Laman

Thursday, February 8, 2018

Tuhan Meyediakan: Jehovah Jireh

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-40 tanggal 9 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan : Kejadian 22:1-19.

"Karena engkau telah berbuat demikian dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut...oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat (Kej. 22:16-18)".

Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda dilingkupi sukacita dan diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Ada orang yang begitu mudahnya mendapatkan apa yang diinginkan hatinya, tetapi ada pula orang yang sudah berjuang banting-tulang, namun untuk mendapatkan sesuap nasi saja, hal tersebut bagi mereka sangatlah sulit. Karena itu tidaklah salah jika seseorang dalam kelimpahannya dengan mudah dan dengan lantang dapat berkata: "Puji Tuhan atas berkatNya yang melimpah", tetapi bagi mereka yang sulit mendapatkan apa yang diinginkan hatinya, menjadi sebuah perkara yang tidak mudah untuk mengatakan: "Puji Tuhan atas berkat kekurangan ini".

Dan dapat anda bayangkan jika anda dalam posisi Abraham yang sudah sekian lama menantikan kehadiran seorang anak dalam kehidupannya bersama Sara; lalu tiba-tiba diperhadapkan dengan pemintaan Tuhan yang tidak masuk di akal: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu (Kej. 22:2)"; mampuhkah dan kuatkan anda untuk melaksanakan perintah demikian?.

Coba bayangkan, betapa sakitnya Abraham bersama dengan istrinya, Sara, yang sangat lama menantikan penggenapan janji Tuhan hingga di usia yang sudah sangat lanjut mereka baru mendapatkan Ishak; namun tiba-tiba datang perintah yang sangat tidak masuk di akal untuk mengorbankan sang buah hati sebagai korban bakaran bagi Tuhan. Mampuhkan dan kuatkah anda untuk melaksanakan perintah yang demikian?. Kalau dua atau lebih anak dikaruniakan Tuhan kepada Abraham, mungkin tidaklah terlalu sulit untuk melaksanakan maksud Tuhan; tetapi jika hanya satu-satunya, betapa sulitnya untuk mengatakan "YA", bukan?.

Saudaraku...
Saya hanya mau mengatakan, untuk setiap perintah yang tidak masuk diakal, hanya manusia yang memiliki "Hati Sang Bapa" atau mereka yang memiliki "Hati Tuhan" yang dapat melakukannya. Dan untuk memiliki "Hati Sang Bapa", hanya mungkin jika sungguh-sungguh, -(sepenuh hati atau sebulat jiwa)-, kita mengasihi Tuhan. Dan bagi setiap orang yang mengklaim dirinya sebagai anak Tuhan, maka sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak sepenuh hati atau sebulat jiwa kita mengasihi Tuhan, bukan?.

Mengapa?.

Karena Tuhan sudah sedemikian mengasihi kita tanpa memperhatikan dan memperhitungkan noda dan cela yang melekat pada diri kita. Karena itu, mengasihi Tuhan adalah sebuah keharusan, bukan sebuah tawaran untuk memilih antara "mau atau tidak". Dan saya mau tegaskan bahwa: "hanya mereka yang tidak mengenal Tuhan saja yang tidak akan mungkin mengasihi Tuhan, tetapi mereka yang mengenal Tuhan bahkan menyapaNya sebagai Abba (Bapa), menjadi hal wajib untuk mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan sebulat jiwa; sehingga dengan itu kita dengan penuh kesadaran akan memberikan yang terbaik yang Tuhan minta dari diri kita".

Jika kita sungguh-sungguh melakukan apa yang Tuhan inginkan, maka kita akan memiliki keyakinan yang sama seperti Abraham, ketika Ishak bertanya kepadanya: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu? (Kej. 22:7)". Pertanyaan seperti ini akan kita jawab dengan sebuah keyakinan yang pasti bahwa: "JEHOVAH JIREH (=Allah yang akan menyediakan) anak domba untuk korban bakaran bagiNya (Kej. 22:8)".

Ketaatan Abraham untuk melakukan perintah Tuhan tanpa bla-bla-bla, sebuah sikap batin yang tidak banyak neko-neko, -(walaupun hal tersebut sesungguhnya ia tidak sadari)-, justru telah memampuhkan dirinya untuk menembus sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Abraham hanyalah pribadi yang polos dan tulus dalam beriman, -(tidak lebih dan tidak kurang)-, ia berjalan menurut petunjuk Tuhan, bukan mengikuti kata hatinya. Ia hanya percaya pada apa yang Tuhan perintahkan dan sesegera itu pula ia melakukan perintah Tuhan tanpa menunda-nunda waktu. Abraham juga tidak pernah berpikir "Do ut Des", sebuah pikiran bahwa: "jika ia melakukan ini dan itu maka ia akan mendapat imbalan lebih dari pada yang ia telah berikan". Abraham adalah sosok yang polos dan tulus dalam beriman dan itulah sebabnya, Tuhan sangat respek kepadanya dan berkata: "Sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu (Kej. 22:12)". Dan untuk hal ketaatan itulah maka "Tuhan Menyediakan = Jehovah Jireh" korban pengganti bagi Ishak. Tentunya hal ini mengingatkan kita tentang apa yang telah dilakukan oleh Allah dengan memberikan AnakNya Yang Tunggal untuk menjadi tebusan atas dosa-dosa-kita, bukan?

Saudaraku...
Jika kita berjalan tanpa memperhitungkan untung atau rugi terkait dengan kepercayaan kita kepada Tuhan, maka Tuhan juga mengerti apa yang terbaik untuk diberikanNya kepada kita. Dan di sinilah saya mau mengatakan kepada anda bahwa percaya kepada Tuhan itu bersangkut-paut dengan panggilan hati nurani untuk sesegera mungkin melakukan apa yang Tuhan minta kepada anda untuk anda laksanakan dalam "Ketaatan Penuh". Ya...walau sulit dan tidak masuk akal, anda tetap menyatakan "Ketaatan Untuk Melakukannya", tanpa ada tawar menawar. Dan jika sungguh-sungguh hal ini anda wujudkan, maka Tuhan adalah "Jehovah Jireh", Dialah yang akan menyediakan apa yang terbaik bagi diri anda; sehingga tidak ada yang terhilang dari diri anda, bahkan anda akan mendapatkan lebih dari pada yang bisa anda pikirkan dan yang anda lakukan.

Selamat untuk tetap percaya.
Selamat beraktifitas.
Tuhan itulah Jehovah Jireh, Dialah yang akan menyediakan yang terbaik bagi anda.
Tuhan memberkati hidupmu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love