Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-46 tanggal 15 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-2 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Ibrani 9:11-28.
"Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Banyak dari anak-anak Tuhan yang, -(sadar atau tidak sadar)-, memandang remeh apa yang disebut dengan: "DOSA", sehingga ketika mereka melakukan sesuatu yang sisi hukum moral yang bersifat universal ataupun dari sisi agama yang dianutnya; perbuatan itu adalah sebuah perbuatan yang dikategorikan sangat "FATAL", justru mereka masih memandangnya sebagai "Kewajaran". Katakan saja tentang perbuatan "Perselingkungan". Norma atau Hukum Moral yang berlaku dalam bangsa manapun di dunia ini tidak akan pernah membenarkan hal tersebut, terlebih yang disebut "Hukum Agama". Tetapi fakta menyebutkan bahwa "Perselingkuhan" tetap terjadi dan untuk zaman kekinian seolah-olah menjadi sebuah trend atau gaya hidup dari kalangan tertentu, dan yang mengherankan ialah; mereka yang melakukan hal tersebut adalah notabene "orang yang menyebut dirinya agamais atau manusia yang beragama".
Mengapa demikian?.
Saya sendiri tidak akan memberi jawaban atas pertanyaan anda seperti itu. Saya hanya mau mengatakan bahwa "Kuasa Iblis" dalam menjungkalkan kehidupan yang dibangun berdasarkan tatanan moral dan hukum agama, begitu dahsyat; dan karena sangking dahsyatnya sehingga mempengaruhi pola pikir setiap orang sehingga tanpa sadar mereka memandang "DOSA" sebagai hal yang "Biasa" dan atau "Wajar-wajar saja".
Dan di sini saya hendak mengangkat salah satu paham yang menganggap atau memandang "DOSA" itu tidak punya pengaruh bagi keselamatan seseorang. Paham tersbut adalah PELAGIANISME yang bisa jadi telah merasuki kehidupan anak-anak Tuhan pada zaman sekarang ini.
Apa itu Pelagianisme?.
Pelagianisme adalah aliran atau bidaah kuno yang diajarkan dan dikembangkan oleh Pelagius (hidup + 354 - 440). Pelagius adalah seorang biarawan asketik yang sangat menolak tentang doktrin "Dosa Turunan".
Pelagius adalah seorang yang berpendidikan tinggi dan sangat fasih dalam bahasa Yunani dan bahasa Latin serta ia banyak mempelajari teologi. Ia sangat dikenal di kalangan para asketis di kota Roma dan reputasinya di Roma membuat ia dipuji dan disebut Bapak Pembaharu Asketik. Bahkan tokoh-tokoh gereja terkemuka seperti Uskup Agustinus dari Hippo (lahir tgl 13 November 354 dan meninggal tgl. 28 Agustus 430) dan menyebut Pelagius sebagai "Orang Suci". Tetapi belakang, Uskup Agustinus menyadari bahwa ajaran-ajaran Pelagius menyimpang jauh dari kebenaran-kebenaran Kitab Suci, sehingga Agustinus melakukan perlawanan dan menyebut ajaran Pelagianisme sebagai "Kesesatan".
Pelagianisme mengajarkan bahwa DOSA tidak merusak hakekat manusia sebagai "Ciptaan Yang Agung dan Mulia", bahkan manusia sanggup untuk menentukan keselamatannya tanpa pertolongan Allah. Singkatnya, manusia sepenuhnya memegang kendali dan karena itu manusia sendirilah yang bertanggung jawab atas keselamatannya sehingga tidak memerlukan lagi Rahmat Allah dan PengampunanNya. Pelagianisme hanya memandang Yesus sebagai "Pemberi Teladan" untuk hidup yang baik dan bermartabat, sehingga paham Pelagianisme dengan tegas menolak "Pengorbanan Yesus sebagai jalan yang dipilih dan ditentukan oleh Allah di mana manusia memperoleh anugerah keselamatan yang sempurna".
Kaum Pelagianisme tidak akan pernah mengambil pusing jika seseorang jatuh ke dalam perbuatan dosa, sebab pada akhirnya mereka dapat membayarnya dengan melakukan kebaikan. Dan nanti antara Kebajikan atau yang disebut PAHALA akan ditimbang dengan beban DOSA, dan semakin banyak melakukan kebajikan maka beban dosa menjadi ringan bahkan sama sekali tidak ada atau tidak berarti. Sehingga dalam pemahaman atau konsep seperti ini, manusia tidak perlu untuk percaya kepada Tuhan dan berharap belas kasihanNya.
Dengan merujuk pada konsep Pelagianisme seperti itu, saya dapat mengatakan bahwa untuk zaman kekinian, bisa jadi Pelagianisme telah bangkit kembali. Ya...ketika kita mulai memandang remeh dosa atau pun mulai memandang remeh korban Yesus Kristus, lalu kita tidak terlalu serius lagi untuk menjalani kehidupan kerberimanan kita. Bukankah banyak di antara kita, jujur saya mau mengatakannya, bahwa kita tidak terlalu serius lagi untuk menjalani kehidupan beribadah, kita tidak serius lagi dalam menjalani kehidupan doa, kita begitu cepat merasa bosan bahkan menganggap pemborosan waktu jika harus menjalani pola hidup Gemar Baca Alkitab, bahkan kita merasa bukan lagi zamannya untuk berusaha menjaga dan mempertahankan kesucian keluarga serta kesucian pernikahan; dan beberapa hal lain lagi yang menunjuk pada hakekat sesungguhnya dari pribadi yang beragama, kini sama sekali tidak lagi kita pedulikan.
Saudaraku...
Saya hanya mau mengatakan kepada saudara, berhati-hatilah dengan kehidupan beriman anda; sebab bagi saya, hal beriman bukanlah perkara yang dapat dipermain-mainkan.
Mengapa?.
Sebab pada akhirnya kematian harus menjadi realita yang tak dapat ditolak atau pun sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kematian adalah fakta dari keberdosaan itu sendiri. Sekuat dan semampu apapun anda berusaha melakukan kebajikan untuk menutupi perbuatan bejat anda, kematian tidak dapat terhindarkan. Dan di sinilah anda pada akhirnya akan berhadapan dengan pengadilan yang tidak akan mungkin dapat anda kendalikan setelah ajal menjemput, yakni "Pengadilan Sang Anak Domba Kudus". Di tanganNya ada Buku Al-Hayat, dan hitam-putihnya kehidupan anda tercatat rapi di situ. Selamat atau Tidak, itu bukan urusan anda lagi, sebab palu hukuman ada di tanganNya.
Jadi di dunia ini, bisa saja anda berkata bahwa andalah yang menentukan baik-tidaknya kehidupan anda tanpa sedikit pun harus bergantung pada seseorang atau pun harus berharap pada Tuhan. Okey...tidak masalah bagi saya, sebab saya sendiri tahu diri bahwa anda otonom atas diri anda sendiri. Tetapi ketika anda harus mengakhiri waktu hidup yang sudah ditentukan atau digariskan kepada anda, saya hanya mau mengatakan bahwa anda tidak akan berkuasa lagi atas diri anda. Anda hanyalah tanah atau debu. Di tangan Tuhan, anda tidak dapat berkelit ataupun membenarkan diri dari semua perbuatan yang bertolak belakang dengan kehendakNya selama anda diberi kesempatan menjalani hidup di dunia ini. Tidak ada kesempatan kedua yang diberikan Tuhan untuk kembali memperbaiki diri; kesempatan itu hanya sekali saja sebelum menghadap takhta pengadilanNya.
Itulah sebabnya, firman Tuhan di hari ke-2 Masa Pra Paskah, -(sehari setelah anda merayakan Rabu Abu)-, hendak mengingatkan kita bahwa Kristus telah bertindak untuk menyelamatkan kita, ya...kita yang berdosa dan karena keberdosaan itu, tidak akan mungkin menyelamatkan diri kita atas kutuk dosa dengan cara apapun juga; dan apa yang dilakukan Kristus itu "SEMPURNA dan SEKALI SAJA".
Jika demikian, maka kita harus menghormati pengorbananNya dengan hidup berpadanan dengan perintahNya. Sebab jika tidak, maka memang Ia akan datang sekali lagi, tetapi kedatanganNya tidak akan sama dengan kedatangan yang pertama; tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa, yang ada hanyalah penghakiman yang mengerikan atas dosa. Tetapi yang menantikan Dia dengan bertekun hidup sesuai dengan kehendakNya, maka keselamatan yang sempurna akan dinyatakan dan diberikanNya.
Karena itu saudaraku...
Teruslah bercensura morum.
Pandanglah dan sadarilah bahwa hukuman atas dosa adalah hal yang sangat serius dan mengerikan. Dan karena itu, berusahalah untuk menyenangkan hati Tuhan dengan cara hidup yang bermartabat dan bermoral, yakni hidup menurut kehendakNya.
Ingatlah selalu bahwa "Upah Dosa adalah MAUT", tetapi keselamatan diberikan hanya kepada mereka yang terus berharap dan bertekun dalam iman.
Selamat beraktivitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-46 tanggal 15 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-2 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Ibrani 9:11-28.
"Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Banyak dari anak-anak Tuhan yang, -(sadar atau tidak sadar)-, memandang remeh apa yang disebut dengan: "DOSA", sehingga ketika mereka melakukan sesuatu yang sisi hukum moral yang bersifat universal ataupun dari sisi agama yang dianutnya; perbuatan itu adalah sebuah perbuatan yang dikategorikan sangat "FATAL", justru mereka masih memandangnya sebagai "Kewajaran". Katakan saja tentang perbuatan "Perselingkungan". Norma atau Hukum Moral yang berlaku dalam bangsa manapun di dunia ini tidak akan pernah membenarkan hal tersebut, terlebih yang disebut "Hukum Agama". Tetapi fakta menyebutkan bahwa "Perselingkuhan" tetap terjadi dan untuk zaman kekinian seolah-olah menjadi sebuah trend atau gaya hidup dari kalangan tertentu, dan yang mengherankan ialah; mereka yang melakukan hal tersebut adalah notabene "orang yang menyebut dirinya agamais atau manusia yang beragama".
Mengapa demikian?.
Saya sendiri tidak akan memberi jawaban atas pertanyaan anda seperti itu. Saya hanya mau mengatakan bahwa "Kuasa Iblis" dalam menjungkalkan kehidupan yang dibangun berdasarkan tatanan moral dan hukum agama, begitu dahsyat; dan karena sangking dahsyatnya sehingga mempengaruhi pola pikir setiap orang sehingga tanpa sadar mereka memandang "DOSA" sebagai hal yang "Biasa" dan atau "Wajar-wajar saja".
Dan di sini saya hendak mengangkat salah satu paham yang menganggap atau memandang "DOSA" itu tidak punya pengaruh bagi keselamatan seseorang. Paham tersbut adalah PELAGIANISME yang bisa jadi telah merasuki kehidupan anak-anak Tuhan pada zaman sekarang ini.
Apa itu Pelagianisme?.
Pelagianisme adalah aliran atau bidaah kuno yang diajarkan dan dikembangkan oleh Pelagius (hidup + 354 - 440). Pelagius adalah seorang biarawan asketik yang sangat menolak tentang doktrin "Dosa Turunan".
Pelagius adalah seorang yang berpendidikan tinggi dan sangat fasih dalam bahasa Yunani dan bahasa Latin serta ia banyak mempelajari teologi. Ia sangat dikenal di kalangan para asketis di kota Roma dan reputasinya di Roma membuat ia dipuji dan disebut Bapak Pembaharu Asketik. Bahkan tokoh-tokoh gereja terkemuka seperti Uskup Agustinus dari Hippo (lahir tgl 13 November 354 dan meninggal tgl. 28 Agustus 430) dan menyebut Pelagius sebagai "Orang Suci". Tetapi belakang, Uskup Agustinus menyadari bahwa ajaran-ajaran Pelagius menyimpang jauh dari kebenaran-kebenaran Kitab Suci, sehingga Agustinus melakukan perlawanan dan menyebut ajaran Pelagianisme sebagai "Kesesatan".
Pelagianisme mengajarkan bahwa DOSA tidak merusak hakekat manusia sebagai "Ciptaan Yang Agung dan Mulia", bahkan manusia sanggup untuk menentukan keselamatannya tanpa pertolongan Allah. Singkatnya, manusia sepenuhnya memegang kendali dan karena itu manusia sendirilah yang bertanggung jawab atas keselamatannya sehingga tidak memerlukan lagi Rahmat Allah dan PengampunanNya. Pelagianisme hanya memandang Yesus sebagai "Pemberi Teladan" untuk hidup yang baik dan bermartabat, sehingga paham Pelagianisme dengan tegas menolak "Pengorbanan Yesus sebagai jalan yang dipilih dan ditentukan oleh Allah di mana manusia memperoleh anugerah keselamatan yang sempurna".
Kaum Pelagianisme tidak akan pernah mengambil pusing jika seseorang jatuh ke dalam perbuatan dosa, sebab pada akhirnya mereka dapat membayarnya dengan melakukan kebaikan. Dan nanti antara Kebajikan atau yang disebut PAHALA akan ditimbang dengan beban DOSA, dan semakin banyak melakukan kebajikan maka beban dosa menjadi ringan bahkan sama sekali tidak ada atau tidak berarti. Sehingga dalam pemahaman atau konsep seperti ini, manusia tidak perlu untuk percaya kepada Tuhan dan berharap belas kasihanNya.
Dengan merujuk pada konsep Pelagianisme seperti itu, saya dapat mengatakan bahwa untuk zaman kekinian, bisa jadi Pelagianisme telah bangkit kembali. Ya...ketika kita mulai memandang remeh dosa atau pun mulai memandang remeh korban Yesus Kristus, lalu kita tidak terlalu serius lagi untuk menjalani kehidupan kerberimanan kita. Bukankah banyak di antara kita, jujur saya mau mengatakannya, bahwa kita tidak terlalu serius lagi untuk menjalani kehidupan beribadah, kita tidak serius lagi dalam menjalani kehidupan doa, kita begitu cepat merasa bosan bahkan menganggap pemborosan waktu jika harus menjalani pola hidup Gemar Baca Alkitab, bahkan kita merasa bukan lagi zamannya untuk berusaha menjaga dan mempertahankan kesucian keluarga serta kesucian pernikahan; dan beberapa hal lain lagi yang menunjuk pada hakekat sesungguhnya dari pribadi yang beragama, kini sama sekali tidak lagi kita pedulikan.
Saudaraku...
Saya hanya mau mengatakan kepada saudara, berhati-hatilah dengan kehidupan beriman anda; sebab bagi saya, hal beriman bukanlah perkara yang dapat dipermain-mainkan.
Mengapa?.
Sebab pada akhirnya kematian harus menjadi realita yang tak dapat ditolak atau pun sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kematian adalah fakta dari keberdosaan itu sendiri. Sekuat dan semampu apapun anda berusaha melakukan kebajikan untuk menutupi perbuatan bejat anda, kematian tidak dapat terhindarkan. Dan di sinilah anda pada akhirnya akan berhadapan dengan pengadilan yang tidak akan mungkin dapat anda kendalikan setelah ajal menjemput, yakni "Pengadilan Sang Anak Domba Kudus". Di tanganNya ada Buku Al-Hayat, dan hitam-putihnya kehidupan anda tercatat rapi di situ. Selamat atau Tidak, itu bukan urusan anda lagi, sebab palu hukuman ada di tanganNya.
Jadi di dunia ini, bisa saja anda berkata bahwa andalah yang menentukan baik-tidaknya kehidupan anda tanpa sedikit pun harus bergantung pada seseorang atau pun harus berharap pada Tuhan. Okey...tidak masalah bagi saya, sebab saya sendiri tahu diri bahwa anda otonom atas diri anda sendiri. Tetapi ketika anda harus mengakhiri waktu hidup yang sudah ditentukan atau digariskan kepada anda, saya hanya mau mengatakan bahwa anda tidak akan berkuasa lagi atas diri anda. Anda hanyalah tanah atau debu. Di tangan Tuhan, anda tidak dapat berkelit ataupun membenarkan diri dari semua perbuatan yang bertolak belakang dengan kehendakNya selama anda diberi kesempatan menjalani hidup di dunia ini. Tidak ada kesempatan kedua yang diberikan Tuhan untuk kembali memperbaiki diri; kesempatan itu hanya sekali saja sebelum menghadap takhta pengadilanNya.
Itulah sebabnya, firman Tuhan di hari ke-2 Masa Pra Paskah, -(sehari setelah anda merayakan Rabu Abu)-, hendak mengingatkan kita bahwa Kristus telah bertindak untuk menyelamatkan kita, ya...kita yang berdosa dan karena keberdosaan itu, tidak akan mungkin menyelamatkan diri kita atas kutuk dosa dengan cara apapun juga; dan apa yang dilakukan Kristus itu "SEMPURNA dan SEKALI SAJA".
Jika demikian, maka kita harus menghormati pengorbananNya dengan hidup berpadanan dengan perintahNya. Sebab jika tidak, maka memang Ia akan datang sekali lagi, tetapi kedatanganNya tidak akan sama dengan kedatangan yang pertama; tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa, yang ada hanyalah penghakiman yang mengerikan atas dosa. Tetapi yang menantikan Dia dengan bertekun hidup sesuai dengan kehendakNya, maka keselamatan yang sempurna akan dinyatakan dan diberikanNya.
Karena itu saudaraku...
Teruslah bercensura morum.
Pandanglah dan sadarilah bahwa hukuman atas dosa adalah hal yang sangat serius dan mengerikan. Dan karena itu, berusahalah untuk menyenangkan hati Tuhan dengan cara hidup yang bermartabat dan bermoral, yakni hidup menurut kehendakNya.
Ingatlah selalu bahwa "Upah Dosa adalah MAUT", tetapi keselamatan diberikan hanya kepada mereka yang terus berharap dan bertekun dalam iman.
Selamat beraktivitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment