Laman

Wednesday, February 21, 2018

Manusia Rakus, Manusia Bajingan

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-52 tanggal 21 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).

Censura Morum hari ke-7 Masa Pra Paskah.

Bacaan : Bilangan 11:4-23.

"Orang-orang BAJINGAN yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat (Bil. 11:4-6)".

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Masciach
.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini kehidupan anda diberkati.

Saudaraku....
Ada orang yang datang meminta masukan-masukan dari saya tentang bagaimana memenuhi semua hal yang diharapkan dalam menjalani hidup, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Ia menyampaikan keluhannya seperti ini:
"Pak pendeta, saya merasa aneh dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan saya bersama dengan istri dan anak-anak. Dulu kami merasakan bahwa betapa baiknya Tuhan itu, karena Tuhan mempercukupkan apa yang kami butuhkan dalam menjalani kehidupan bahkan kami masih bisa berinvestasi. Gaji saya dan istri pas-pasan, tapi toh kami masih bisa nabung dan setiap minggu kami punya waktu untuk bersantai bersama dengan anak-anak bahkan keluarga besar kami (opa-oma dan kemenakan-kemenakan). Tapi seiring dengan perjalanan waktu, suasana yang demikian menjadi sirna padahal pendapatan kami boleh dikata lebih dari cukup. Apa yang salah dalam hal ini, pak pendeta?".

Justru mendengar keluhan seperti ini, saya sendiri merasakan hal yang sama. Saya sendiri terdiam bukan karena ingin mencari jawaban atas masalah tersebut, tetapi saya juga mempertanyakan hal tersebut kepada diri saya sendiri. Saya mengatakan kepada yang bersangkutan bahwa apa yang terjadi dalam keluarga anda adalah juga persis sama dengan apa yang terjadi dalam keluarga saya selaku seorang Hamba Tuhan, karena itu marilah kita bergumul bersama; mengapa hal ini bisa terjadi? Jika hal ini terjadi, kepada siapa kita harus mengadu dan meminta jalan keluar?

Saudaraku...
Saya sendiri berpikir bahwa ada sesuatu yang salah; dan yang salah bukan siapa-siapa, dan juga bukan Tuhan. Yang salah itu adalah diri kita sendiri yang membiarkan "KERAKUSAN" bertumbuh dan berkembang menguasai kehidupan kita. Kita adalah pribadi-pribadi yang "BAJINGAN" yang sudah kerasukan "NAFSU RAKUS", sehingga tidak akan pernah merasa "CUKUP" untuk semua yang kita dapatkan dalam hidup ini.

Mungkin pernyataan ini sangat keras. Tetapi pernyataan ini jugalah yang menampar tali rasa dari kehidupan spiritual saya yang sudah mulai menipis karena sering mengukur kasih, kuasa dan berkat Tuhan dari keterpenuhan semua keinginan-keinginan saya. Saya mau mengatakan bahwa pernyataan "BAJINGAN" di sini sangatlah Alkitabiah (baca ayat 4). Inilah yang hendak saya tegaskan kepada anda bahwa bukan berkat Tuhan yang berkurang dalam kehidupan kita, tapi godaan duniawi yang bertambah-tambah dan oleh karena pandangan mata membuat keinginan bertambah banyak. Di sinilah letak persoalannya, sehingga kita merasa bahwa apa yang kita dapatkan itu sangat sedikit.

Saya mengajak saudara untuk merenung sejenak!.

Dahulu kita bermimpi agar bisa mendapatkan rumah yang mungil, yang di dalamnya kita dapat bernaung dan menikmati hidup penuh damai dan bahagia bersama istri serta anak-anak. Setelah kita berhasil mendapatkannya, kita bermimpi lagi agar punya kendaraan, punya ini dan itu. Akibatnyanya, rumah yang telah didiami sekian tahun atau sekian puluh tahun terasa sempit dan sumpek. Kita pun mau rumah yang besar dengan berbagai perabotan yang lengkap. Ketika mimpi kita terwujud, kita berhasil membangun rumah yang besar lengkap dengan perabotannya, halaman rumah yang cukup luas, garasi mobil di mana di sana terparkir 2 sampai 3 buah mobil dan beberapa buah kendaraan roda dua. Dengan semua yang ada itu kemudian kita merasa capek untuk menjaga dan merawatnya, lalu kita butuh dua atau tiga orang pembantu agar dapat merawat rumah itu dengan semua fasilitas yang ada tadi; dan hal inipun berimbas pada pendapatan kita. Konsekwensinya adalah, kita merasa bahwa pendapatan yang sudah kita dapatkan itu menjadi sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya. Belum lagi, anak-anak yang semakin bertambah besar dengan kebutuhan yang semakin bertambah pula. Tidakkah hal ini membuat kita akan semakin merasa bahwa apa yang kita dapatkan itu sangatlah kurang.

Saudaraku...
Kita harus mengerti bahwa Tuhan itu setia memenuhi janjiNya. Ia senantiasa menyatakan berkatNya di setiap langkah hidup kita. Dan apa yang Tuhan berikan sesungguhnya lebih dari pada cukup.

Mari kita berkaca pada sikap bangsa Israel, dan mudah-mudahan hal ini menggugah hati nurani kita. Sebab bisa jadi, karakter yang sama seperti Israel juga melekat pada diri kita. Kita merasa tidak akan pernah puas dengan apa yang kita dapatkan. Kita akan selalu merasa kurang dari apa yang sesungguhnya lebih dari cukup, dari apa yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada kita.

Ya...mari kita berkontemplasi sejenak...

Apa yang membuat bangsa Israel marah kepada Musa?.

Saya mau katakan bahwa, bukan karena mereka lapar, sebab manna itu telah mengenyangkan perut mereka.

Bukan pula karena mereka kekurangan lauk, sebab Tuhan menyediakan kebutuhan daging yang cukup kepada mereka.

Mereka sebenarnya tidak kurus, tetapi mereka merasa kurus karena keinginan mereka yang begitu banyak.

Ya....saya mau tegaskan kepada anda sekali lagi bahwa, yang membuat mereka marahkepada Musa adalah "KEINGINAN" mereka terlalu banyak melewati kebutuhan mereka yang sesungguhnya, yang mana hal tersebut mereka tidak dapatkan.

Perut mereka sesungguhnya sudah dikenyangkan, tetapi lidah mereka mau merasakan yang lainnya. Mereka ingin makan ikan, mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Mereka mau supaya semua yang dinginkan bisa dikecap oleh lidah, bukan persoalan kenyang atau lapar. Inilah yang disebut dengan kerakusan, dan manusia yang rakus itu oleh Alkitab dicap sebagai "BAJINGAN". Mereka mau, supaya setiap hari, semua menu terhidang di atas meja, sehingga dengan itu lidah mereka dipuaskan. Jadi bukan persoalan kenyang atau tidak kenyang.

Karena itu saudaraku...
Firman Tuhan hari ini memberikan amaran kepada kita agar kita berhati-hati dengan keinginan-keinginan kita, jangan sampai hal tersebut membuat kita menjadi "Manusia Yang Rakus", yang tidak akan pernah merasa puas dengan berkat Tuhan, lalu kita menghalalkan banyak cara untuk memenuhi keinginan hati kita, yang sesungguhnya melampaui dari apa yang kita perlukan.

Dan ingatlah akan hal ini:
"Nafsu Kerakusanlah yang akan membuat kita menjadi Manusia Bajingan".

Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

1 comment:

Web gratis

Web gratis
Power of Love