Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-26 tanggal 26 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Ibrani 10:19-39.
"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita...tetapi marilah kita saling menasehati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang dekat (Ibr. 10:22-25)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda tetap diwarnai sukacita dan berkat Tuhan terus mengalir melalui karya dan karsa anda.
Saudaraku...
Setiap kita pasti akan merasa bangga jika tanpa melalui prosedur protokoler, tiba-tiba diberi kesempatan untuk bertemu muka dengan pak Jokowi. Sebuah undangan spesial untuk berbagi cerita dengan pak Jokowi. Nggak terbayangkan bagi kita bahwa kita mempunyai kesempatan untuk duduk sambil ngopi di istana, cerita ini dan itu dengan penuh canda dan tawa, seperti dua orang teman yang sudah lama berpisah namun tiba-tiba ketemu muka. Dipanggil untuk bertemu sekali saja dengan pak Jokowi, betapa bangga dan tersanjungnya kita; bagaimana kalau hal itu terjadi setiap saat. Seorang nomor satu di negeri ini selalu mengundang, -(katakanlah pak Jondel)-, hanya sekedar menikmati kebersamaan dalam hitungan menit, duduk bersama sambil menikmati hidangan kopi hangat dengan diselingi canda dan tawa. Saya bisa saja mengatakan di hadapan orang banyak bahwa sayalah orang yang paling berbahagia, bukan?.
Dan kini saya mau mengatakan bahwa, ada undangan yang tidak bisa disetarakan dengan undangan apapun juga yang anda terima selama ini dan undangan itu tidak bersifat temporer tetapi bersifat kontinyu (selalu dan akan selalu), yakni undangan Tuhan untuk menghadap hadiratNya. Di hadapan Tuhan, tidak ada protokoler sebab anda sangat spesial di mataNya.
Sekarang saya hanya mau mengajak anda untuk merenungkan beberapa hal:
Jikalau sedemikian bangganya anda karena bisa mengalami moment-moment spesial, katakanlah seperti yang saya contohkan di atas yakni dengan seorang yang bernama Jokowi: seorang Jokowi yang saat ini masih ada tetapi hari esok dia tidak akan ada lagi, yang untuk saat ini menjabat presiden tetapi jabatannya itu tidak untuk selamanya sebab pada waktunya nanti dia akan tergantikan; jikalau sedemikian bangganya anda dengan hal itu, bagaimana dengan kebebasan yang diberikan Tuhan kepada anda untuk menghadap Dia setiap saat, Dia yang kekal, tidak akan berubah dan tidak akan pernah tergantikan, Dia tetap Tuhan yang sama dulu, sekarang dan akan datang?.
Sudahkah anda memperlakukan Tuhan melebihi perlakuan anda terhadap orang yang anda anggap penting atau spesial, yang karena orang itu anda merasa bangga? Adakah kita juga merasa lebih bangga karena memiliki Tuhan yang setiap saat membuka diri untuk ditemui dan menjadikan diriNya sebagai tempat anda mencurahkan isi hati?.
Sudahkah anda di hadapan orang banyak merasa tersanjung memiliki Tuhan Yesus dan menceritakan kepada semua orang tentang kasih dan kebaikanNya yang selalu dinyatakan dan diberikannya kepada anda ?.
Saudaraku...
Firman Tuhan hari ini menyapa saudara dan saya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat berharga dalam menjalani, mengisi dan menikmati kehidupan. Saya yakin bahwa anda pasti setuju dengan saya bahwa setiap saat kita sangat berharap agar kita mengalami sesuatu yang membuat hidup kita sangat bermakna yang karena itu kita selalu bersukacita dan menaikkan syukur serta merasa bahagia. Dan untuk menjadikan hidup ini bermakna, maka ada tiga pernyataan yang bersifat AJAKAN dan satu penyataan yang bersifat PERINTAH, yang dituntut oleh firman Tuhan hari ini:
1). Marilah kita menghadap kepada Tuhan.
2). Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan kita.
3). Marilah kita saling memperhatikan.
4). Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan IBADAH.
Pernyataan: "Marilah kita" mengandung makna bahwa jikalau kita mau menikmati hidup yang lebih baik dan hidup yang diberkati, maka "Lakukanlah ini".
Jikalau anda merindukan hidup yang baik dan hidup yang diberkati, maka tidak ada pilihan lain selain "Datang kepada Tuhan". Kita tidak boleh jauh dari Tuhan, sebab jika kita jauh dari Tuhan maka hidup kita binasa. Untuk hidup yang baik dan yang diberkati maka: Mari datang menghadap Dia. Bukankan Yesus bersabda: "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Mat. 11:28)".
Jikalau kita mengharapkan hidup yang baik dan yang diberkati, maka kita tidak boleh menjadi pribadi yang plin-plan, kita tidak boleh menjadi pribadi yang suam-suam kukuh, kita tidak boleh menjadi pribadi yang tidak bisa dipegang omongannya, yang hari ini mengatakan A tetapi besok mengatakan B. Kita harus menjadi pribadi yang SETIA dengan teguh berpegang pada pengakuan bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat. Kita tidak boleh menyangkali pernyataan itu, dan jika kita tetap SETIA untuk berpegang teguh pada pengakuan, maka sabda Tuhan: "Jangan taku terhadap apa yang harus engkau derita...hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan (Wahyu 2:10)". Jika kita setia, maka Allah yang adalah SETIA akan menganugerahkan yang terbaik untuk kehidupan anda.
Jikalau kita ingin hidup yang baik dan hidup yang diberkati, maka tidak ada jalan lain untuk mendapatkan itu dari Tuhan selain, kita harus menjadikan hidup ini berkat bagi sesama. Hal ini patut kita lakukan, sebab Tuhan telah melakukannya untuk kita dan karena itu kita pun harus melakukan kepada orang lain, kita harus saling memperhatikan dan hidup saling melayani satu terhadap yang lain. Yesus bersabda: "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh. 13:13-15)".
Tetapi satu hal yang paling dituntut oleh Tuhan sebagai wujud dari ketaatan kita kepadaNya adalah: HIDUP DALAM PENYEMBAHAN. Karena itu, Tuhan mengharapkan umatNya untuk terus membangun kesadaran diri tentang makna BERSEKUTU DALAM BAITNYA. BAIT ALLAH di Yerusalem harus menjadi KIBLAT dalam kehidupan umat dan sekaligus KIBLAT dalam perilaku moral umat. BAIT ALLAH harus menjadi fokus perhatian umat, di mana umat memandang tempat itu sebagai kunci untuk mengalami "Hidup Yang Dibaharui". Karena itu, saya sangat setuju dengan pandangan Pdt. A.W. Tozer bahwa "orang-orang Kristen adalah orang-orang yang seharusnya suka untuk berkumpul melakukan penyembahan kepada Tuhan, sebuah komunitas yang beribadah dan memuliakan TuhanNya. Komunitas yang suka beribadah akan menjadi ciri khusus yang membedakan umat Tuhan dengan manusia dunia ini".
Itulah sebabnya, sang penulis kitab Ibrani ini mengatakan: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang". Ya....manusia dunia ini menganggap remeh kegiatan ibadah dan menjauhkan diri mereka dari segala sesuatu yang berbau penyembahan kepada Tuhan, bahkan ada yang mengatakan bahwa Ibadah itu adalah perbuatan konyol yang menyita waktu. Namun untuk setiap orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan, saya mau mengatakan bahwa IBADAH atau PENYEMBAHAN itu adalah WAJIB HUKUMNYA.
Tentu ada alasan yang tepat, mengapa PENYEMBAHAN atau IBADAH kepada Allah menjadi sebuah PERINTAH yang WAJIB HUKUMNYA untuk dilakukan.
Paulus menegaskan hal tersebut demikian:
"Agunglah rahasia ibadah kita...(1 Tim. 3:16). Tetapi jauhlah takhayul dan dogeng. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Tim. 4:7-8)".
Demikian juga, Musa menekankan hal ini:
"Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah ....(Ul. 6:13). Maka sekarang hai umat Israel, apakah yang diminta daripadamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu (Ul. 10:12)".
Karena itu saudaraku....
Biarlah Tuhan menjadi yang spesial dalam kehidupanmu. Jadikan Dia lebih dari segala-galanya. Hanya dengan itu, hidupmu bermakna dan engkau pun diberkatiNya.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-26 tanggal 26 Januari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Ibrani 10:19-39.
"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita...tetapi marilah kita saling menasehati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang dekat (Ibr. 10:22-25)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda tetap diwarnai sukacita dan berkat Tuhan terus mengalir melalui karya dan karsa anda.
Saudaraku...
Setiap kita pasti akan merasa bangga jika tanpa melalui prosedur protokoler, tiba-tiba diberi kesempatan untuk bertemu muka dengan pak Jokowi. Sebuah undangan spesial untuk berbagi cerita dengan pak Jokowi. Nggak terbayangkan bagi kita bahwa kita mempunyai kesempatan untuk duduk sambil ngopi di istana, cerita ini dan itu dengan penuh canda dan tawa, seperti dua orang teman yang sudah lama berpisah namun tiba-tiba ketemu muka. Dipanggil untuk bertemu sekali saja dengan pak Jokowi, betapa bangga dan tersanjungnya kita; bagaimana kalau hal itu terjadi setiap saat. Seorang nomor satu di negeri ini selalu mengundang, -(katakanlah pak Jondel)-, hanya sekedar menikmati kebersamaan dalam hitungan menit, duduk bersama sambil menikmati hidangan kopi hangat dengan diselingi canda dan tawa. Saya bisa saja mengatakan di hadapan orang banyak bahwa sayalah orang yang paling berbahagia, bukan?.
Dan kini saya mau mengatakan bahwa, ada undangan yang tidak bisa disetarakan dengan undangan apapun juga yang anda terima selama ini dan undangan itu tidak bersifat temporer tetapi bersifat kontinyu (selalu dan akan selalu), yakni undangan Tuhan untuk menghadap hadiratNya. Di hadapan Tuhan, tidak ada protokoler sebab anda sangat spesial di mataNya.
Sekarang saya hanya mau mengajak anda untuk merenungkan beberapa hal:
Jikalau sedemikian bangganya anda karena bisa mengalami moment-moment spesial, katakanlah seperti yang saya contohkan di atas yakni dengan seorang yang bernama Jokowi: seorang Jokowi yang saat ini masih ada tetapi hari esok dia tidak akan ada lagi, yang untuk saat ini menjabat presiden tetapi jabatannya itu tidak untuk selamanya sebab pada waktunya nanti dia akan tergantikan; jikalau sedemikian bangganya anda dengan hal itu, bagaimana dengan kebebasan yang diberikan Tuhan kepada anda untuk menghadap Dia setiap saat, Dia yang kekal, tidak akan berubah dan tidak akan pernah tergantikan, Dia tetap Tuhan yang sama dulu, sekarang dan akan datang?.
Sudahkah anda memperlakukan Tuhan melebihi perlakuan anda terhadap orang yang anda anggap penting atau spesial, yang karena orang itu anda merasa bangga? Adakah kita juga merasa lebih bangga karena memiliki Tuhan yang setiap saat membuka diri untuk ditemui dan menjadikan diriNya sebagai tempat anda mencurahkan isi hati?.
Sudahkah anda di hadapan orang banyak merasa tersanjung memiliki Tuhan Yesus dan menceritakan kepada semua orang tentang kasih dan kebaikanNya yang selalu dinyatakan dan diberikannya kepada anda ?.
Saudaraku...
Firman Tuhan hari ini menyapa saudara dan saya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat berharga dalam menjalani, mengisi dan menikmati kehidupan. Saya yakin bahwa anda pasti setuju dengan saya bahwa setiap saat kita sangat berharap agar kita mengalami sesuatu yang membuat hidup kita sangat bermakna yang karena itu kita selalu bersukacita dan menaikkan syukur serta merasa bahagia. Dan untuk menjadikan hidup ini bermakna, maka ada tiga pernyataan yang bersifat AJAKAN dan satu penyataan yang bersifat PERINTAH, yang dituntut oleh firman Tuhan hari ini:
1). Marilah kita menghadap kepada Tuhan.
2). Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan kita.
3). Marilah kita saling memperhatikan.
4). Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan IBADAH.
Pernyataan: "Marilah kita" mengandung makna bahwa jikalau kita mau menikmati hidup yang lebih baik dan hidup yang diberkati, maka "Lakukanlah ini".
Jikalau anda merindukan hidup yang baik dan hidup yang diberkati, maka tidak ada pilihan lain selain "Datang kepada Tuhan". Kita tidak boleh jauh dari Tuhan, sebab jika kita jauh dari Tuhan maka hidup kita binasa. Untuk hidup yang baik dan yang diberkati maka: Mari datang menghadap Dia. Bukankan Yesus bersabda: "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Mat. 11:28)".
Jikalau kita mengharapkan hidup yang baik dan yang diberkati, maka kita tidak boleh menjadi pribadi yang plin-plan, kita tidak boleh menjadi pribadi yang suam-suam kukuh, kita tidak boleh menjadi pribadi yang tidak bisa dipegang omongannya, yang hari ini mengatakan A tetapi besok mengatakan B. Kita harus menjadi pribadi yang SETIA dengan teguh berpegang pada pengakuan bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat. Kita tidak boleh menyangkali pernyataan itu, dan jika kita tetap SETIA untuk berpegang teguh pada pengakuan, maka sabda Tuhan: "Jangan taku terhadap apa yang harus engkau derita...hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan (Wahyu 2:10)". Jika kita setia, maka Allah yang adalah SETIA akan menganugerahkan yang terbaik untuk kehidupan anda.
Jikalau kita ingin hidup yang baik dan hidup yang diberkati, maka tidak ada jalan lain untuk mendapatkan itu dari Tuhan selain, kita harus menjadikan hidup ini berkat bagi sesama. Hal ini patut kita lakukan, sebab Tuhan telah melakukannya untuk kita dan karena itu kita pun harus melakukan kepada orang lain, kita harus saling memperhatikan dan hidup saling melayani satu terhadap yang lain. Yesus bersabda: "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh. 13:13-15)".
Tetapi satu hal yang paling dituntut oleh Tuhan sebagai wujud dari ketaatan kita kepadaNya adalah: HIDUP DALAM PENYEMBAHAN. Karena itu, Tuhan mengharapkan umatNya untuk terus membangun kesadaran diri tentang makna BERSEKUTU DALAM BAITNYA. BAIT ALLAH di Yerusalem harus menjadi KIBLAT dalam kehidupan umat dan sekaligus KIBLAT dalam perilaku moral umat. BAIT ALLAH harus menjadi fokus perhatian umat, di mana umat memandang tempat itu sebagai kunci untuk mengalami "Hidup Yang Dibaharui". Karena itu, saya sangat setuju dengan pandangan Pdt. A.W. Tozer bahwa "orang-orang Kristen adalah orang-orang yang seharusnya suka untuk berkumpul melakukan penyembahan kepada Tuhan, sebuah komunitas yang beribadah dan memuliakan TuhanNya. Komunitas yang suka beribadah akan menjadi ciri khusus yang membedakan umat Tuhan dengan manusia dunia ini".
Itulah sebabnya, sang penulis kitab Ibrani ini mengatakan: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang". Ya....manusia dunia ini menganggap remeh kegiatan ibadah dan menjauhkan diri mereka dari segala sesuatu yang berbau penyembahan kepada Tuhan, bahkan ada yang mengatakan bahwa Ibadah itu adalah perbuatan konyol yang menyita waktu. Namun untuk setiap orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan, saya mau mengatakan bahwa IBADAH atau PENYEMBAHAN itu adalah WAJIB HUKUMNYA.
Tentu ada alasan yang tepat, mengapa PENYEMBAHAN atau IBADAH kepada Allah menjadi sebuah PERINTAH yang WAJIB HUKUMNYA untuk dilakukan.
Paulus menegaskan hal tersebut demikian:
"Agunglah rahasia ibadah kita...(1 Tim. 3:16). Tetapi jauhlah takhayul dan dogeng. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Tim. 4:7-8)".
Demikian juga, Musa menekankan hal ini:
"Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah ....(Ul. 6:13). Maka sekarang hai umat Israel, apakah yang diminta daripadamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu (Ul. 10:12)".
Karena itu saudaraku....
Biarlah Tuhan menjadi yang spesial dalam kehidupanmu. Jadikan Dia lebih dari segala-galanya. Hanya dengan itu, hidupmu bermakna dan engkau pun diberkatiNya.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas Refleksinya.
TYM .