Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-42 tanggal 11 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Ringkasan Khotbah Minggu Transfigurasi.
Disampaikan Dalam Ibadah Raya Jemaat
Di Gereja Toraja Jemaat Masale.
Bacaan :
(1). 2 Raja-raja 2:1-12.
(2). 2 Korintus 4:1-6.
(3). Markus 9:2-9 (Bahan Utama Khotbah).
"Betapa bahagianya kami berada di tempat ini (Mark. 9:5)".
Shalom bagimu.
Semoga anda mengalami kasih dan berkat Tuhan hari ini dari dalam baitNya.
Saudaraku...
Dalam psikologi Agama dikenal adanya pengalaman spiritual yang "Mempesona = Pascinorum" dan "Menghentak atau Yang Mengherankan = Tremendum". Kedua pengalaman spiritual ini seringkali menyatu sehingga mempengaruhi hidup orang yang mengalaminya dan mendorong yang bersangkutan untuk membuat sesuatu yang akan menjadi kenangan. Atau dengan kata lain; orang yang mengalaminya akan membangun sesuatu yang sifatnya monumental.
Hal seperti inilah yang terjadi dan yang dialami oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus.
Betapa tidak?
Mereka mengalami pengalaman spiritual yang sangat spektakuler yang sudah barang tentu tidak akan pernah terlupakan sepanjang perjalanan hidup mereka dan juga tidak akan pernah terulang. Suatu penglihatan yang "Pascinorum dan Tremendum, Yang Mempesona dan Yang Menghentakkan".
Peristiwa yang menjadi pengalaman spiritual itu adalah peristiwa perubahan wujud dari yang biasa menjadi sangat luar-biasa, "Peristiwa Transfigurasi" di mana wajah Tuhan Yesus mengalami perubahan di depan mata mereka; wajahNya bercahaya dan pakaianNya sangat putih berkilat-kilat. Dan yang membuat mereka semakin terhentak dengan penglihatan yang mempesona itu adalah; munculnya dua sosok yang tidak asing bagi umat Israel, dua sosok yang sangat disegani dan dihormati, yakni Musa dan Elia. Seandainya anda adalah salah satu dari ketiga murid Tuhan Yesus yang mengalami pengalaman spiritual yang demikian; saya yakin dan percaya, diri anda akan kaget atau terkejut, takut dan terkagum-kagum. Dan anda pun akan berkata sama seperti Petrus: "Betapa bahagianya kami berada di tempat ini". Dan sangking bahagianya anda, maka andapun akan mengajukan penawaran: "Baiklah atau izinkanlah kami mendirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia".
Ini adalah permintaan yang spontan, yang lahir dari rasa kagum pada apa yang mereka saksikan. Bayangkan saja, selama ini mereka hanya mendengar tentang nama Musa dan Elia. Boleh jadi dari mulut satu generasi ke mulut generasi selanjutnya, secara estapet, orangtua memberikan gambaran tentang sosok kedua orang yang mereka segani dan yang mereka hormati; tetapi kini, di depan mata mereka sendiri, sosok itu menjadi nampak. Tidaklah salah ungkapan ini: "Betapa bahagianya kami berada di tempat ini".
Saudaraku...
Memang peristiwa transfigurasi Yesus dan perjumpaan dengan dua tokoh sentral dari bangunan spiritual umat Israel yakni Musa dan Elia, telah melahirkan rasa kagum sehingga para murid terpaku, terkesima dan merasakan kebahagiaan yang tak terhingga; adalah sesuatu yang tidak salah. Respons para murid ketika menyaksikan peristiwa itu adalah hal yang wajar. Tanggapan mereka dengan mengungkapkan apa yang ada di dalam hati mereka: "Biarkan kami membuat tiga kemah" adalah hal yang baik. Tetapi respons dan atau tanggapan Tuhan atas niat itu adalah berbeda. Seiring dengan kerinduan mereka untuk membuat kemah, terdengarlah suara dari sorga: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkan Dia".
Ada sesuatu yang sangat menarik ketika para murid menawarkan diri untuk melakukan dan memberikan yang terbaik bagi ketiga orang yang sangat mereka segani dan hormati ini, sebuah niat yang lahir dari pengalaman spiritual; tetapi Tuhan seolah-olah berkata: "Tidak, kamu harus mendengarkan Dia". Ya...Tuhan seolah-olah mau menegaskan bahwa bukan apa yang ada dalam hatimu yang Tuhan cari, tetapi yang Tuhan mau ialah seluruh kehidupanmu harus anda taklukkan di bawah kekuasaanNya dengan melakukan apa yang Tuhan mau. Saya hendak mengatakan seperti ini: "Tuhan tidak menginginkan pengalaman spiritual, atau sebuah pengalaman perjumpaan dengan Allah itu hanya sebatas bangunan atau area tertentu; tetapi pengalaman ini harus teraktualisasi dalam kehidupan nyata ketika saudara dan saya membangun interaksi dengan orang lain".
Memang Penulis Injil Markus dan Matius tidak memberi keterangan sedikitpun tentang apa yang sedang dipercakapkan oleh kedua tokoh ini: Musa dan Elia bersama dengan Tuhan Yesus, tetapi dalam Injil Lukas kita mendapatkan catatan yang sangat jelas: "Keduanya (yakni Musa dan Elia) menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan dighenapiNya di Yerusalem (Luk. 9:31)". Jadi Musa dan Elia tidak memperbincangkan tentang aksi bangun-membangun sebuah kerajaan, atau bangun membangun sebuah gedung gereja, atau bagaimana caranya mendesain sebuah event rohani entah itu KKR atau KPI atau semacamnya, tidak pula memperbincangkan tentang prestasi yang sudah dicapai dalam pelayanan; tetapi yang dipercakapkan ialah, bagaimana sampai titik terakhir dari kehidupan, hidup anda adalah "Hidup Yang Melayani". Jalan hidup ini tidak mudah, tetapi harus dilalui; "Hidup Yang Melayani adalah hidup yang ada di jalan Via Dolorosa".
Dari peristiwa transfigurasi yang dialami para murid, ada pesan moral untuk saudara dan saya:
"Berhentilah untuk merasa bangga dengan mujizat. Berhentilah untuk merasa bangga dengan semua penglihatan dan tanda-tanda heran. Berhentilah untuk merasa bangga sambil menepuk dada karena keberhasilan membangun gedung gereja yang besar dengan segala fasilitas yang serba mewah. Berhentilah untuk merasa bangga atas pencapaian-pencapaian prestasi pelayanan akan program ini dan itu. Sekaranglah waktunya untuk mendengarkan Tuhan. Sekaranglah waktunya untuk melakukan apa yang Tuhan mau. Sekaranglah waktunya memberi hidup kita kepada Tuhan untuk dipakai menurut kehendakNya. Sekaranglah waktunya untuk membuat hidup kita bermakna bagi kehidupan orang lain. Sekaranglah waktunya anda diminta oleh Tuhan untuk menempuh jalan Via Dolorosa, sebuah jalan yang hampa sanjungan dan pujian".
Saudaraku...
Jikja kemuliaan Allah telah dinyatakan di Dalam Kristus melalui kesediaan dan kerelaanNya untuk "Melayani, bukan untuk dilayani", dan kemuliaan Kristus tersebut menjadi nyata dan dirasakan oleh banyak orang melalui kerelaanNya memberi hidup dan nyawaNya sendiri untuk tebusan atas dosa kita. Maka ketika anda menyebut diri anda sebagai muridNya, itu berarti bahwa tidak ada pilihan lain selain menjadikan kehidupan anda sebagai alat berkat di mana setiap orang akan mengalami perjumpaan dengan Allah. Dan saya mau mengatakan bahwa kemuliaan diri anda tidak terletak pada kedudukan dan kekuasaan serta status sosial dan harta benda yang anda miliki; tetapi kesediaan dan kerelaan hati anda untuk melayani orang lain.
Selamat memaknai minggu Transfigurasi.
Selamat untuk menjadi berkat bagi yang lain.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut Rabu Abu.
Selamat untuk memasuki minggu-minggu Pra-Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-42 tanggal 11 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Ringkasan Khotbah Minggu Transfigurasi.
Disampaikan Dalam Ibadah Raya Jemaat
Di Gereja Toraja Jemaat Masale.
Bacaan :
(1). 2 Raja-raja 2:1-12.
(2). 2 Korintus 4:1-6.
(3). Markus 9:2-9 (Bahan Utama Khotbah).
"Betapa bahagianya kami berada di tempat ini (Mark. 9:5)".
Shalom bagimu.
Semoga anda mengalami kasih dan berkat Tuhan hari ini dari dalam baitNya.
Saudaraku...
Dalam psikologi Agama dikenal adanya pengalaman spiritual yang "Mempesona = Pascinorum" dan "Menghentak atau Yang Mengherankan = Tremendum". Kedua pengalaman spiritual ini seringkali menyatu sehingga mempengaruhi hidup orang yang mengalaminya dan mendorong yang bersangkutan untuk membuat sesuatu yang akan menjadi kenangan. Atau dengan kata lain; orang yang mengalaminya akan membangun sesuatu yang sifatnya monumental.
Hal seperti inilah yang terjadi dan yang dialami oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus.
Betapa tidak?
Mereka mengalami pengalaman spiritual yang sangat spektakuler yang sudah barang tentu tidak akan pernah terlupakan sepanjang perjalanan hidup mereka dan juga tidak akan pernah terulang. Suatu penglihatan yang "Pascinorum dan Tremendum, Yang Mempesona dan Yang Menghentakkan".
Peristiwa yang menjadi pengalaman spiritual itu adalah peristiwa perubahan wujud dari yang biasa menjadi sangat luar-biasa, "Peristiwa Transfigurasi" di mana wajah Tuhan Yesus mengalami perubahan di depan mata mereka; wajahNya bercahaya dan pakaianNya sangat putih berkilat-kilat. Dan yang membuat mereka semakin terhentak dengan penglihatan yang mempesona itu adalah; munculnya dua sosok yang tidak asing bagi umat Israel, dua sosok yang sangat disegani dan dihormati, yakni Musa dan Elia. Seandainya anda adalah salah satu dari ketiga murid Tuhan Yesus yang mengalami pengalaman spiritual yang demikian; saya yakin dan percaya, diri anda akan kaget atau terkejut, takut dan terkagum-kagum. Dan anda pun akan berkata sama seperti Petrus: "Betapa bahagianya kami berada di tempat ini". Dan sangking bahagianya anda, maka andapun akan mengajukan penawaran: "Baiklah atau izinkanlah kami mendirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia".
Ini adalah permintaan yang spontan, yang lahir dari rasa kagum pada apa yang mereka saksikan. Bayangkan saja, selama ini mereka hanya mendengar tentang nama Musa dan Elia. Boleh jadi dari mulut satu generasi ke mulut generasi selanjutnya, secara estapet, orangtua memberikan gambaran tentang sosok kedua orang yang mereka segani dan yang mereka hormati; tetapi kini, di depan mata mereka sendiri, sosok itu menjadi nampak. Tidaklah salah ungkapan ini: "Betapa bahagianya kami berada di tempat ini".
Saudaraku...
Memang peristiwa transfigurasi Yesus dan perjumpaan dengan dua tokoh sentral dari bangunan spiritual umat Israel yakni Musa dan Elia, telah melahirkan rasa kagum sehingga para murid terpaku, terkesima dan merasakan kebahagiaan yang tak terhingga; adalah sesuatu yang tidak salah. Respons para murid ketika menyaksikan peristiwa itu adalah hal yang wajar. Tanggapan mereka dengan mengungkapkan apa yang ada di dalam hati mereka: "Biarkan kami membuat tiga kemah" adalah hal yang baik. Tetapi respons dan atau tanggapan Tuhan atas niat itu adalah berbeda. Seiring dengan kerinduan mereka untuk membuat kemah, terdengarlah suara dari sorga: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkan Dia".
Ada sesuatu yang sangat menarik ketika para murid menawarkan diri untuk melakukan dan memberikan yang terbaik bagi ketiga orang yang sangat mereka segani dan hormati ini, sebuah niat yang lahir dari pengalaman spiritual; tetapi Tuhan seolah-olah berkata: "Tidak, kamu harus mendengarkan Dia". Ya...Tuhan seolah-olah mau menegaskan bahwa bukan apa yang ada dalam hatimu yang Tuhan cari, tetapi yang Tuhan mau ialah seluruh kehidupanmu harus anda taklukkan di bawah kekuasaanNya dengan melakukan apa yang Tuhan mau. Saya hendak mengatakan seperti ini: "Tuhan tidak menginginkan pengalaman spiritual, atau sebuah pengalaman perjumpaan dengan Allah itu hanya sebatas bangunan atau area tertentu; tetapi pengalaman ini harus teraktualisasi dalam kehidupan nyata ketika saudara dan saya membangun interaksi dengan orang lain".
Memang Penulis Injil Markus dan Matius tidak memberi keterangan sedikitpun tentang apa yang sedang dipercakapkan oleh kedua tokoh ini: Musa dan Elia bersama dengan Tuhan Yesus, tetapi dalam Injil Lukas kita mendapatkan catatan yang sangat jelas: "Keduanya (yakni Musa dan Elia) menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan dighenapiNya di Yerusalem (Luk. 9:31)". Jadi Musa dan Elia tidak memperbincangkan tentang aksi bangun-membangun sebuah kerajaan, atau bangun membangun sebuah gedung gereja, atau bagaimana caranya mendesain sebuah event rohani entah itu KKR atau KPI atau semacamnya, tidak pula memperbincangkan tentang prestasi yang sudah dicapai dalam pelayanan; tetapi yang dipercakapkan ialah, bagaimana sampai titik terakhir dari kehidupan, hidup anda adalah "Hidup Yang Melayani". Jalan hidup ini tidak mudah, tetapi harus dilalui; "Hidup Yang Melayani adalah hidup yang ada di jalan Via Dolorosa".
Dari peristiwa transfigurasi yang dialami para murid, ada pesan moral untuk saudara dan saya:
"Berhentilah untuk merasa bangga dengan mujizat. Berhentilah untuk merasa bangga dengan semua penglihatan dan tanda-tanda heran. Berhentilah untuk merasa bangga sambil menepuk dada karena keberhasilan membangun gedung gereja yang besar dengan segala fasilitas yang serba mewah. Berhentilah untuk merasa bangga atas pencapaian-pencapaian prestasi pelayanan akan program ini dan itu. Sekaranglah waktunya untuk mendengarkan Tuhan. Sekaranglah waktunya untuk melakukan apa yang Tuhan mau. Sekaranglah waktunya memberi hidup kita kepada Tuhan untuk dipakai menurut kehendakNya. Sekaranglah waktunya untuk membuat hidup kita bermakna bagi kehidupan orang lain. Sekaranglah waktunya anda diminta oleh Tuhan untuk menempuh jalan Via Dolorosa, sebuah jalan yang hampa sanjungan dan pujian".
Saudaraku...
Jikja kemuliaan Allah telah dinyatakan di Dalam Kristus melalui kesediaan dan kerelaanNya untuk "Melayani, bukan untuk dilayani", dan kemuliaan Kristus tersebut menjadi nyata dan dirasakan oleh banyak orang melalui kerelaanNya memberi hidup dan nyawaNya sendiri untuk tebusan atas dosa kita. Maka ketika anda menyebut diri anda sebagai muridNya, itu berarti bahwa tidak ada pilihan lain selain menjadikan kehidupan anda sebagai alat berkat di mana setiap orang akan mengalami perjumpaan dengan Allah. Dan saya mau mengatakan bahwa kemuliaan diri anda tidak terletak pada kedudukan dan kekuasaan serta status sosial dan harta benda yang anda miliki; tetapi kesediaan dan kerelaan hati anda untuk melayani orang lain.
Selamat memaknai minggu Transfigurasi.
Selamat untuk menjadi berkat bagi yang lain.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut Rabu Abu.
Selamat untuk memasuki minggu-minggu Pra-Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteSepatutnyalah kita pengikut Kristus, mempunyai kesediaan dan kerelahan hati untuk melayani orang lain.
Trima kasih atas refleksinya.
TYM .