati hidup damai seperti di dalam Eden; hidup yang terus diberkati. Itulah sebabnya sehingga Iblis berusaha untuk memutar-balikkan fakta dan mencuci otak anda bahwa perintah Allah itu justru menjadikan anda sebagai budak seumur hidup anda. Iblis berkata: "Pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah (Kej. 3:4)".
Karena itu saudaraku...
Teruslah untuk melatih dirimu taat pada panggilan iman sebagai prajurit Kristus. Taklukkan dirimu sepenuhnya pada otoritas Kristus (Sang Komandan Agung). Jangan berpikir untung atau rugi dalam mengikuti perintah Sang Komandan. Tetapkan pandangan dan perhatian anda untuk fokus pada Dia, maka hidupmu akan berkenan kepadaNya. Jika demikian, maka Yesus akan memberikan yang terbaik, lebih baik dari pada yang dapat diberikan dunia kepadamu. Inilah sabdaNya bagi anda:
"Damai sejahteraKu Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh. 14:25)".
Selamat untuk melatih diri menjadi prajurit Kristus yang terbaik.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus, Sang Komandan Agung memberkatimu.
No comments:
Post a Comment