Laman

Friday, February 16, 2018

Yang Rendah Hati; DitinggikanNya.

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-47 tanggal 16 Pebruari 2018 - Pdt. Joni Delima).

Censura Morum hari ke-3 Masa Pra Paskah.

Bacaan : Matius 3:1-12.

"Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang akan datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasutNya, Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api (Mat. 3:11)".

Shalom bagimu.
Semoga hari ini kehidupan anda terus diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Sebagai seorang "LELAKI", saya sering merasa bangga dengan status ini. Sebab bukankah  "LELAKI" menjadi simbol dari  "Kebesaran, Keagungan, Kemuliaan, Keberanian, dan Keperkasaan". Itulah sebabnya menjadi sebuah anekdot bahwa "WANITA tidaklah mungkin menjadi LELAKI", yang mana anekdot ini dapat diartikan demikian: "WANITA karena kodratnya, maka ia tidak pantas menjadi Pemimpin, kebesarannya tidak boleh melampaui kebesaran seorang LELAKI, Keagungan dan Kemuliaannya bergantung dari seorang LELAKI". Atau dalam hubungannya dengan kehidupan ritual untuk kelompok agama tertentu, maka dikenallah ketentuan yang tidak boleh dilanggar, yakni: "Haramlah hukumnya seorang WANITA menjadi IMAM".

Dalam kepustakaan rabi-rabi, terdapat ucapan doa dari rabbi Yehuda di mana mereka memuji Tuhan dengan mengucapkan atau melafalkan kata-kata ini: "Tuhan, aku memujiMu karena Tuhan tidak melahirkanku sebagai seorang yang bukan Yahudi, tidak sebagai orang yang tak terpelajar, tidak sebagai seorang pemungut cukai, tidak sebagai seorang WANITA, dan tidak pula sebagai salah seorang yang berdosa". Intinya bahwa para rabbi yahudi bangga karena mereka terlahir sebagai seorang LELAKI sebab jika tidak maka mereka tidaklah mungkin menjadi seorang rabbi. Mereka memuji Tuhan karena terlahir sebagai seorang LELAKI, karena dalam status ini mereka diwajibkan untuk belajar lebih dalam tentang Taurat dan belajar tentang hal-hal lain yang akan memungkinkan mereka melebihi orang lain dalam kebesaran, keagungan dan kemuliaan. Mereka bangga dalam statusnya sebagai seorang LELAKI dan dalam jabatan sebagai rabbi mereka merasa diri telah terhindar untuk sama seperti seorang pemungut cukai dan orang lain yang dicap sebagai orang berdosa.

Jangankan orang-orang Yahudi yang begitu bangga akan status sebagai seorang LELAKI, di kalangan bangsa Yunani pun, terlebih para ahli-ahli filsafat, juga merasa bangga dengan status tersebut. Thales, salah seorang filsuf Yunani mengucapkan terima kasih untuk tiga hal: 1). Bahwa ia terlahir sebagai manusia bukan sebagai binatang. 2). Bahwa ia terlahir sebagai seorang LELAKI dan bukan sebagai seorang WANITA. 3). Bahwa ia terlahir sebagai seorang Yunani dan bukan seorang Bar-bar.

Saudaraku...
Masih begitu banyak kebanggaan-kebanggaan yang lainnya; misalnya saja karena kita adalah seorang yang berpendidikan, karena kita adalah seorang yang berpangkat, karena kita adalah seorang yang berasal dari status sosial yang terpandang, karena kita adalah seorang yang sukses dan kaya-raya, dan lain sebagainya; dan tentunya hal tersebut membuka peluang bagi kita untuk memandang orang lain lebih atau sangat rendah di mata kita. Kebanggaan-kebanggaan seperti itu membuat kita menjadi pribadi yang "SOMBONG", dan di mata Tuhan, hal tersebut adalah sebuah kekejian.

Berkenaan dengan hal ini maka saya sangat terkesan dengan apa yang diungkapkan oleh Uskup Agustinus dari Hippo bahwa: "Kesombonganlah yang membuat malaikat menjadi Iblis, sedangkan kerendahan hatilah yang membuat manusia menjadi malaikat". Apa lebihnya manusia dari malaikat. Bukankah malaikat adalah makhluk yang begitu mulia dan agung dan bahkan yang sangat dekat dengan Allah. Tetapi malaikat pun bisa saja jatuh dan lebih hina dari pada manusia. Singkatnya, kesombongan dapat mengubah hal-hal yang mulia, yang bisa jadi melekat pada diri kita, menjadi sebuah malapetaka di mana kita dipandang hina oleh orang lain, sedangkan kerendahan hati akan mengubah realita kehinaan kita menjadi pribadi yang bermartabat dan terhormat bahkan lebih dari pada malaikat.

Tetapi di sinilah masalah....
Setiap orang cenderung menonjolkan kelebihannya dibandingkan kelebihan orang lain, dan setiap orang begitu mudah melihat kekurangan orang lain dibandingkan kekurangan yang melekat pada dirinya sendiri. Karena itulah maka firman Tuhan hari ini hendak mengajar kita tentang arti kerendahan hati. Sekalipun Yohanes telah menjadi seorang tokoh yang sangat disegani dan dihormat di hadapan orang banyak pada zamannya, dan ia mempunyai peluang yang begitu besar untuk memaklumkan dirinya sebagai Mesias, sebab hal tersebut telah terpola dalam pikiran orang banyak bahwa ia mungkin saja Mesias yang sudah lama dinantikan itu; tetapi ia tidak memakai kesempatan itu untuk menonjolkan dirinya dan mengatakan bahwa dirinyalah Mesias itu. Tetapi ia dengan penuh kerendahan hati menyatakan bahwa: "membuka kasutNya saja, aku tidak layak". Terlebih ungkapannya yang sangat terkenal dalam Yoh. 3:30..."Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil", adalah bukti dari kerendahan hati Yohanes Pembaptis.

Karena itu saudaraku...
Memasuki hari ke-3 Masa Pra Paskah, kita diajak untuk bercensura morum, dalam hal:

sudahkah kita mematikan segala bentuk kebanggaan-kebanggaan yang melekat pada diri kita, yang karenanya kita menjadi pribadi yang sombong, dan mulai belajar tentang makna kerendahan hati di hadapan Tuhan dan sesama?.

Sudahkah kita menyadari hal ini, bahwa jangankan Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus sendiri yang adalah Tuhan dan Juruselamat telah merendahkan dirinya sedemikian rupa; apakah pantas kita menjadikan kebanggaan-kebanggaan yang melekat pada diri kita untuk kita tonjol-tonjolkan di hadapan orang lain terlebih di hadapan Tuhan?.

Jikalau Yohanes Pembaptis dengan rela hati mengakui ketidak-layakannya di hadapan Yesus, bahkan membuka kasutNya pun ia menyatakan tidak layak; apakah lebihnya kita sehingga kita menyombongkan diri karena peran-peran yang kita mainkan dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat dan terlebih dalam kehidupan berjemaat?.

Ingatlah saudaraku:
"Kesombongan adalah kekejian bagi Tuhan. Tidakkah kesombongan dapat merubah malaikat menjadi iblis, tetapi justru, kerendahan hatilah yang akan mengubah manusia yang ini menjadi malaikat".

Dan inilah yang ditekankan oleh firman Tuhan:
"Barangsiapa yang meninggikan diri (sombong), ia akan direndahkan, dan barangsiapa yang merendahkan diri, dia akan ditinggikan (dimuliakan) - Mat. 23:12".

Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love