Laman

Monday, January 8, 2018

Ut Ameris, Amabilis Esto

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-9 tanggal 9 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan : 1 Petrus 3:8-12.

"Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat".

Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda terus diberkati.

Saudaraku...
Sadar atau tidak, sesungguhnya setiap pribadi memiliki natur yang sama, yakni tahu tentang apa yang disebut "BAIK" dan berusaha untuk melakukan atau menabur apa yang dikatakan "BAIK". Itulah sebabnya maka tidak salah jikalau Tuhan Yesus mengungkapkan hal ini: "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan. Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang BAIK kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga (Mat. 7:9-11)". Jadi kesimpulannya ialah bahwa sejahat-jahatnya seseorang, ia masih memiliki kesadaran untuk melakukan yang BAIK kepada orang lain, terlebih kepada orang-orang yang dekat dengannya.

Tetapi yang membuat hal yang BAIK itu menjadi TIDAK BAIK ialah sikap atau perilaku dalam menaburkan apa yang BAIK. Sikap atau perilaku yang tidak benar; misalnya: sombong atau tinggi hati, atau memandang rendah orang lain; akan mencemarkan apa yang dikatakan BAIK itu.

Saudaraku...
Saya punya seorang sahabat yang selalu mendukung pelayanan Gereja sekalipun dia adalah seorang muslim. Setiap hari Natal dan perayaan-perayaan Gerejawi lainnya, ia selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam perayaan tersebut bersama dengan isteri serta perangkat desa lainnya, termasuk seorang ustad. Ia tidak merasa alergi atau merasa risih untuk duduk mulai dari awal sampai akhir selama ibadah berlangsung. Dia adalah asli suku Madura, yakni pak SIMAN, Kepala Desa Bangunrejo - Tenggarong Seberang. Saya bangga terhadap sikap beliau yang justru memperhatikan dan mendukung pelayanan saya, bahkan beliau selalu memasukkan dalam anggaran desa untuk setiap kegiatan gerejawi termasuk insentif penjaga gereja (Koster) setiap bulan. Karena itu, saya selalu berpesan kepada semua warga Gereja Toraja Jemaat Samarinda di Tempat Kebaktian L3 - Tenggarong Seberang, agar warga jemaat selalu mendukung beliau dalam semua program desa yang dicanangkannya. Dan puji Tuhan, saya mendengar berita bahwa di awal tahun 2017 setelah kepindahan saya ke Makassar, beliau terpilih untuk menjabat kembali sebagai Kepala Desa Bangunrejo.

Apa yang saya mau katakan tentang persahabatan saya dengan beliau?.

Saya hanya mau mengatakan hal ini:
"Pak Siman adalah seorang Kristen Anonim. KTPnya Muslim, namun hatinya adalah hati seorang Kristen sejati".

Ya...pikiran, sikap dan keputusan-keputusannya bagi saya, melebihi seorang yang mengaku dirinya Kristen. Ia mampu mentransfer pikiran-pikiran Kristus melalui sikap dan perilakunya. Dan hal ini seringkali bertolak belakang dengan sikap dan perilaku hidup dari banyak orang yang mengklaim dirinya Kristen yang saya jumpai setiap hari. Inilah yang menjadi tamparan buat saya dalam perayaan Natal yang terakhir (thn. 2016) sebagai seorang Pendeta Jemaat yang melayani di Jemaat Samarinda:
"Orang Kristen jangan hanya pandai mengucapkan KASIH, tetapi buktikan itu dalam tindakan dan perbuatan. Sebab hanya dengan demikian maka hidup kekristenan anda dapat dihargai dan disambut dengan baik".

Saudaraku...
Manusia memang memiliki natur untuk tahu tentang apa yang BAIK dan yang TIDAK BAIK, tetapi manusia juga punya kecenderungan untuk membalas kejahatan dengan hal-hal yang tidak baik, bahkan lebih kejam dari kejahatan yang tertuju pada dirinya, sehingga ungkapan ini tidaklah asing di telinga saya: "Lebih kejam pembalasan dari pada perbuatan".

Mungkin anda masih mengingat bagaimana seorang yang bernama Muhammad Al-Zahra alias Zoya yang dituduh mencuri amplifier Mushala di Bekasi akhirnya meregang nyawa karena dikeroyok dan dibakar hidup-hidup oleh warga. Ternyata nilai Nyawa manusia hanya seharga Amplifier. Segala macam alasan dan pertimbangan yang masuk di akal dan yang dapat ditoleransi, menjadi sebuah pembenaran atas apa yang dilakukan oleh warga. Bisa anda bayangkan jika seseorang atau kelompok orang merasa dirinya dizolomi atau diperlakukan dengan tidak adil, tentu sangat fatal akibatnya. Jangankan berbuat, baru berucap saja sudah di demo dengan demo berjilid-jilid dan menuntut sang penista agar dibunuh atau minimal dipenjarakan.

Akan tetapi, firman Tuhan hari ini mengajak anda untuk mengingat kembali untuk apa anda dipanggil dan dipilih menjadi pengikut Tuhan, yakni "Menjadi Berkat" bagi dunia. Ya...anda dipanggil untuk memberkati orang lain, bukan hanya kepada orang yang anda anggap baik, tetapi juga kepada mereka yang anda pandang jahat.

Tentu anda bertanya, apa alasannya?.

Petrus mengatakan alasan itu: "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka yang minta tolong (1 Ptr. 3:12)".

Mungkin anda bertanya:
Bagaimana caranya agar hidup saya dapat menjadi berkat?.

Tidak sulit, tidak ribet dan juga tidak mengeluarkan ongkos, yakni: "Ut Ameris, Amabilis Esto = Ramahlah pada semua orang agar engkau dicintai".  Tidakkah ini yang ditekankan dalam ayat 10 dan 11 dari firman Tuhan hari ini: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya". Ya...anda harus bersikap ramah kepada siapapun juga, maka anda akan mengalami efek dari sikap anda itu, yakni: anda akan dicintai.

Selamat untuk terus belajar ramah terhadap semua orang.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love