Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-39 tanggal 8 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Bilangan 14:1-10.
"Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar-biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada Tuhan, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telah habis. Yang melindungi mereka telah meninggalkan mereka, sedang Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (Bil. 14:6-9)".
Shalom bagimu.
Kiranya damai sejahtera Kristus melingkupi kehidupan anda hari ini.
Saudaraku....
Saya sering, -(dan boleh jadi, anda juga)-, mendengarkan sepasang suami-istri atau pun orangtua dan anak yang bertengkar hanya karena persoalan kecil atau sepele. Dan hal ini juga tidak dapat kita pungkiri, menjadi realita sesungguhnya dari perjalanan masing-masing kita yang sudah berkeluarga. Tetapi anehnya, ketika setiap orang kehilangan kontrol diri, maka persoalan yang kecil akan menjadi persoalan yang besar; seperti bola salju yang menggelinding dari atas puncak gunung, yang pada mulanya hanya sebesar biji kelereng saja, namun tiba di lembah telah menjadi bola salju yang sangat besar, yang memporak-porandakan semua benda yang menghadang lajunya, tak terkecuali melanda rumah, yang besar maupun yang kecil dibuatnya hancur.
Ya...memang benar bahwa selamanya tidak ada persoalan yang besar yang tidak bersumber dari persoalan yang kecil. Karena itu, persoalan yang kecil sering menjadi selumbar di mata kita, yang membuat kita gelap mata sehingga membuat perilaku kita seperti singa muda yang kelaparan, menerkam dan mencakar mangsanya tanpa perasaan ampun sedikit pun. Dan satu hal yang harus anda sadari ialah, ketika anda telah gelap mata, apapun kebaikan orang akan selalu salah dalam pandangan anda.
Saudaraku...
Kisah 12 pengintai yang diutus oleh Musa untuk mematai-matai negeri Kanaan itu, sesungguhnya adalah cermin dari kehidupan kita. Kita tahu, dan hal tersebut tertulis dengan jelas dalam memori kita, bahwa Allah itu perkasa dan berkuasa, dan Ia dengan mudahnya dapat mengatasi persoalan sebesar dan seberat apapun juga, bahkan yang mustahil pun diterobos; sebab bagi Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin. Tetapi entah bagaimana, -(dan inilah kecenderungan kita)-, ketika kita berhadapan dengan sebuah masalah yang sesungguhnya sangat sepele, hati kita menjadi ciut karena masalah itu. Seperti duri yang menusuk di telapak kaki, kita merasa bahwa kita tidak mampu untuk berdiri lagi apalagi mau berjalan. Janji Tuhan yang semula kita katakan "YA dan AMIN", hanya karena duri kecil yang menusuk kaki kita, membuat semuanya itu sirna. Kita memandang masa depan dengan pandangan yang buram, dan dalam kondisi demikian, keyakinan kita tentang "Keberadaan Tuhan" pun menjadi runtuh.
Saya mau mengatakan kepada anda, bahwa jangan karena persoalan yang terjadi , -(jangankan persoalan besar, kecilpun juga jangan)-, hal tersebut akan "MEREDUKSI IMAN" anda. Dalam arti bahwa jangan sampai karena persoalan itu akan membuat keyakinan anda tentang "Allah yang Perkasa dan Berkuasa" itu terpotong atau berkurang. Justru persoalan yang ada seharusnya membuat integritas diri anda semakin kuat dalam PERKARA IMAN seperti Yosua dan Kaleb, bahwa persoalan yang ada itu hanyalah sebuah batu loncatan untuk mencapai sebuah sukses yang besar. Setiap persoalan (besar atau pun kecil), sesungguhnya adalah sebuah "BATU UJI" untuk mempertontonkan karakter hidup beriman anda; adakah anda fokus pada persoalan itu sendiri yang mengakibatkan iman anda tereduksi, ataukah justru karena persoalan itu membuat anda semakin fokus memandang kepada Tuhan, sehingga anda mampu berkata seperti Rasul Paulus: "Tetapi jawab Tuhan kepadaku: cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor. 12:9-10)".
Karena itu saudaraku....
Kejayaan yang hendak kita gapai hanya mungkin jika kita menyadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah dalam menghadapi dan mengatasi berbagai problem kehidupan, supaya dengan itu, kita memberi ruang bagi kuasa Tuhan untuk bekerja. Justru oleh ujianlah, Iman diperteguh dan karena ujianlah maka sukses dapat diraih; sebab melalui ujianlah, Tuhan memberi kuat dan melapangkan jalan bagi orang yang berkenan kepadaNya, sehingga yang bersangkutan menjadi TEGUH-JAYA.
Dengan demikian, tetaplah berkeyakinan bahwa Tuhan selalu beserta anda. Sebab hanya dengan itu, persoalan atau problem kehidupan tak akan pernah membuat anda menjadi lemah, melainkan anda semakin menjadi pribadi yang kuat karenanya.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-39 tanggal 8 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Bilangan 14:1-10.
"Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar-biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada Tuhan, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telah habis. Yang melindungi mereka telah meninggalkan mereka, sedang Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (Bil. 14:6-9)".
Shalom bagimu.
Kiranya damai sejahtera Kristus melingkupi kehidupan anda hari ini.
Saudaraku....
Saya sering, -(dan boleh jadi, anda juga)-, mendengarkan sepasang suami-istri atau pun orangtua dan anak yang bertengkar hanya karena persoalan kecil atau sepele. Dan hal ini juga tidak dapat kita pungkiri, menjadi realita sesungguhnya dari perjalanan masing-masing kita yang sudah berkeluarga. Tetapi anehnya, ketika setiap orang kehilangan kontrol diri, maka persoalan yang kecil akan menjadi persoalan yang besar; seperti bola salju yang menggelinding dari atas puncak gunung, yang pada mulanya hanya sebesar biji kelereng saja, namun tiba di lembah telah menjadi bola salju yang sangat besar, yang memporak-porandakan semua benda yang menghadang lajunya, tak terkecuali melanda rumah, yang besar maupun yang kecil dibuatnya hancur.
Ya...memang benar bahwa selamanya tidak ada persoalan yang besar yang tidak bersumber dari persoalan yang kecil. Karena itu, persoalan yang kecil sering menjadi selumbar di mata kita, yang membuat kita gelap mata sehingga membuat perilaku kita seperti singa muda yang kelaparan, menerkam dan mencakar mangsanya tanpa perasaan ampun sedikit pun. Dan satu hal yang harus anda sadari ialah, ketika anda telah gelap mata, apapun kebaikan orang akan selalu salah dalam pandangan anda.
Saudaraku...
Kisah 12 pengintai yang diutus oleh Musa untuk mematai-matai negeri Kanaan itu, sesungguhnya adalah cermin dari kehidupan kita. Kita tahu, dan hal tersebut tertulis dengan jelas dalam memori kita, bahwa Allah itu perkasa dan berkuasa, dan Ia dengan mudahnya dapat mengatasi persoalan sebesar dan seberat apapun juga, bahkan yang mustahil pun diterobos; sebab bagi Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin. Tetapi entah bagaimana, -(dan inilah kecenderungan kita)-, ketika kita berhadapan dengan sebuah masalah yang sesungguhnya sangat sepele, hati kita menjadi ciut karena masalah itu. Seperti duri yang menusuk di telapak kaki, kita merasa bahwa kita tidak mampu untuk berdiri lagi apalagi mau berjalan. Janji Tuhan yang semula kita katakan "YA dan AMIN", hanya karena duri kecil yang menusuk kaki kita, membuat semuanya itu sirna. Kita memandang masa depan dengan pandangan yang buram, dan dalam kondisi demikian, keyakinan kita tentang "Keberadaan Tuhan" pun menjadi runtuh.
Saya mau mengatakan kepada anda, bahwa jangan karena persoalan yang terjadi , -(jangankan persoalan besar, kecilpun juga jangan)-, hal tersebut akan "MEREDUKSI IMAN" anda. Dalam arti bahwa jangan sampai karena persoalan itu akan membuat keyakinan anda tentang "Allah yang Perkasa dan Berkuasa" itu terpotong atau berkurang. Justru persoalan yang ada seharusnya membuat integritas diri anda semakin kuat dalam PERKARA IMAN seperti Yosua dan Kaleb, bahwa persoalan yang ada itu hanyalah sebuah batu loncatan untuk mencapai sebuah sukses yang besar. Setiap persoalan (besar atau pun kecil), sesungguhnya adalah sebuah "BATU UJI" untuk mempertontonkan karakter hidup beriman anda; adakah anda fokus pada persoalan itu sendiri yang mengakibatkan iman anda tereduksi, ataukah justru karena persoalan itu membuat anda semakin fokus memandang kepada Tuhan, sehingga anda mampu berkata seperti Rasul Paulus: "Tetapi jawab Tuhan kepadaku: cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor. 12:9-10)".
Karena itu saudaraku....
Kejayaan yang hendak kita gapai hanya mungkin jika kita menyadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah dalam menghadapi dan mengatasi berbagai problem kehidupan, supaya dengan itu, kita memberi ruang bagi kuasa Tuhan untuk bekerja. Justru oleh ujianlah, Iman diperteguh dan karena ujianlah maka sukses dapat diraih; sebab melalui ujianlah, Tuhan memberi kuat dan melapangkan jalan bagi orang yang berkenan kepadaNya, sehingga yang bersangkutan menjadi TEGUH-JAYA.
Dengan demikian, tetaplah berkeyakinan bahwa Tuhan selalu beserta anda. Sebab hanya dengan itu, persoalan atau problem kehidupan tak akan pernah membuat anda menjadi lemah, melainkan anda semakin menjadi pribadi yang kuat karenanya.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteKita senantiasa percaya kepada Tuhan maka Tuhan akan senantiasa menyertai kita.
Trima kasih atas Refleksinya.
TYM .
Thanks pak..
ReplyDelete